Hari sudah gelap saat Exelle bagun dari tidur. Dia sedikit terkejut saat pendingin udara tak terasa dingin, saat membuka mata, terlihat selimut menutupi tubuhnya sehingga membuatnya hangat. "Apakah Shaen yang menyelimutinya?" tanya Exelle dalam hati.
Tiba-tiba ada desiran aneh menelusup masuk ke dalam hatinya. Seumur hidupnya, baru sekarang dia merasa diperhatikan meskipun perhatian tersebut sangatlah kecil. Waktu masih anak-anak, Exelle sering berharap Mama atau Papanya datang ke kamarnya, menyelimuti dirinya dan mencium keningnya, mengucapkan selamat malam sebagai penghantar tidur. Nyatanya sampai dewasa, dia tak mendapat perlakuan seperti itu. Yang ada malah kehidupan dan prestasinya selalu dibandingkan dengan Axelle.
Bahkan saat Axelle diberikan hadiah yang melimpah, Exelle hanya bisa menggigit jari dan menontonnya.
Sedangkan semua wanita yang ditidurinya dan yang mengantri untuk tidur dengannya, tak ada yang benar-benar menyayanginya. Mereka hanya mengingini harta Exelle atau sekedar pamer bahwa mereka sudah pernah meniduri seorang Mahawira.
Exelle segera menekan desiran aneh tersebut. Apakah sekarang Shaen sedang merayunya untuk mendapatkan harta Axelle? Karena Axelle sudah mati, maka targetnya beralih kepada dirinya seperti yang dilakukan keluarganya saat ini yaitu tiba-tiba menganggap Exelle menjadi bagian dari Mahawira setelah bertahun-tahun dirinya terbuang.
"Jangan harap kamu bisa merayuku pelacur kecil. Aku bukan Kak Axelle dimana semua orang menganggap dia seorang malaikat. Aku devil yang akan membuat hidupmu seperti di neraka."
Shaen sampai di rumah saat hari sudah gelap. Perutnya semakin perih, karenanya Shaen berjanji tidak akan terlambat makan lagi. Shaen masuk ke rumah sambil memegangi perutnya. Dia memanggil asisten rumah tangganya dan meminta menyiapkan bubur hangat.
Dengan menahan perih, dia tetap mandi dan membersihkan tubuhnya. Saat tubuhnya diguyur air hangat, ada sedikit rasa nyaman. Selesai mandi, bubur hangat pun sudah tersedia di samping tempat tidurnya. Shaen segera memakannya dengan perlahan, agar perutnya tidak terlalu kaget. Semakin lama rasa perih diperutnya berkurang.
Shaen menghabiskan buburnya dan berusaha untuk tidur. Tetapi bayangan akan Axelle kembali terlintas di kepalanya. Jika Axelle masih ada, dia pasti akan memeluknya dengan hangat. Mengusap kepala dan punggungnya sampai dia tertidur.
Shaen kembali terisak dalam tangis. Entah berapa lama dia menangis, sampai akhirnya dia tertidur dengan lelap.
Shaen dengan cepat belajar tentang mengelola perusahaan. Exelle yang mengatakan akan membimbingnya sama sekali tak membantunya. Selain tidur dan bermain games, beberapa kali wanita datang menemuinya dan itupun wanita yang berbeda-beda. Setiap kali ada wanita yang datang ke kantor maka dia akan pergi menghilang bersama wanita tersebut dan tak kembali lagi hingga esok paginya.
Shaen pernah sekali menegurnya, meminta agak Exelle tak pergi dijam kerja tetapi hanya cemoohan yang dia terima. Setelah itu Shaen tak pernah peduli lagi dengan apa yang dilakukan Exelle.
Shaen tak pernah bisa pulang sebelum jam 8 malam itupun karena dia memaksakan diri untuk pulang. Jika tidak, sampai pagipun pekerjaan dia tak mungkin selesai. Shaen sadar, dia harus menjaga kesehatan tubuhnya, dia tak mau pingsan seperti suaminya dan berujung kematian. Bukan tak mau tetapi belum saatnya.
Dia tak ingin mati dengan perusahaan Axelle yang hancur dan Ixelle yang tak lulus kuliah. Bagaimana dia akan menemui Axelle di alam sana.
Pikirannya tak bisa berkonsentrasi lagi pada pekerjaan di depannya. Akhirnya dia meletakkan penanya, mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruang kerja pimpinan tertinggi G-company.
"Axelle, rasanya aku sudah putus asa. Perusahaan memang sedikit membaik, tetapi sampai sekarang tak ada perubahan dengan sikap Exelle bahkan semakin parah. Hari ini dia kembali lagi pergi di jam kerja dengan wanitanya. Mama Papamu setiap hari menekanku dengan pesan-pesan yang membuat hatiku semakin sakit. Adekmu Ixelle selalu meminta uang dengan alasan yang tak jelas. Mampukah aku bertahan Axelle? Rasanya kepalaku mau meledak dengan semua tekanan ini."
Shaen menghela nafas, percuma dia melanjutkan pekerjaan karena dirinya sudah tak bisa fokus kembali. Akhirnya pukul 7 dia memutuskan untuk pulang.
Tanpa Shaen ketahui sepasang mata selalu mengawasinya. Entah apa yang tersembunyi dibalik tatapannya. Semenjak malam itu, Exelle tak bisa tak peduli dengan Shaen. Dia selalu berusaha mencuri pandang ke arah Shaen saat Shaen bekerja. Exelle berharap Shaen akan merayunya dan menginginkan hartanya. Exelle akan lebih senang jika Shaen bersikap seperti para jalang yang ditemuinya. Tetapi kenyataannya, sedikitpun Shaen tak pernah merayunya. Dia selalu tenggelam dalam pekerjaannya. Seolah ingin menjadi super hero yang menyelamatkan perusahaan Kakaknya.
Exelle sangat senang saat Shaen menegurnya untuk tak pergi dengan wanita-wanitanya di jam kerja. Dia kira Shaen akan memarahinya dan melemparkan dirinya sebagai pengganti para wanita tersebut. Ternyata Shaen hanya peduli dengan perusahaan Kakaknya.
Rasa marah menghentakkan dadanya, Exelle mencengkeram kuat setir mobilnya. Sebenarnya Exelle tak sepenuhnya pergi dengan para wanita tersebut. Hal itu Exelle lakukan untuk menarik perhatian Shaen dan ingin membuat Shaen marah.
Setelah makan siang dengan para wanitanya, Exelle menyuruh mereka pulang, sedangkan dirinya kembali ke perusahaan, menunggu Shaen pulang dan mengikuti mobil Shaen untuk memastikan Shaen pulang dengan selamat. Entah kenapa Exelle melakukannya, tetapi mengetahui Shaen sampai rumah dengan selamat membuat hati Exelle tenang.
Exelle tahu bahwa Shaen selalu pulang malam, Shaen akan berjalan lunglai dengan wajah kusut dan lelah. Bahkan Exelle tahu Shaen beberapa kali tertidur di mobil.
Waktu itu, saat mobil Shaen sudah sampai didepan rumah, Shaen dan sopirnya tak kunjung keluar dari mobil. Exelle sudah berfikiran negatif, apa yang Shaen lakukan bersama sopirnya?
Dengan rasa marah yang besar, Exelle keluar dari mobil dan mendekati mobil Shaen. Ingin rasanya Exelle membunuh sopir Shaen jika dia berani menyentuh Exelle. Saat Exelle sampai di samping mobil Shaen, ternyata yang dia lihat tidak seperti yang dia pikirkan.
Sopir Shaen sedang berusaha membangunkan Shaen dari tidurnya dan posisinya masih sangat sopan. Sopir Shaen sempat kaget saat melihat Exelle.
"Biar aku yang membawanya ke kamar," kata Exelle.
"Tapi Tuan, Nyonya akan marah kalau..."
"Dia tak akan terbangun dan aku pastikan dia tidak akan tahu siapa yang membawanya ke kamar. Bilang saja asisten rumah tangga dan kamu yang memapahnya. Dan tutup mulutmu, jangan pernah katakan aku yang menggendongnya atau pekerjaanmu akan berakhir."
Supir Shaen mengangguk patuh saat mendengar ancaman Exelle.
Hal itu terjadi beberapa kali dan Shaen tak pernah curiga siapa yang membawanya ke kamar. Supir Shaen tahu bahwa Exelle selalu mengikutinya saat Shaen pulang kerja.
Jika Shaen tertidur di mobil maka sopir Shaen akan memberi tanda pada Exelle. Saat melihat tanda itu dengan segera dia akan keluar dari mobil dan menggendong Shaen ke kamar.
Hingga suatu hari ada hal tak terduga dalam diri Exelle membuatnya marah pada dirinya sendiri. Biasanya setelah meletakkan tubuh Shaen di ranjang, Exelle akan segera pergi meninggalkan kamar Shaen. Tetapi malam itu, saat Exelle meletakkan Shaen di ranjang, wajah Exelle sangat dekat dengan wajah Shaen.
Shaen sangat cantik, apalagi saat tertidur. Shaen terlihat sangat menggoda. Bibir Shaen merekah seakan menggodanya untuk mencicipinya. Entah dorongan dari mana, tanpa sadar bibir Exelle telah melumat bibir Shaen. Manis, lembut dan membuat Exelle ketagihan untuk terus melumatnya. Dia lupa jika Shaen adalah Kakak iparnya, lupa jika Kakak iparnya adalah pelacur kecil yang harusnya dia benci. Lupa jika pelacur kecil itu adalah bekas Axelle, Kakak yang dia benci.
Lupa bahwa Exelle tak ingin sedikitpun berhubungan dengan apa yang pernah menjadi milik Axelle. Pantang buat Exelle untuk menerima bekas dari Kakaknya.
Tetapi bibir Exelle tak mau berhenti melumat bibir Shaen. Seakan bibir Shaen mempunyai magnet yang menariknya. Exelle tersadar saat tubuh Shaen bergerak tak nyaman karena tidurnya terganggung.
"Shiit...fuck....," Exelle mengumpat pelan. Dengan rasa marah dia pergi meninggalkan Shaen dengan gemuruh dada yang mendidih.
*
(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara yang Tersembunyi (Tamat)
RomanceShaen seorang gadis yatim piatu, harus rela hidup di rumah bordil. Beruntung ada seorang pria kaya raya yang menebus dan menikahinya. Tetapi baru 5 tahun pernikahan, Shaen harus menjadi janda karena suaminya meninggal. Exelle adalah adek ipar Shaen...