Sepuluh

472 30 9
                                    

Penulis:
Elfia yulianur fiaaanr

Septiana fatihatul M. septianafm
.


.
Happy reading.🌿
.
.
.

“Demi apa? Lo bolos Na?” tanya Bella saat aku baru saja memasuki kelas--ketika bel pergantian pelajaran sudah berbunyi.

“Santai kali, Bell,” cibirku.

“Gimana mau santai, Na? Ini itu pertama kalinya lo bolos, ‘kan?”

“Yeee sotoy lo! Udah pernah kali.”

“Kapan coba? Terus mata lo kenapa gitu? Habis nangis? Siapa yang bikin lo nangis?”

“Ng—nggak, lah! Siapa juga yang nangis?”

“Woyy!! Bu Wahyuni udah datang! Duduk semuanya!” Teriakan Reytno--si ketua kelas yang biasa dipanggil kampret oleh kami, menghentikan acara sesi introgasi Bella.

Sesi pelajaran berlangsung. Aku beberapa kali menguap, mungkin karena faktor tadi malam habis menangis.

“Bell, masih lama yah?” bisikku kepada Bella.

“Bentaran lagi kok, emang kenapa? Biasanya lo semangat banget belajar fisika,” balas Bella.

“Ana, Bella! Kalo mau cerita silakan keluar!”

Kulihat wajah Bella sudah pucat pasi, karena ketahuan mengobrol.

“Maaf, Bu. Tadi saya cuma bertanya sama Bella, tentang gimana cara mencari jawaban soal nomor tiga,” alibiku daripada harus terkena semporotan bu Wahyuni.

Bu Wahyuni tidak menjawabnya dan tidak berkomentar apapun juga. Beliau langsung melanjutkan pelajaran yang sempat tertunda tadi.

Hufftt ... untung aja, batinku lega.

Aku menoleh ke arah Bellayang kebetulan juga menoleh ke arahku. “Maaf, ya.”

Bella tak menjawabnya, dia hanya menganggukkan kepala. Mungkin saja dia takut kepergok lagi oleh bu Wahyuni.

Bel tanda jam istirahat dan berakhirnya jam pelajaran pun berdering, membuatku sangat lega.

Ini dia yang gue tunggu-tunggu dari tadi, pekikku dalam hati.

Tanpa menunggu lama, aku segera menarik tangan Bella menuju kantin.

“Yaelah, sabar kali, Na!”

“Gue laper banget banget, Bell.”

“Gue juga kali, tapi nggak usah narik–narik kek gini juga. Gue kan bisa jalan sendiri.”

Aku melepaskan cekalan tanganku pada tangan Bella. Kami pun berjalan beriringan menuju kantin.

“Hai, Na! Mau ke kantin?”

Suara yang sangat fammiliar di indera pendengaranku, membuatku menoleh. Kulihat Alka berdiri di sampingku dengan senyumnya yang manis. “Eh hai Al. Iya, nih.”

“Yaudah bareng aja, yuk.”

“Emang lo sendirian? Temen lo ke mana?”

“Pada bolos mereka. Oh ya ... gimana tadi pagi bolosnya? Lain kali bolos lagi yuk,” ajak Alka sambil tertawa renyah.

Aku menoleh ke arah Bella. Bisa gawat jika dia tau aku bolos bersama Alka. Namun, yang kulihat Bella malah terdiam mematung dengan mulut yang terbuka sedikit. Ah yaa ... Aku baru sadat, pasti Bella baru melihat seorang Alka tertawa. Untung saja jam istirahat, jadi koridor sudah sepi. Misalkan saja ramai, aku jamin para siswi akan berteriak histeris melihat Alka tertawa.

Alkana || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang