Bab 8

37.1K 2.5K 19
                                    

Tengah malam Exelle terbangun karena merasa haus. Saat membuka mata, dia sempat bingung berada dimana? Setelah ingatannya terkumpul, Exelle baru sadar ternyata masih di kantor. Exelle mengambil air mineral di meja samping tempat tidurnya dan menengguknya sampai habis.

Exelle sangat senang mendapat perhatian dari Shaen. Shaen merawatnya dengan baik. Sekarang kepalanya sudah tidak sakit lagi, demamnya juga sudah turun. Exelle mengambil telpon genggamnya, berniat menelpon Shaen untuk mengucapkan terimakasih. Tetapi dia mengurungkan niatnya karena jam segini Shaen pasti sudah tidur.

Merasa badannya lengket karena keringat, Exelle memutuskan untuk mandi. Dia teringat Shaen telah mengganti bajunya. Exelle tersenyum teringat ekspresi Shaen saat menatap dirinya yang setengah telanjang. Meski setengah sadar, Exelle sangat yakin Shaen bergairah kepadanya.

Merasa badannya segar, sepertinya dia butuh secangkir kopi karena dirinya tak bisa tidur kembali. Mungkin efek karena hari ini Exelle sudah tidur seharian.

Exellepun keluar ruangan menuju alat pembuat kopi di meja kerjanya yang bersebelahan dengan meja kerja Shaen. Awalnya Exelle merasa biasa saja, tetapi saat sudut matanya menangkap sesuatu yang bergerak dalam kegelapan, Exelle memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa yang bergerak tersebut. Apakah ada penyusup yang masuk ke ruangannya untuk mencuri data perusahaan. Tetapi pengamanan perusahaan begitu ketat jadi tak seorangpun yang bisa lolos dari sensor keamanan.

Exelle mengambil benda tumpul apa saja untuk berjaga-jaga, karena dia tak punya senjata apapun. Tanpa rasa takut, dia mendekati objek yang bergerak tersebut.

Saat menyadari siapa objek tersebut, Exelle langsung membuang benda tumpul tersebut dan berjalan cepat mendekatinya.

"Astaga Shaen, kenapa kamu tidur disini. Untung saja aku tidak memukulmu dengan benda itu."

Tetapi tak ada jawaban dari Shaen, hanya gerakan tubuh gelisah Exelle yang terlihat, karena tempat Shaen berbaring yang kurang nyaman.

Exelle hanya menggeleng kepala karena tahu persis kebiasaan Shaen saat tidur. Shaen tidur seperti orang mati karena dia tak kan terbangun oleh suara atau gerakan apapun.

Exelle menyingkapkan selimut Shaen dan menggendongnya ala bridal. Exelle tak mengantisipasi kalau Shaen hanya menggunakan kemeja putih kebesaran sebagai pakaian luarnya. Lengan telanjang Exelle bergesekan langsung dengan kulit paha telanjang Shaen yang mulus dan lembut.

"Shitt...kamu benar-benar menggodaku Shaen."

Exelle meletakkan tubuh Shaen dengan lembut ke atas ranjang tempat dia tidur tadi. Kemudian mengambil posisi untuk tidur di sebelahnya. Exelle seakan tak percaya jika Shaen seranjang dengan dia saat ini.

"Apakah aku bermimpi? Jika benar aku bermimpi, aku tak ingin bangun lagi agar kamu tetap disampingku Shaen," bisik Exelle.

Tangan Exelle membelai pipi Shaen. Pipi yang selalu memerah saat Exelle menggodanya.

"Aku sangat penasaran, jika besok pagi kamu seranjang denganku, pipimu akan berubah menjadi warna apa?" kata Exelle masih terus membelai pipi Shaen.

Jemari Exelle menyingkirkan rambut yang menghalangi muka Shane kemudian menelusuri mata, hidung dan bibir Shaen.

"Bibir yang manis dan lembut, aku sangat menyukainya," kata Exelle sambil mengusapkan ibu jarinya berulang kali ke bibir Shaen.

Exelle menurunkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke bibir Shaen. Tak menunggu lama, Exelle langsung melumatnya lembut. Menjilat bibir atas dan bibir bawah Shaen, menghisapnya pelan agar Shaen tak terbangun.

"Damn... Bibirmu sangat nikmat," bisik Exelle sambil terus melumat bibir Shaen.

Merasa aman karena Shaen tak terganggu tidurnya, Exelle semakin berani menjelajah lagi dengan menyapukan bibirnya ke leher Shaen. Mengecup dan menghirup aroma tubuh Shaen disana.

Mutiara yang Tersembunyi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang