Dengan perlahan Shaen menuruni tangga menuju ruang makan. Dengan hati bergemuruh dan tangan yang gemetar, Shaen memasuki ruangan yang penuh dengan keluarga Mahawira tersebut.
Shaen mengedarkan pandangannya, orang tua Axelle menatapnya tajam begitu juga anak perempuan mereka. Hanya Exelle yang terlihat cuek, dia hanya berkonsentrasi pada makanannya dan terus melahapnya. Saat Shaen semakin mendekati meja makan, terlihat gerak bibir Ixelle dengan memanggilnya pelan, "pelacur."
Tubuh Shaen semakin menciut. Dengan nada sedikit takut, Shaen bertanya, "Mr Mahawira dan Mrs Mahawira, apakah kalian memanggilku?"
Semenjak Shaen menjadi menantu mereka, orang tua Axelle tak pernah mengakuinya karena itu Shaen tak pernah memanggil mereka Mama ataupun Papa.
"Pengacara Axelle akan datang besok untuk mengumumkan pesan terakhir Axelle dan kamu wajib ikut untuk mendengarkannya," kata Papa Axelle tanpa basa-basi.
Setetes air mata jatuh membasahi pipi Shaen saat bayangan Axelle terlintas kembali di kepalanya.
"Apakah harus besok Mr Mahawira, bisakah diundur beberapa hari kedepan?"
"Pengacara Axelle akan segera pergi ke Belanda, anaknya sedang ada masalah. Kemungkinan 6 bulan lagi dia bisa pulang. Dia hanya punya waktu besok untuk membacakan pesan Axelle," jawab Papa Axelle.
"Bisakah aku tidak datang? Karena kemungkinan akupun tidak diperlukan disana."
"Kamipun sebenarnya tidak mau kamu datang, tapi jika kamu tak datang, pesan itu tak bisa dibacakan," sekarang gantian Ixelle bersuara.
Shaen menghela nafas mendengar perkataan iparnya. "Baiklah besok aku akan datang," kata Shaen.
"Good, jika kamu sudah setuju, kamu bisa kembali ke kamarmu untuk meratapi nasibmu. Karena sebentar lagi kamu harus angkat kaki dari rumah ini," kata Mama Axelle.
Shaen hanya mengangguk lemah, "aku ke atas dulu kalau begitu, permisi."
"Apa kamu tak makan terlebih dahulu?" tiba-tiba suara Exelle terdengar dan mengejutkan semua orang yang ada dalam ruangan tersebut, begitu juga Shaen.
"Kakak, untuk apa kamu menawari dia makan? Dia hanya seorang pelacur yang merayu Kak Axelle dan menjebaknya dalam sebuah pernikahan. Dia tak pantas satu meja dengan kita," kata Ixelle begitu keras, sengaja agar Shaen mendengarnya.
Shaen sudah terbiasa dilecehkan dan dihina secara verbal seperti ini. Jadi hatinya sudah kebal karena saking sakitnya, Shaen seakan sudah tak bisa merasakan sakit dengan penghinaan tersebut.
"Kalau dia tak makan lalu pingsan atau bahkan ikutan mati bersama dengan suaminya, kalian tak akan bisa mendapatkan warisan dari Kak Axelle."
"EXELLE..."
Orang tua Axelle berteriak bersamaan. Tetapi Exelle tak menanggapi teriakkan mereka, dia tetap makan dengan santainya.
"Aku akan makan di atas," Shaen menyela ketegangan yang tiba-tiba muncul diantara anak dan orang tuanya tersebut.
Keesokan harinya semua keluarga Mahawira sudah berkumpul di ruang keluarga di rumah Axelle. Disana juga terlihat Shaen dengan pakaian gelapnya yang berdiri di ujung ruangan seakan tak ingin terlihat. Pengacara Axelle baru saja datang dan tampak tergesa-gesa.
"Selamat pagi semuanya, maafkan saya karena terburu-buru karena saya tak bisa terlambat dengan penerbangan saya."
Semua orang di ruangan tersebut, mengangguk maklum dengan urusan pengacara Axelle.
"Ok, saya akan mulai membacakan surat wasiat dari Bpk Axelle. Apakah semua sudah hadir?"
Pengacara Axelle mulai mengabsen satu persatu semua orang yang harus hadir dalam pembacaan surat wasiat Axelle. Kemudian memulai dengan kata pembuka dan lain-lainnya. Sampai pada akhirnya, masuklah pada inti dari pertemuan ini yang sudah ditunggu-tunggu semua keluarga Mahawira kecuali Shaen.
"Pertama-tama untuk rumah yang selama ini ditinggali oleh Mr Axelle bersama istrinya, sepenuhnya menjadi milik Mrs Shaenette Maheswari. Untuk pembagian keseluruhan harta dan aset yang Mr Axelle miliki, Mr & Mrs Mahawira akan mendapatkan 20%. Ms Ixelle akan mendapatkan 10%, 10% lagi akan diberikan oleh Mrs Shaen kepada Ms Ixelle jika Ms Ixelle sudah lulus kuliah, bekerja dan mampu mengelola keuangan dengan baik.
20% akan diberikan kepada Mr Exelle dan 10% lagi akan diberikan kepada Mr Exelle jika Mr Exelle bersedia membantu Mrs Shaen mengelola perusahaan dengan baik. Sisanya yaitu 30% akan menjadi milik Mrs Shaen seutuhnya dan 20% adalah harta titipan sampai Ms Ixelle dan Mr Exelle layak mendapatkannya."
Belum selesai pengacara Axelle membacakan wasiatnya, semua yang ada di ruangan mulai berdebat satu sama lain.
"Apa-apaan ini, kenapa pelacur itu dapat lebih banyak?" kata Ixelle.
"Dimana otak Axelle? Kenapa hartanya malah diberikan kepada orang-orang pembawa sial di keluarga ini?" kata Papa Axelle geram.
"Asal Papa tahu, aku tak pernah meminta harta dari anak kesayangan Papa, ambil saja harta anakmu, aku tak sudi menerimanya," kata Exelle.
"Hm...hm..," pengacara Axelle mencoba menghentikan perdebatan mereka.
"Selama ini Mrs Shaen telah mengambil study dan dianggap layak memegang kedudukan tertinggi di G-Company. Tetapi karena pengalaman Mrs Shaen masih kurang maka Mr Exelle wajib mendampingi dan membimbingnya. Tetapi jika Mr Exelle tidak bersedia menerima kedudukan tersebut maka seluruh hak Mr Exelle atas 30% kepemilikan akan sepenuhnya menjadi milik Mrs Shaen dan Mrs Shaen berhak mengangkat orang yang dianggap bisa dipercaya menjadi pembimbingnya. Sekian pesan dari Mr Axelle dan semua ini Mr Axelle tulis dengan keadaan sadar tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun. Yang bertanda tangan Axelle Mahawira."
"Kakak, aku tak rela pelacur itu memiliki 60% harta Kak Axelle. Dia tak pantas mendapatkannya," rengek Ixelle kepada Exelle.
"Apa peduliku, tanpa harta Kak Axelle, aku juga bisa hidup," kata Exelle tegas.
"Exelle sayang, jangan emosi seperti itu. Tenangkanlah dirimu, kita bicarakan baik-baik," kata Mama Axelle.
"Sejak kapan aku jadi anak kesayangan Mama. Anak kesayangan Mama dan Papa sudah mati," Exelle berkata sinis.
"Exelle jaga mulutmu itu!" bentak Papa Axelle.
Hanya senyuman sinis yang Exelle berikan, menanggapi bentakan Papanya.
"Permisi semuanya, untuk saat ini tugas sudah selesai. Saya permisi terlebih duhulu karena saya harus mengejar penerbangan saya," sela pengacara Axelle.
Seakan tak terlihat, Shaen akhirnya maju. "Saya antarkan anda, mari silakan," kata Shaen dengan ramah.
"Terimakasih Mrs Shaen," jawab pengacara Axelle.
Sepeninggalan Shaen, keluarga Mahawira kembali berdebat. Mama Exelle mulai merayu Exelle agar berusaha mengambil semua harta Axelle menjadi milik Exelle sepenuhnya.
"Mama tak rela harta keluar Mahawira jatuh ketangan seorang pelacur, Mama pastikan sepeserpun pelacur itu tak akan menerima warisan Axelle. Exelle sekarang kamu sudah menjadi anak tertua dari keluarga ini, apakah kamu tak mau mengambil tanggung jawabmu?" tanya Mama Exelle.
"Sejak kapan aku menjadi bagian dari keluarga Mahawira? O ya aku ingat, semenjak anak kesayangan Mama dan Papa mati dan hartanya jatuh pada seorang pelacur, sejak saat itu aku tiba-tiba menjadi seorang anak Mahawira."
"Dari dulu kamu anak kami Exelle, saat kamu keluar dari rumah, kami semua kehilanganmu," rayu Mama Exelle.
Exelle melirik ke Papanya yang hanya diam saja. Sepertinya mulut pedas Papanya sudah jadi hambar.
Exelle melenggang pergi begitu saja tanpa peduli omongan Mama dan adek perempuannya.
Waktu menuju pintu keluar, Exelle berpapasan dengan Shaen. Ada senyum jahat dibibir Exelle, membuat Shaen bergidik takut.
"Hallo Kakak Ipar."
Shaen yang mendengar sapaan Exelle mengangguk takut dan langsung berjalan cepat meninggalkannya
"Wanita yang menarik," batin Exelle.
*
(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara yang Tersembunyi (Tamat)
RomansaShaen seorang gadis yatim piatu, harus rela hidup di rumah bordil. Beruntung ada seorang pria kaya raya yang menebus dan menikahinya. Tetapi baru 5 tahun pernikahan, Shaen harus menjadi janda karena suaminya meninggal. Exelle adalah adek ipar Shaen...