Shaen tak bisa membantah keinginan Exelle. Akhirnya dia ikut makan malam bersama Exelle tetapi dengan restoran pilihan dia sendiri karena Shaen selalu merasa tak nyaman jika harus makan di restoran mahal. Banyak aturan dan tentu saja harus bersikap sopan layaknya orang kaya. Sedangkan dia adalah orang kaya dadakan yang belum move on dari kehidupan masa lalu.
"Apakah kamu suka makanannya? Mungkin tidak mewah tetapi suasana di restoran ini cukup menyenangkan," tanya Shaen.
"Apakah kamu lupa, selama ini aku hidup dimanapun aku mau, bukan di istana seperti Kakakku. Jadi ya, aku menyukai makanan ini karena aku tak butuh makanan mewah. Aku juga setuju, suasana restoran ini cukup menyenangkan."
"Bisakah kamu membuang bayangan Axelle dari hidupmu, kamu selalu membicarakannya dalam setiap obrolan kita."
"Apa kamu keberatan? Apa itu mengingatkan kamu akan kenangan Kakakku?"
"Tanpa kamu membicarakannya, aku takkan pernah melupakan kenangan akan Kakakmu dan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku. Tetapi aku mau, kamu menjadi dirimu sendiri dan hidup tanpa bayang-bayang Axelle."
"Well secara hampir seluruh hidupku selalu bersaing dengannya. Dia rival terbesar dalam hidupku, hari-hariku adalah berkompetisi dengannya. Sebenarnya saat Allexe mati, aku seakan kehilangan tujuan hidupku," kata Exelle santai sambil terus melahap makanannya.
"Carilah tujuan hidupmu yang baru agar kamu bahagia dalam hidupmu," kata Shaen lembut sambil menyentuh tangan Exelle. Seketika Exelle menghentikan suapan makanannya dan sedikit terpaku dengan perhatian Shaen. Hanya sekejap karena kemudian Exelle melanjutkan suapannya dan berkata dengan santainya.
"Tak masalah, aku akan mengganti tujuan hidupku sekarang juga."
"Good, aku suka dengan optimisme kamu," kata Shaen sambil tersenyum.
"Mau tahu tujuan hidup baruku?" tanya Exelle.
Shaen mengangguk bersemangat, "Ya jika kamu mengizinkannya."
"Mendapatkanmu," kata Exelle sambil menatap Shaen dengan serius.
Shaen yang mendengar jawaban Exelle tersebut langsung tersedak makanannya sendiri. Beruntung dia tidak menyemburkan makanan tersebut ke muka Exelle. Shaen terbatuk sampai matanya berair, Exelle kaget dan langsung mengambilkan segelas air untuk Shaen minum, sambil menepuk-nepuk punggung Shaen.
"Jangan pernah bercanda seperti itu, kalau tidak aku bisa mati tersedak karenamu," kata Shaen setelah batuknya mereda.
"Maafkan aku, aku tak mengira responmu akan seperti ini," kata Exelle menyesal.
Setelah makan malam yang dramatis tersebut, akhirnya Exelle mengantar Shaen pulang. Sampai depan pintu, Exelle menghentikan langkah Shaen.
"Apakah kamu tak mengundangku ke dalam dan menawariku secangkir kopi sebagai ucapan terimakasih karena telah mentraktirmu makan dan mengantarmu pulang?" tanya Exelle
Dengan cepat Shaen menjawab, "tidak, kamu adalah predator wanita dan aku tak mau menjadi mangsamu. Lagipula aku tak memintamu untuk mentraktir dan mengantarku pulang. Seingatku, kamu yang memaksaku."
"Hahaha, benar juga kata Kakak Ipar. Aku pastikan suatu hari nanti, kamu pasti akan memintaku untuk mengantarmu pulang dan mengundangku masuk untuk menikmati secangkir kopi darimu."
"Jangan bermimpi, untuk apa aku meminta bantuanmu untuk mengantarku pulang. Ada sopir yang setia mengantarku kemana saja. Dan asal kamu tahu, di rumahku tak ada kopi karena perutku sensitif terhadap kopi."
"Ok kalau begitu aku ganti minumannya. Bukan kopi tetapi...," Exelle tiba-tiba memajukan bibirnya ke telinga Shaen dan berbisik, "susu yang nikmat darimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara yang Tersembunyi (Tamat)
RomanceShaen seorang gadis yatim piatu, harus rela hidup di rumah bordil. Beruntung ada seorang pria kaya raya yang menebus dan menikahinya. Tetapi baru 5 tahun pernikahan, Shaen harus menjadi janda karena suaminya meninggal. Exelle adalah adek ipar Shaen...