Paginya Shaen terbangun dan membuka mata. Saat mengedarkan pandangannya, dia tidak merasa asing dengan apa yang dia lihat karena saat ini dia berada di dalam kamarnya. Shaen merasa sedikit bingung dan mulai mengumpulkan ingatan. Seingatnya semalam dia tertidur di pelukan Exelle tetapi sekarang dia terbangun di kamarnya sendiri. Mungkinkah semalam hanya mimpi? Jika memang benar semua itu hanya mimpi, itu merupakan mimpi terindah dalam hidupnya karena permintaan Exelle untuk menikah dengannya.
Melihat jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul 7, Shaen pun turun dari ranjang dan bersiap-siap untuk pergi bekerja. Tak sampai setengah jam Shaen sudah menyelesaikan rutinitasnya di kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi betapa kaget dirinya karena melihat sebuah gaun berwarna merah yang sangat cantik tergeletak di atas ranjang tidur.
Saat mendekati gaun tersebut, terlihat ada catatan diatasnya.
Halo sayang,
Pakailah gaun ini sekarang juga, berdandanlah secantik mungkin dan segera ke bawah, aku akan memberikan kejutan padamu.
Fr: Exelle
"Ada apa ini? mana sudah siang lagi. Apa Exelle lupa kalau aku harus pergi bekerja?" batin Shaen sedikit jengkel.
Tetapi karena rasa penasarannya, diapun memakai gaun tersebut dan melakukan apa yang Exelle perintahkan.
Baru dua langkah menuruni tangga, Shaen terkejut menatap pria yang sedang menunggu di bawah tangga.
Exelle terlihat sangat tampan dengan jas dan dasi kupu-kupu. Bajunya melekat pas dan cocok dengan badan Exelle. Air liur Shaen seakan mau keluar menatap pria yang mempesona di depannya tersebut.
Begitu juga dengan Exelle, dia tak salah memilih gaun tersebut untuk Shaen. Lekuk tubuh Shaen tampak menonjol dengan bahu putih dan mulus yang terbuka. Make up Shaen yang natural, menambah kecantikannya. Apalagi kaki jenjang Shaen yang terlihat dari belahan gaun membuatnya tampak seksi.
Menatap wanita yang dicintainya dan yang terlihat sangat cantik, membuat kejantanan Exelle langsung mengeras. "Shiit...ini belum saatnya junior," umpat Exelle dalam hati.
Shaenpun menuruni tangga dengan hati-hati. Sampai tangga terakhir, Exelle mengulurkan tangan untuk menyambut Shaen.
"Ada apa ini Exelle? Gara-gara kamu, terpaksa hari ini aku ijin tak masuk kerja," tanya Shaen penasaran.
"Merealisasikan apa yang semalam kamu katakan?" jawab Exelle dengan senyum yang mengembang.
"Apa maksudmu?" Shaen masih belum mengerti apa yang dimaksud Exelle.
"Aku ingin sekali melumat bibir manismu itu, sayangnya aku harus menundanya sampai acara kita selesai," jawab Exelle tak nyambung dengan pertanyaan Shaen.
"Exelle, aku serius. Ada apa ini? Apakah kita akan pergi ke pernikahan rekan kerjamu?" tanya Shaen.
"Bukan rekan kerjaku, tapi kita yang akan menikah?" jawab Exelle santai.
"Oooh....," Shaen mengangguk-angguk belum sepenuhnya menyadari apa yang Exelle katakan. Tetapi sesaat kemudian, "APAAA?" teriak Shaen saat otaknya menangkap jawaban yang membuatnya syok.
"Aku suka ekspresimu barusan," kata Exelle sambil tertawa.
"Exelle, kamu jangan gila. Pernikahan bukanlah sebuah mainan."
"Setuju, pernikahan memang bukan sebuah mainan karena itu aku bersungguh-sungguh ingin berkomitmen denganmu. Untuk saat ini kita hanya menikah secara agama dan sipil. Untuk pestanya, menyusul nanti saat kita sudah mempersiapkannya dengan matang."
"Exelle, jangan bercanda, saat ini aku belum ada persiapan sama sekali."
Bukannya mendengarkan perkataan Shaen, Exelle malah meraih pinggang Shaen, memeluknya erat dan menempelkannya ke tubuhnya.
"Tenanglah, aku sudah mempersiapkan semuanya."
Shaen semakin syok saat melihat di ruang keluarganya sudah ada pendeta, petugas sipil yang akan menikahkan mereka, sekretaris dan pengacara Exelle.
Exelle memang benar-benar tak bercanda. Tubuh Shaen tiba-tiba gugup dan gemetar. Mulai saat ini, dia akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjawab pertanyaan Exelle. Sehingga dia punya waktu untuk mempersiapkan resiko dari jawabannya itu, tidak seperti yang terjadi sekarang ini.
"Exelle," bisik Shaen memelas memandang wajah Exelle. Ini benar-benar diluar bayangan dia.
"Tenanglah Shaen," kata Exelle menenangkan, kemudian memeluk lembut tubuh Shaen.
"Ini benar-benar pernikahan terkilat dan tersimple yang pernah aku tahu," kata Shaen dipelukan Exelle.
"Aku ingin memastikan kamu menjadi Mrs Shaenette Mahawira dan menyandang namaku. Maafkan aku belum bisa memberikan yang terbaik. Saat semua sudah terkondisikan, aku akan membuat pesta yang paling megah yang pernah ada."
"Aku tak butuh pesta yang megah, cukup bersamamu itu sudah membuatku bahagia."
Exellepun mengecup kening Shaen dan membimbingnya untuk melangsungkan pernikahan mereka yang hanya disaksikan 4 orang tersebut.
Shaen sempat meneteskan air mata saat mengikrarkan janji nikah. Dia seakan tak percaya saat ini kembali menjadi seorang Mahawira. Bedanya sekarang dia menikah dengan orang yang dicintai.
Dibalik sikap Exelle yang tenang, sebenarnya ada kegugupan dalam dirinya. Ini seperti mimpi, Shaen ada di depannya dengan begitu cantik dan sebentar lagi akan menjadi istrinya.
Exelle sengaja menyiapkan pernikahannya dengan Shaen karena Exelle tak sabar lagi untuk memiliki Shaen. Pernah patah hati karena Shaen menikah dengan Kakaknya, kemudian terpuruk karena Shaen meninggalkannya, cukup membuat Exelle belajar. Jangan sampai dia kehilangan Shaen untuk yang kesekian kalinya.
Ada sedikit rasa sedih dalam hatinya karena belum bisa menggelar pernikahan seperti impian semua wanita pada umumnya. Tapi hanya ini satu-satunya cara agar Exelle tenang. Exelle janji, suatu hari nanti dia akan memberikan pesta yang terindah untuk istri tercintanya.
"Selamat kalian sudah sah menjadi suami istri," kata pendeta yang memberkati pernikahan mereka.
Tanpa berbicara apapun, Exelle langsung menarik tubuh Shaen dan melumat bibirnya. Awalnya Shaen sempat terlena dengan lumatan bibir Exelle. Tapi kewarasannya segera muncul, sadar diruangan itu bukan cuma mereka berdua. Shaen berusaha mendorong tubuh Exelle, tapi Exelle tak mau menjauh. Bahkan Exelle sengaja menarik pinggangnya semakin erat.
Jadilah senjata ampuh Shaen dikeluarkan. Dengan keras dia mencubit pinggang Exelle sampai Exelle berteriak kesakitan. Semua orang di ruangan tersebut tertawa saat tahu apa yang Shaen perbuat. Tak ada satu orangpun yang berani menyentuh Exelle tanpa seijinnya, sekarang istrinya dengan leluasa mencubitnya sampai kesakitan. Sekretaris Exelle yang paling bahagia karena sekarang sudah ada yang bisa menjinakkan bosnya.
Selama ini, dia sangat tersiksa dengan semua pekerjaan yang dibebankan Exelle padanya. Belum kalau kena semprot, dijamin hidupnya tak tenang hari itu. Meskipun begitu, sekretaris Exelle sangat menyayangi Exelle dan menganggapnya sebagai saudara. Dibalik hati Exelle yang keras, ada kelembutan didalamnya.
Exelle dan Shaenpun menandatangi dokumen negara yang menyatakan mereka telah sah menjadi suami istri dimata hukum.
Setelah makan bersama, Exelle menarik Shaen dan membawanya ke mobil.
"Exelle kita mau kemana?"
"Tentu saja berbulan madu sayang."
"Tapi aku tak membawa apapun, bahkan aku tak membawa identitas apalagi baju dan peralatan mandi."
"Dompetmu sudah ada di mobil dan kamu tak perlu membawa baju karena aku pastikan, kamu tak akan membutuhkannya," kata Exelle sambil tersenyum misterius.
Exelle menarik tubuh Shaen untuk segera pergi, lagi-lagi Shaen hanya bisa pasrah saat Exelle membawanya pergi.
*
(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara yang Tersembunyi (Tamat)
RomanceShaen seorang gadis yatim piatu, harus rela hidup di rumah bordil. Beruntung ada seorang pria kaya raya yang menebus dan menikahinya. Tetapi baru 5 tahun pernikahan, Shaen harus menjadi janda karena suaminya meninggal. Exelle adalah adek ipar Shaen...