Penulis:
Elfia yulianur fiaaanr
Septiana fatihatul M. septianafm
.
.
Happy reading.🌿
.
.
."Na, lo kenapa?"
Aku terpenjat kaget. Begitupun dengan Alka yang langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Eh ... Bar-ra," jawabku gelagapan. Kulihat Bara menatap tajam ke arah Alka sambil mengepalkan tangannya.
Bughh ....
"Bar! Lo kenapa, sih?"
"Lo yang kenapa, Ana? Nih cowok kan yang sudah membuat lo ke gini? Iya kan? Jawab, Na!" bentak Bara.
"Bukan Bar," cicitku.
"Lalu siapa?" tanya Bara masih dengan nada membentaknya.
Untung saja UKS jauh dari ruang guru, jadi tidak akan ada yang mendengar bentakan Bara.
Bughh ... bughh ....
"Masih belum puas lo bikin hidup gue hancur, hah?! Jawab lo bangsat!"
Bughh ....
Kulihat wajah tampan Alka sudah berubah babak belur. Perlahan, air mataku mengucur deras. Aku benar-benar takut melihat wajah Bara sekarang. Wajahnya merah padam diselimuti oleh amarah.
"Hikss ... hikss ... please berhenti, Bar," ucapku dengan suara parau.
Seketika, Bara menghentikan bogemannya yang hendak ditujukan kepada Alka.
"Na? Lo kenapa? Kok nangis? Apa ada yang sakit?" Pertanyaan beruntun Bara justru membuatku semakin menangis.
"A-aku ... takut," cicitku.
"Takut? Lo takut sama siapa, Na? Apa dengan si brengsek ini?" tanya Bara sambil melirik Alka yang masih diam.
"Gue takut karena lo, Bara!" bentakku. Aku juga tidak tahu, entah keberanian apa yang merasukiku hingga berani membentak Bara. Tapi lega juga sih, akhirnya aku dapat mengeluarkan suaraku dengan lancar, tidak seperti tadi yang hanya seperti cicitan anak tikus.
"Maafin gue, Na," sesal Bara.
Kulihat rahang Bara yang tadi mengeras sudah mulai melunak. Wajahnya pun tidak seperti tadi.
"Pergi lo dari sini! Sebelum kesabaran gue habis," ucapnya pada Alka.
Tanpa menunggu lama, Alka segera meninggalkan ruang UKS. Aku jadi kasihan melihatnya. Padahal kan tadi dia tidak sengaja. Malahan dia yang bawa aku ke UKS. Aku pun belum mengucapkan terima kasih kepadanya. Huft.
"Woy, Na! Ya elah, malah ngelamun lagi," ucap Bara sambil menjentikkan jarinya di wajahku.
"Eh ... tadi lo bilang apa?"
"Lo kenapa sih, Na? Perasaan akhir-akhir ini lo sering ngelamun, deh."
"Perasaan lo aja kali, Bar."
"Ngeles mulu lo! Terus tadi itu apa namanya kalo buka ngelamun? Kesambet?"
Aku menyengir lebar. Padahal aku juga tak tau kenapa akhir-akhir ini aku sering melamun. Apa karena My Prince? Atau justru karena Alka? Sebenarnya aku masih penasaran pada sikap Bara terhadap Alka. Sejak awal, Bara kelihatan membenci Alka. Ditambah lagi dengan tadi--waktu Bara bertanya kepada Alka tentang hidupnya yang hancur.
"Ya ampun Ana! Lo nggak papa, 'kan?" Teriakan Bella menyadarkanku dari lamunanku.
"Kesambet dia Bel."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alkana || END
Ficção AdolescenteHi heart! Sebuah aplikasi pencarian jodoh mempertemukanku dengannya. Dia yang selama ini membuatku senyum-senyum sendiri, namun tak pernah aku ketahui identitasnya. Sebut saja dia adalah 'My Prince'. Di sisi lain, terdapat seorang pemuda berhati es...