page break 18 : jarak tanpa bicara

569 128 2
                                    


double update for today, have a goodnight, all.
wuf you ♡

So, we start.

---

Ga terasa Ujian Nasional telah berakhir yang berarti saat ini juga mereka melepas masa-masa sengsara belajar 3 tahun di sekolah. Perang yang selanjutnya adalah serangkaian prosedur dan seleksi masuk perguruan tinggi, awalnya mereka haha hihi ga ada beban, tapi setelah semuanya makin deket, beban yang dirasakan kaya di dapat dari ketinggian, berat dan siap ga siap harus dihadapi. Jadi, walaupun udah libur, bebannya malah berkali-kali lipat.

Sama seperti yang lain, Hanan juga demikian. Cowok itu rencananya mau ambil Hubungan Internasional di Universitas Indonesia, dan ini juga lintas jurusan.

“Sa, hasil SBMPTN kamu keluarnya kapan?”

Hanan bergabung bersama bunda di meja makan sambil mencomot satu buah jeruk,
“Seminggu lagi, nih. Doain aja ya, bun. Katanya doa orang tua paling manjur.”

“Pasti di doain, abang. Kamu sudah usaha jadi sekarang tinggal banyakin tawakkal sama doa, kalau rejeki ga akan kemana, kok.” Hanan mengangguk.

“Tapi kalau UN Aksa ga memuaskan, jangan marah ya, bun.”

“Iya, ga akan, kamu ga inget papa bilang apa? katanya asal kamu mau usaha dulu, toh kadang emang ada sesuatu yang hasilnya ga sesuai yang diharapkan. Tapi jangan berbesar hati dulu, bunda mungkin ga akan marah paling ngomel dikit,” kata bundanya sambil ngusak rambut putra semata wayangnya itu.

“Bun, Hanan udah ga kontakan lagi sama Nala, kami benar-benar jadi asing sekarang," kata Hanan tiba-tiba.

Bunda yang awalnya mau ke kamar mengurungkan langkahnya setelah denger kata Hanan, “Bunda juga mau nanyain itu, terakhir sekitar tiga bulan yang lalu deh kalau ga salah, pas dia nganterin pudding sama sus buat bunda pas lagi sakit.” Hanan ngangguk tanpa bales ucapan bundanya.

“Abang ada salah sama Nala?”

“Aksa ga ngerasa ada salah sama dia,”

“Coba cerita sama bunda, bang.”

“Ya itu, Hanan beneran yakin sama perasaan Hanan ke dia, bun. Berulang kali Hanan bilang ke dia kalau Hanan punya perasaan yang sama, tapi dia selalu ngalihin pembicaraan. Sampai waktu itu, hari terakhir Hanan ngobrol sama dia, dia bilang dia ga bisa dan mau fokus belajar buat UN dan seleksi universitas.”

Bunda ngangguk lalu ngelus puncak kepala Hanan, “Terus, abang bilang apa?”

“Aksa bilang Aksa ga akan ganggu lagi, jadi setelah itu Aksa ga kontakan atau interaksi sama dia. Toh dianya juga gitu,”

“Emangnya si kakak mau kuliah dimana, bang?”

“Aussie, bun. Mau ambil jurusan bisnis katanya.”

Si bunda ngangguk dan masih ngelus puncak kepala Hanan, “Pasti berat bagi dia, bang. Wajar aja dia kaya gitu.”

“Sisi mananya yang wajar bun? Tiba-tiba ga ada angin-

“Wajar. Udah abang ga akan tau perasaan perempuan kalau abang hanya lihat dari sudut pandang abang aja. Kalau mau, ajak dia ketemu, toh ga ada salahnya, kan?”

intercostal ─2hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang