Aku sudah berada didepan pintu apartnya Jaehyun. Dokter Doyoung tidak ikut masuk, katanya dia masih ada pekerjaan yang harus ia kerjakan. Awalnya aku mau langsung pulang kerumah mama tapi dokter Doyoung bilang aku harus menyelesaikan masalah rumah tanggaku terlebih dahulu.
Aku tak tau ada maksud apa dibalik sikap dokter Doyoung, kenapa dia bisa se-care itu sama urusan rumah tanggaku?
Klek!
Aku membuka pintu itu dan disana terlihat Jaehyun tengah mondar-mandir dengan raut wajah khawatirnya. Aku sudah menduga wanita itu bakal Jaehyun bawa kesini dan ternyata benar dia tengah duduk disofa ruang tamu kami.
"HAERA?!" Jaehyun segera menghampiriku dan memelukku begitu erat.
"Kamu kemana aja? Aku nyari kamu kemana-mana sayang. Kamu gak ada yang sakit kan? Kamu baik-baik aja kan? Aku khawatir." tanya Jaehyun bertubi-tubi.
Hilih bullshit ya Jung Jaehyun!
Aku masih diam tak menanggapi Jaehyun yang sudah khawatir setengah mati, apalagi dia tau aku sedang mengandung anaknya.
"Kamu masih marah sama aku?" tanya Jaehyun sambil memegang kedua pundak aku. Sebenarnya aku gak mau ngediemin jaehyun kayak gini tapi aku masih kesel sama dia.
"Sini biar aku jelasin semuanya sama kamu." ajak Jaehyun lalu menarikku.
Aku duduk disamping jaehyun dan didepan kami ada wanita tadi yang nangis dipelukan Jaehyun.
Jujur aku masih kesal karena kejadian siang tadi.
"Sayang, ini Jung Chaeyeon. Dia sepupu aku. Dia baru pulang dari Jepang beberapa hari yang lalu. Kami sama-sama anak tunggal, jadi aku udah anggap dia sebagai adik aku sendiri. Setelah tiga tahun aku baru ketemu dia lagi bikin aku jadi lupa waktu dan pulang malem terus. Maafin aku ya?" jelas Jaehyun.
Sampe gak inget keluarga ya? Bagus!
"Haera, aku udah banyak denger cerita kamu dari Jaehyun. Maaf ya bikin kamu khawatir, aku cuma kangen ngabisin waktu sama Jaehyun." kini giliran Chaeyeon yang angkat bicara.
Ngabisin waktu sama Jaehyun? Hello! Emangnya Jaehyun gak punya waktu buat keluarganya juga?
"Aku abis pendarahan, aku gak tau kalau aku hamil. Harusnya aku sekarang dirawat tapi karena aku gak sengaja liat Jaehyun sama kamu jadi aku nyamperin kalian. Aku gak tau harus lari kesiapa Haera, pacar aku ada di Jepang dan pas aku kasih tau ternyata aku hamil, dia malah suruh aku buat gugurin bayi ini. Aku gak punya tempat buat mengadu. Aku takut diusir sama orang tua aku."
Ternyata bukan anak Jaehyun, syukurlah aku merasa lega sekarang.
Sebenarnya aku kasihan sama Chaeyeon, wanita secantik dia kenapa harus punya nasib yang kurang baik seperti ini.
Sebagai sesama calon ibu aku bisa merasakan apa yang dia rasakan, tapi kenapa perasaan aku masih gak suka melihat dia? Apa karena aku dalam keadaan mood yang gak bagus? atau mungkin karena first impression kami yang kurang baik? Entahlah intinya aku gak suka.
Boleh gak sih kalau sekarang aku jadi orang jahat? Boleh gak sih kalau sekarang aku egois?
"Aku sekarang mau antar Chaeyeon pulang kerumah orang tuanya, kamu mending istirahat ya? Atau kamu mau ikut aku?" tanya Jaehyun sambil ngelus rambut aku.
"Aku gak mau ikut."
"Yaudah kamu pasti capek kan? Mending kamu istirahat aja ya sayang."
"Tapi aku butuh kamu."
Jaehyun diem, mungkin dia bingung sekarang. Dua orang ini ngebutuhin Jaehyun, entah mana yang bakal Jaehyun pilih akupun tak tau.
"Chae kamu pulang sendiri gak papa? Nanti aku pesenin taksi. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya?"
"Jaehyun kamu tega ngebiarin aku pulang sendiri?!" ucap Chaeyeon tak percaya dengan keputusan Jaehyun.
"Istri aku lagi butuh aku Chae."
"Haera kamu kok jahat banget sih! Aku lagi hamil Ra."
"Aku juga lagi hamil, dan aku butuh Jaehyun. Ini bukan kemauan aku tapi ini kemauam anaknya Jaehyun." setelah ngomong gitu aku langsung pergi kekamar.
Gak papa kan kalau aku begini?
"Maaf istri aku lagi sensitif. Ayo aku antar kamu kedepan."
"Jaehyun kamu serius?!"
"Istri aku butuh aku Chaeyeon."
"Tapi aku juga butuh kamu Jaehyun."
"Taksinya udah didepan ayo."
"Jaehyun kamu bener-bener ya!"
💚💚💚
"Kamu udah tidur?"
Jaehyun memasuki kamar dan duduk disebelahku, posisinya aku meringkuk dan memunggungi dia.
Jaehyun mengelus rambutku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Aku masih setia diposisiku, aku merasa bersalah karena sudah berburuk sangka terhadap suamiku sendiri.
"Harusnya aku bilang dari awal biar kamu gak salah paham. maafin aku." ucap Jaehyun lalu membenarkan selimut yang aku pakai.
"Selamat tidur istriku, wanita paling berharga melebihi apapun yang aku punya. I love you. Ah bukan, i mean i love you so much." lanjutnya kemudian Jaehyun mengecup puncak kepalaku lama.
Aku tak bisa menyembunyikan lagi isak tangisku setelah mendengar kata-kata yang Jaehyun ucapkan.
Bisa-bisanya aku menghakimi Jaehyun tanpa tau apa-apa.
"Kamu nangis?"
Aku bangun dan langsung memeluk Jaehyun dengan erat. Jaehyun yang awalnya terkejut langsung membalas pelukanku.
"Kenapa? Perutnya sakit? Atau kamu pusing lagi?" tanya Jaehyun khawatir namun aku menggeleng.
"Kenapa kamu gak bilang dari awal sih? Kan aku gak bakal negative thinking sama kamu." ucapku sambil sesekali terisak dipelukannya.
"Maafin aku." lirih Jaehyun.
"Aku yang minta maaf karena udah nuduh kamu yang bukan-bukan."
"Cupcupcup.. udah jangan nangis dong, masa calon mama nangis? Nanti diledekin adek bayinya loh." Jaehyun melepas pelukan kami lalu membawaku keatas pangkuannya. Dia mengelap air mataku dengan ibu jarinya dan mengecup kedua kelopak mataku setelahnya.
"Jangan nangis lagi, hati aku sakit liat kamu nangis kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dufan [Jung Jaehyun] | END |
Fiksi RemajaBener ya kata orang kalau duda itu lebih menggoda daripada bujang apalagi duda sekelas Jung Jaehyun hm(͡° ͜ʖ ͡°)