Bab 20

41.5K 2.1K 3
                                    

Shaen lagi-lagi tak percaya, saat di depannya terlihat jet pribadi yang siap mengantarkannya bulan madu. Setahu Shaen, Exelle tak pernah pergi menggunakan jet pribadi. "Jadi, punya siapa ini?" tanya Shean dalam hati.

Tetapi saat masuk ke dalamnya dan melihat setiap desain serta assesoris yang terpasang, Shaen sangat yakin bahwa jet pribadi ini adalah milik Exelle. Shaen jadi penasaran, sebenarnya sekaya apa Exelle?

Perjalanan mereka memakan waktu yang lumayan lama sampai Shaen merasa sedikit bosan dan akhirnya jatuh tertidur dipelukkan Exelle.

Mata Shaen terbelalak saat terbangun dari tidurnya, dia sudah berada di sebuah ranjang yang sangat besar dengan seprei dan selimut berwarna putih. Kamarnya berupa bangunan kayu yang sangat cantik. Ada kelambu tipis lembut di jendela dan pintu balkon yang terkibar karena tiupan angin.

Shaen semakin terkagum saat dia terduduk dan di hadapannya terlihat sebuah pemandangan yang luar biasa. Sebuah lautan berwarna biru yg menyatu dengan langit. Ombak putih yang bergulung dan memecah di pantai. Dua tiga ekor burung yang terbang bergerombol di atas lautan.

"Aku sedang berada dimana? Apakah ini surga?" tanya Shaen masih bingung.

Kekaguman Shaen membuat dia tak menyadari bahwa Exelle sudah berada dibelakangnya.

"Apakah kamu menyukai pemandangannya?" tanya Exelle.

Shaen hanya mengangguk tanpa menolehkan kepalanya karena masih terpesona dengan indahnya pemandangan di luar kamarnya. Exelle sabar menunggu istrinya yang sedang menikmati pemandangan diluar sana. Dengan lembut Exelle memeluk Shaen dari belakang dan mencium puncak kepala Shaen.

Konsentrasi Shaen terganggu saat aroma tubuh Exelle menggelitik indra penciumannya. Dia menutup matanya untuk menikmati aroma tubuh Exelle yang membuat tubuhnya berdesir aneh. "Jangan-jangan hormonku sedang bermasalah?" batin Shaen.

Exelle yang heran karena Shaen tak menanggapi perkataannya, kemudian turun dari ranjang dan berdiri di depan Shaen untuk mengetahui apa yang terjadi. Exelle tersenyum saat tahu, Shaen sedang menutup mata dan terlihat sangat cantik.

Exellepun mengecup bibir ranum di depannya. Membuat mata Shaen terbuka karena terkejut dengan ciuman singkat tersebut.

Seketika kewanitaan Shaen basah karena pemandangan didepannnya yang lebih mempesona dibanding pemandangan pertama yang dia lihat tadi.

Exelle terlihat sangat tampan dengan kemeja putih tanpa dalaman, yang membuat perutnya tercetak jelas dibalik kemeja tersebut. Dengan celana pendek yang tidak sepenuhnya menutupi pahanya, membuat Shaen bisa melihat dengan jelas otot paha Exelle yang kencang dan akan menggembung saat kaki Exelle bergerak.

Seketika Shaen menahan nafasnya, dirinya takut tak bisa mengendalikan bibirnya untuk tak mendesah. Nafas Shaen memburu dan tanpa sadar Shaen menjilat bibirnya karena terasa kering.

"Apa dirimu sedang terpesona dan terangsang karenaku?" tanya Exelle membuat muka Shaen seketika merah menahan malu. Shaen hanya terdiam karena tak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

"Mandilah agar tubuhmu terasa segar, setelah itu kita makan. Aku akan memuaskanmu nanti dan kamu butuh energi untuk kita bertempur," kata Exelle sambil mengedipkan matanya.

"EXELLE...," teriak Shaen menyembunyikan rasa malunya. Exelle tertawa melihat respon Shaen. Shaen yang jengkel dengan godaan Exelle, mengambil bantal bermaksud melemparkannya ke muka Exelle.

Sayangnya, bantal tersebut hanya berhasil mengenai pintu kamarnya karena Exelle sudah melesat pergi.

"CEPATLAH MANDI, AKU MENUNGGUMU DI MEJA MAKAN," teriak Exelle dari luar kamarnya dengan tawanya yang belum berhenti.

Hari menjelang senja saat Shaen bergabung di meja makan bersama Exelle.

"Mandimu sangat lama, makanannya sudah mulai dingin," kata Exelle dengan muka cemberut yang dibuat-buat.

"Itu karena pakaian yang kamu sediakan semuanya terbuka, membuatku bingung harus  memakai apa."

"Pakailah yang paling seksi sayang, aku ingin melihat dirimu tampil seksi."

Shaen memutar bola matanya mendengar jawaban Exelle. "Sebenarnya dimana kita berada?" tanya Shaen penasaran.

"Di pulau pribadiku dan kita akan menikmati bulan madu kita tiga hari kedepan disini."

"Tiga hari? Aku tak bisa meninggalkan rumah sakit selama itu, mereka butuh bantuanku."

"Tidak ada bantahan sayang dan aku pastikan kamu tidak bisa kabur dari pulau ini kecuali kamu mau berenang mengarungi lautan."

"Anda terlalu kejam Tuan Exelle."

"Semua itu karena anda sangat keras kepala Nyonya Exelle."

Ada desiran aneh di dadanya, saat Exelle menyebut dirinya sebagai Nyonya Exelle.

"Pulau pribadi? Sebenarnya aku penasaran, seberapa kaya dirimu? Hari ini aku dibuat kaget berkali-kali karenamu. Persiapan pernikahan yang kilat, jet pribadi dan sekarang pulau pribadi."

"Kekayaanku sebesar apa yang pernah kamu pikirkan atau bahkan lebih."

"Tak mungkin," kata Shaen tak percaya.

"Tak ada yang tak mungkin. Karena kekayaan inilah yang membuat Axelle berambisi mengalahkanku. Dia bekerja keras untuk menghasilkan uang sedangkan aku, uang yang bekerja untukku."

"Suamiku sedang menyombongkan dirinya, sayangnya aku tidak tertarik dengan semua kekayaanmu tuan Exelle."

"Ya, aku percaya kamu tidak tertarik pada uangku, tapi matamu mengatakan bahwa dirimu sangat tertarik dengan tubuhku."

Shaen hampir tersedak makanannya saat Exelle menggodanya. "Jangan terlalu percaya diri Tuan Exelle. Menurut saya, andalah yang sangat tertarik dengan pesona saya."

Exelle semakin gemas mendengar perkataan  istrinya. "Awas saja, sebentar lagi aku akan membuatmu tak berhenti mendesah dan meneriakkan namaku," batin Exelle.

Setelah selesai makan, mereka menikmati indahnya senja dari depan rumah yang mereka tinggali. Ditemani coklat hangat, Shaen dan Exelle saling berbagi cerita. Mataharipun tenggelam dan udara mulai terasa dingin, Shaen menyembunyikan tubuhnya dalam pelukan Exelle untuk mencari kehangatan.

"Dinginkah?" tanya Exelle.

Shaen mengangguk, menjawab pertanyaan Exelle.

"Ayo, kita masuk ke rumah untuk membuat tubuhmu hangat."

Sesampainya di kamar, Exelle memeluk tubuh Shaen dan mencium keningnya. Perlahan tangannya membelai punggung dan pinggang Shaen.

"Aku merindukanmu," kata Exelle yang kemudian melumat bibir Shaen. Shaenpun dengan senang hati menyambut bibir Exelle.

Tangan Exelle tidak tinggal diam, menelusup masuk dan membelai bagian bawah bukit indah Shaen. Menggodanya disana dan berhasil membuat kulit Shaen meremang. Setelah puas, Exelle pun meremas bukit indah Shaen dengan lembut. Apa yang dilakukan Exelle membuat gairah Shaen meningkat, tanpa sadar Shaen mendesah di telinga Exelle.

"Sepertinya kamu sudah siap bertempur malam ini?" goda Exelle, membuat Shaen tersenyum malu tetapi juga menginginkannya.

*

(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)

Mutiara yang Tersembunyi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang