Chapter 4

3.3K 387 18
                                    


Seharian ini Yibo terlihat uring-uringan. Pasalnya saat bangun tidur dia tidak mendapati Xiao Zhan di rumah. Karena biasanya saat dia bangun tidur, Xiao Zhan sudah menyiapkan sarapan untuknya. Namun pagi ini tak hanya sarapan buatan Xiao Zhan yang tak ada, bahkan orangnya pun juga tak ada.

Juru masak keluarganya telah menyiapkan beberapa hidangan untuknya. Yibo mencoba mencicipi salah satu masakan. Namun rasa dari makanan itu rupanya tidak cocok dengan seleranya. Selama ini hanya masakan Xiao Zhan yang cocok dengan seleranya.

"Yibo," tegur Nyonya Wang sambil membelai rambut putra tunggalnya. "Kenapa tidak dimakan?"

"Tidak enak." jawab Yibo ketus.

"Tidak enak?"

Nyonya Wang mengambil sendok, kemudian mencicipi salah satu hidangan yang tersedia. Dia mengernyitkan keningnya. Dia merasa tidak ada yang salah dengan makanannya, dan menurutnya rasa makanan buatan juru masaknya enak.

"Enak kok." ujar Nyonya Wang.

"Tidak enak." sahut Yibo tetap pada pendiriannya. "Tidak seenak masakan buatan Zhan Zhan!"

Nyonya Wang menghela napas. Sekarang dia mengerti kenapa putra semata wayangnya ini tidak mau makan. Bukan makanannya yang tidak enak, tapi suasana hati putranya yang sedang tidak enak.

"Xiao Zhan kan sedang pergi," ujar Nyonya Wang lembut. "Sekali-sekali cobalah makanan masakan juru masak keluarga kita. Cobalah udang goreng ini. Ini makanan kesukaanmu kan."

"Tidak mau!" tolak Yibo kasar. "Ibu, memang Zhan Zhan pergi kemana sih?"

"Tadi ada temannya datang menjemput. Katanya ingin mengajak Xiao Zhan jalan-jalan."

"Temannya? Temannya yang mana? Jalan-jalan kemana?"

"Namanya Alen. Dia putra kedua dari keluarga Fang. Ibu tidak tahu mereka pergi kemana."

"Dia lagi!" gerutu Yibo dalam hati.

Hatinya benar-benar panas saat ini. Dengan gerakan kasar, Yibo bangkit dari duduknya. Kemudian melangkah menuju kamarnya meninggalkan ibunya yang bingung melihat sikapnya.

"Loh mau kemana?" Nyonya Wang bertanya bingung.

"Tidur!"

"Makanlah dulu, Yibo!" seru Nyonya Wang namun tak diindahkan oleh Yibo yang terus melangkah meninggalkan ruang makan.

Tuan Wang yang baru saja datang heran melihat sikap istri dan anaknya. Dia melangkah mendekati istrinya yang terlihat murung.

"Ada apa, sayang?" tanya Tuan Wang seraya duduk disamping istrinya.

"Aku bingung dengan kelakuan Yibo."

"Ada apa dengan Yibo?"

"Seharian ini dia uring-uringan terus. Dan sejak pagi dia tidak mau makan."

"Kenapa dia tidak mau makan?"

"Katanya semua makanan ini tidak enak." Nyonya Wang menunjuk makanan yang ada di meja makan.

"Tidak enak?" tanya Tuan Wang heran. "Selama ini makanan buatan juru masak keluarga kita kan selalu enak."

"Iya aku tahu, sayang. Memang selama ini masakan juru masak kita selalu enak. Tapi Yibo selama ini terbiasa memakan makanan buatan Xiao Zhan. Dia tidak mau makan jika bukan Xiao Zhan yang memasaknya."

Tuan Wang menghela napas berat. "Sepertinya kita terlalu memanjakan Yibo."

"Sudah sewajarnya kita memanjakannya. Dia kan putra kita."

Kaulah Belahan Jiwa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang