Like the flowing wind
I won't be able to catch you
Through the gap of my five fingers
You escaped
Flowing away somewhere far far awayDay6 - Like a Flowing Wind
---
“Naya orang baik, Sa. Dia ga mungkin khianatin lo karena belum selesai dengan perkara hatinya sama masa lalunya. Kami berhubungan baik selama ini murni sebatas ngomongin penyakit gue. Iya sih obrolannya ngalor ngidul bahas ini itu, tapi beneran ga ada unsur lain di dalamnya. Naya juga sering cerita masalah masa SMA nya, gue juga tau dia pacaran sama lo. Jadi, jangan berpikiran negatif dulu.”
“Gue percaya kok sama Naya, gue tau dia emang pedulian orangnya, tapi konteksnya kalau bersangkutan sama lo, semuanya kerasa beda, Van.”
“Apa yang beda, Sa?” tanya Naya dengan matanya yang sudah memerah, cewek itu udah siap nangis apalagi setelah denger jawaban Hanan selanjutnya.
“Gimana bisa lo gak peka kalau dia masih punya rasa sama lo?” tanya Hanan kepada Jevan, Jevan tentunya kaget dong ditanya gitu, karena bisa-bisanya Hanan ini berpikiran seburuk itu tentang pacarnya sendiri.
“Kok lo jadi cowok mulutnya licin banget, sih? Lo ga bisa nuduh sembarangan! Gimana pun Naya ini pacar lo!” si objek makin menunduk sambil meremat baju rajutnya.
“Karena Naya pacar gue, karena gue udah bersama dia satu tahun ini, Van. Makanya gue tau tentang gimana Naya ke gue,” jelas Hanan dengan tenang, padahal laki-laki itu sama kacaunya sekarang.
“Buktiin ke gue!”
“Waktu itu Naya demam tinggi sampe meracau, dan sambil ngeracau Naya manggil nama lo. Ah, lo tau kan Naya suka Harry Potter? Ada satu novel seri yang gue nemuin foto polaroidnya kalian berdua. Respon gue saat itu gue biasa aja, mungkin Naya lupa sama fotonya dan biarin di dalem situ, tapi waktu dia lupa naroh novelnya dimana, dia kalang kabut katanya ada sesuatu yang penting di dalem novel itu. Sama ada satu lagi hal yang makin bikin gue yakin adalah, Naya surprise in gue ultah dan dia kasi gue kue tart rasa matcha, yang gue sama sekali ga suka sama kue itu. Pas gue tanya sama anak klub basket, ternyata lo suka banget sama matcha, ya?” Jevan diam sambil menatap laki-laki itu lurus. Kaget dengan fakta yang disampaikan sama Hanan barusan. Katakanlah Jevan memang masih menyayangi Naya, tapi dia cukup sadar diri dan memberi batasan agar ia bisa melupakan perasaaannya ke cewek itu.
Dia gatau, ternyata Naya masih segitunya sama hal tentang dia.
Sementara Naya makin nangis, dia ngerasa bersalah banget sama Hanan. Dia murni lupa di hari itu dan kenapa sih Hanan responnya biasa aja pas kue tart nya ternyata matcha, kenapa ga marah aja biar Naya tau letak salahnya.
“Hari itu aku murni lupa, Sa. Maafin aku, kamu kenapa ga marah aja sama aku hari itu?” Naya akhirnya berani menatap Hanan, dilihatnya cowok itu dengan lamat-lamat sebelum akhirnya Hanan memberi gestur ‘tidak apa-apa’ padanya.
“Masalah kue aja harus marah? Aku ga marah hari itu, hanya kecewa.”
“Sa, mulai hari ini gue ga akan kontakan sama Naya lagi. Gue gamau gara-gara gue kalian kaya gini, maafin gue, gue bakal menja-
“Van, lo tau sesuatu?”
hah?”
“Di dunia ini ada dua pilihan. Ada yang membahagiakan tapi akhirnya menyakitkan, tapi ada juga yang menyakitkan tapi akhirnya membahagiakan.”
“Lalu?”
“Gue pilih opsi kedua.”
“Sa, kamu-
KAMU SEDANG MEMBACA
intercostal ─2hyunjin
Fanfiction☁ミ✲2hyunjin "nanti kita lihat siapa yang menang, kamu dan kisahmu yang belum usai atau aku dan harapanku yang belum pudar?" ─because at the end, all i need is him to be happy. was #1 : 2hyunjin