Our Past (2)

4.2K 355 18
                                    

Wonwoo menautkan alisnya ketika mendapati raut murung Mingyu. Tidak biasanya bocah kelebihan kalsium itu berekspresi seperti itu. Ada masalah kah?

"Gyu, kamu kenapa? Lagi ada masalah?" tanyanya.

Bukannya menjawab pertanyaan Wonwoo, Mingyu malah mendekat lalu memeluk laki-laki kurus tersebut. Wonwoo tentu saja terkejut dengan tindakan tiba-tiba itu, bahkan ia sampai menahan napasnya karena gugup.

"G-gyu...?"

Mingyu semakin mengeratkan pelukannya, dan hal itu membuat semburat tipis muncul di kedua pipi putih Wonwoo.

"Hyung......."

Panggilan itu hanya Wonwoo jawab dengan deheman pelan. Tangannya hendak membalas pelukan Mingyu. Namun urung ketika mendengar perkataan laki-laki itu.

"Aku mau pindah rumah..."

Deg..

Debaran jantungnya semakin cepat, namun yang ini terasa sedikit menyesakkan.

"Pindah? K-kok bisa?" Wonwoo sebisa mungkin mengatur suaranya agar tidak bergetar. Meskipun kenyataannya tidak berhasil.

Mingyu melepas pelukan mereka dengan perlahan. Tangannya menangkup kedua pipi Wonwoo dengan lembut, menghantarkan getaran halus pada namja manis itu.

"Kakek aku masuk rumah sakit, dan gak mungkin kerja lagi. Nenek juga udah cukup tua. Jadi mereka nyerahin perusahaan sama sekolah ke Mami Papi. Karena gak mungkin juga buat ninggalin mereka, kami mutusin buat balik ke rumah utama," jelas Mingyu dengan pelan sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar hal itu Wonwoo tentu saja sedih. Berteman dengan Mingyu selama hampir 10 tahun membuatnya tidak bisa jauh-jauh dari laki-laki itu. Bahkan Soonyoung dan Jihoon yang sudah berteman dengannya dari sejak masih bayi tidak bisa membuatnya nyaman seperti saat bersama Mingyu.

"Kalo gitu kenapa sedih? Kamu bakal tinggal sama mereka, kan? Rumah kamu bakal rame, jadi pasti seru!" Wonwoo berujar sambil memasang senyumnya, meskipun hatinya tidak bisa berbohong jika ia sedikit tidak rela.

"Tapi hyung, aku gak mau jauh-jauh dari hyung! Aku pengen terus sama hyung!"

Perkataan itu membuat Wonwoo sedikit melebarkan matanya. Namun tak lama. Karena ia segera menggantikannya dengan menunjukkan sebuah senyuman. Tangannya mengelus kepala Mingyu dengan pelan.

"Jangan gitu dong. Kita kan masih bisa berhubungan lewat telepon rumah. Atau kalo aku ada waktu luang aku main ke rumah kamu, gimana?" tawarnya.

"Kalo cuma lewat telepon gak cukup. Kalo aku kangen hyung gimana? Nanti aku gak bisa peluk hyung lagi. Lagian rumah aku cukup jauh hyung. Aku gak mau hyung kecapean cuma buat main ke rumah aku."

Wonwoo menghela napas. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Disisi lain ia juga tidak mau kalau harus berpisah dengan Mingyu, apalagi jarak rumah mereka cukup jauh. Tapi disisi lain ia tidak boleh egois. Ia tidak bisa melarang Mingyu untuk pergi, karena itu memang untuk kebaikan Mingyu.

.

.

.

"Wonu, lagi ngapain?"

Suara eomma Jeon mengagetkan Wonwoo yang saat itu tengah berdiri di depan jendela rumah mereka. Eomma Jeon yang penasaran segera mendekati putra sulungnya. Begitu melihat keluar jendela, ia bisa melihat ada banyak mobil pengangkut barang terparkir disana. Wanita itu menolehkan kepalanya dan mendapati Wonwoo yang menatap sedih ke depan. Bukannya ikut bersedih, eomma Jeon justru tersenyum lembut pada Wonwoo. Tangannya mengelus surai halus Wonwoo dengan sayang.

[✔] Lie Again [MEANIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang