Beberapa hari terakhir Exelle dan Shaen disibukkan dengan agenda perusahaan. Ditangan mereka G-Company berkembang dengan pesat, beberapa kantor cabang telah mereka buka baik di dalam maupun di luar negeri. Semua media menyorot perkembangan G-Company dan tentu saja kehidupan Exelle dan Shaen ikutan tersorot. Bahkan banyak yang bilang, mereka cocok menjadi pasangan.
Hal ini tentu saja membuat geram keluarga Mahawira, mereka tak rela jika Exelle bersama dengan Shaen. Adek Exelle yang paling menentangnya.
"Kak Exele tidak punya perasaan apa-apa kan terhadap pelacur itu?" tanya Ixelle saat mereka bertemu.
"Jaga mulutmu Ixelle, jangan seperti orang tak berpendidikan. Dan tentang perasaanku, itu adalah urusan pribadiku. Kamu tidak punya hak untuk ikut campur."
"Tapi dia pembawa sial di keluarga kita Kak. Lihat saja Kak Axelle, gara-gara tak dirawat dengan baik oleh istrinya, akhinya meninggal bahkan tanpa keturunan. Aku yakin pelacur itu juga mandul."
"Ixelle, Kakak tidak suka kamu bicara ngelantur seperti itu. Buktikan jika kamu mau menuduh seseorang, jangan asal menuduh."
"Buktinya 5 tahun mereka menikah, tapi mereka tak punya anak. Aku tak mau Kakak bernasib sial seperti Kak Axelle, masih banyak wanita cantik di luar sana yang lebih baik dari pelacur itu."
"IXELLE, perkataanmu sudah keterlaluan," bentak Exelle.
"Kakak lebih membela pelacur itu? Aku benci Kakak," kata Ixelle sambil menangis dan pergi dari hadapan Exelle.
Exelle terduduk memegangi kepalanya. Ada rasa marah saat orang menghina Shaen meskipun itu adeknya sendiri. Sehina apapun Shaen dimata keluarganya, hanya Shaen yang bisa membuat Exelle bahagia. Dimatanya Shaen adalah wanita yang lembut dan penuh perhatian. Jauh dari kesan pelacur yang jalang.
Yang membuatnya tambah kesal, beberapa hari kedepan Exelle tak bisa bertemu dengan Shaen. Exelle harus pergi ke New York untuk urusan bisnis dan itu tak bisa selesai dalam satu atau dua hari. Bahkan kemungkinan bisa satu bulan Exelle berada disana.
Shaen kembali harus pulang malam karena beberapa hari ini dia bekerja sendiri. Exelle harus pergi karena urusan bisnis. Shaen merasa kesepian tak ada Exelle disampingnya. Meskipun seringkali jengkel dengan godaan Exelle, namun semua itu malah membuat Shaen merindukannya. Hampir setiap hari Exelle bersamanya, dia seakan sudah menjadi bagian dalam hidup Shaen.
Ada sesuatu yang tumbuh di hati Shaen. Perasaan yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya. Dan rasa itu tumbuh karena Exelle.
Sudah 2 minggu lebih Exelle pergi, tapi sekalipun Exelle tak pernah mengiriminya kabar. Dengan gelisah Shaen selalu melihat telpon genggamnya, berharap sekali saja Exelle menanyakan kabarnya. Tetapi harapan itu hanya tinggal sebuah harapan karena sampai detik inipun Exelle tak pernah menghubunginya.
Sore hari Shaen sudah tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Pikirannya sudah kemana-mana. Shaen hanya melamun memandang foto suaminya.
"Kak, bolehkah sekarang aku memanggilmu seperti itu? Sepertinya aku telah jatuh cinta pada adekmu. Kamu pasti senang akhirnya aku menemukan cintaku. Adekmu selalu menggodaku, dia bisa membuat aku tersenyum dan merasa bahagia. Tapi aku takut dengan perasaanku. Exelle senang berganti-ganti wanita, dia kenal banyak wanita cantik. Apalagi sekarang dia sedang ke New York, disana pasti dia sudah bertemu dengan banyak wanita cantik. Dia bahkan tak ingat kalau aku ada. Selama dia pergi, dia tak pernah mengirimi aku pesan apapun, apalagi menanyakan kabarku," tak terasa air mata Shaen keluar membasahi pipinya. Shaen mengusap air matanya.
"Sepertinya hari ini aku tak bisa menyelesaikan pekerjaanku lagi. Aku mau pulang dulu ya Kak," lanjut Shaen seakan Axelle ada di ruangannya.
Dengan gontai Shaen masuk ke kamarnya. Dia melepas semua pakaiannya dan berendam di air hangat. Berharap rasa sesak di dadanya karena memikirkan Exelle bisa sedikit berkurang. Tetapi saat Shaen memejamkan mata, wajah Exelle yang dilihatnya. Wajah tengilnya, wajah tampan dan seksinya bahkan aroma tubuhnya bisa tercium dengan jelas oleh Shaen.
"Sepertinya aku harus segera tidur, sebelum aku jadi gila karena Exelle."
Shaenpun segera membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur. Belum juga Shaen memejamkan mata, terdengar suara ketukan pintu kamar Shaen.
"Siapa malam-malam begini menggangguku, sudah kubilang hari ini aku sedang tak ingin makan malam," Shaen mengira asisten rumah tangganya yang mengetuk pintu kamarnya.
Dengan terpaksa dan berat hati Shaen turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.
Sambil membuka pintu kamarnya Shaen berkata, "sudah aku bilang aku....Exelle," mata Shaen melotot seakan tak percaya jika sosok yang dia rindukan ada di depannya.
Tanpa berkata apa-apa, Exelle langsung mendorong tubuh Shaen ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamar Shaen dengan kakinya. Exelle menarik tubuh Shaen dan menghimpitnya ke pintu kamar Shaen yang barusan ditutupnya.
Shaen yang masih syok antara percaya dan tak percaya semakin syok saat Exelle melumat bibirnya tanpa ampun. Tangan Exelle menekan tengkuk Shaen dan memiringkan kepalanya agar bisa mencium Shaen dengan leluasa."Exelle..."
*
(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara yang Tersembunyi (Tamat)
RomanceShaen seorang gadis yatim piatu, harus rela hidup di rumah bordil. Beruntung ada seorang pria kaya raya yang menebus dan menikahinya. Tetapi baru 5 tahun pernikahan, Shaen harus menjadi janda karena suaminya meninggal. Exelle adalah adek ipar Shaen...