Sembilan

466 30 15
                                    

Penulis:
Elfia yulianur fiaaanr
Septiana fatihatul M. septianafm
.
.
Happy reading.🌿
.
.
.

Sinar matahari menyelusup melalui celah-celah ventilasi kamarku. Masih dengan tubuh yang terbalut selimut bergambar minion, aku terperanjat ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.30.

Mampus gue! pekikku dalam hati.

Aku segera bangkit dari bed cover-ku dan bergegas menuju kamar mandi. Namun, saat aku melihat cermin, aksiku terhenti. Aku melihat pantulan wajahku yang berantakan. Rambut yang urak-urakan dan mata sembab yang bertengger di sana.

Ini pasti karena semalam. Ya, semalam, aku hanya menghabiskan berjam-jam hanya untuk menangis. Tentu saja, hal itu karena pesan yang dikirimkan oleh My Prince. Kata-kata itu masih terngiang-ngiang di otakku sampai saat ini.

'Aku mau kita putus!'

Ah sudahlah! Aku harus melupakannya.

******

“ANASTASYA FRANINDA! WOY CEPETAN!”

Itu adalah suara Bara yang menggelegar di pelataran rumahku. Aku pun segera turun ke bawah dan berpamitan pada Mama.

“Nggak mau sarapan dulu, sayang?” tanya Mama.

“Nggak usah, Ma, Ana udah telat banget ini.”

“Yaudah, hati-hati.”

Saat aku hendak mencium pungung tangan Mama, Mama mengangkat wajahku dan berkata, “Kamu habis nangis? Kok matanya sembab gitu?”

“Ee ... ah, Bara udah nungguin! Aku berangkat dulu ya, Ma!” ucapku mengalihkan pembicaraan dan segera berlari ke pelataran rumah.

“Lo habis bertapa dulu apa gimana, sih, Na!” sindir Bara.

“Ya maap, gue kesiangan.”

“Yaudah cepetan naik! Sepuluh menit lagi bel Bagaskara bunyi!”

Saat aku mengenakan helm, Bara kembali mengoceh tidak jelas.

“Kok mata lo merah gitu, Na? Lo habis nangis? Siapa yang bikin lo nangis? Si Alka Alka itu, ya? Atau pacar online lo itu? Biar gue hajar orangnya!”

“Ck! Lo nanya atau nginterogasi gue?”

“Gue cuma nangis gara-gara nonton drakor tadi malem,” alibiku.

“Yakin?”

“Iya, Bar. Ayo cepet, ah! Nanti kita telat!”

Bara segera menancap gas ninja hitamnya secepat kilat. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata agar kami tidak terlambat.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya aku dan Bara sampai di sekolah. Meski bel sudah berbunyi dua menit yang lalu, tetapi untung saja gerbang belum ditutup oleh pak satpam.

Aku dan Bara pun berpisah saat memasuki koridor kelas 11. Bara ke kelasnya, begitupun sebaliknya.

Alangkah sialnya ketika pintu kelasku 11 MIPA 3--kelasku sudah tertutup rapat.

Alkana || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang