Tiga

643 43 35
                                    

Penulis:
Elfia yulianur fiaaanr
Septiana fatihatul M. septianafm

.
.
Happy reading.🌿
.
.
.


“Dasar perempuan nggak tau diri!”

“Nggak tau malu lagi!”

“Emang gitu, ya? Caper banget jadi orang!”

Ketika baru saja menapakkan kaki di lantai koridor, aku sudah disambut dengan makian para siswa, bahkan mereka menatapku dengan tatapan benci.

Aku terdiam beberapa saat, kenapa mereka menatapku seperti itu? Apa aku punya salah? Lalu apa yang menyebabkan mereka seperti itu? Ah ... bodo amat! Toh, aku aku tidak merasa mempunyai kesalahan.

“Napa lo diam di situ?” tanya Bara mengagetkanku.

“Eh ... nggak papa, kok.”

“Apa karena omongan mereka?”

“Ya ... ehh ... bukan kok, iya bukan.”

“Lalu?”

“Bar, gue duluan yaa, mau ke toilet bentar,” ucapku mengalihkan pembicaraan.

Aku segera berlari meninggalkan Bara dan tatapan benci para siswa. Di sepanjang koridor, aku terus mendengar ocehan para siswa tentang aku.

Ketika aku baru saja sampai di toilet, tiba-tiba ada tiga gadis dengan dandanan menor datang menghampiriku. Aku melirik name tag-nya pada kemeja putihnya. Aresha atmawijaya, kelas 12 MIPA 1.

Oh jadi kakel toh, batinku.

“Ada apa ya, Kak?” tanyaku dengan nada sopan.

“Oh jadi ini yang udah ngelempar Alka pakai sepatu? Cih, dasar murahan!” Bukannya membalas pertanyaanku, dia malah mengatai-ngataiku dengan kata-kata kasar.

“Kakak bicara apa, sih? Aku nggak ngerti, deh.”

“Sok polos lo! Sin, kasih tau dia!”

Kulihat temannya yang ber-name tag  Sindy clarissa, datang mendekat. Aku beringsut mundur. Bukannya aku takut. Namun, aku masih menghormatinya sebagai kakak kelas. Perlu kalian tahu, sedari kecil aku sudah mengikuti eskstrakuikuler karate. Bahkan sekarang aku sudah sabuk hitam.

“Sssshhhh .... ” Aku meringis ketika ia menjambak rambutku.

“Lo mau tau apa kesalahan, lo?" tanyanya dengan nada membentak.

Aku tak menjawabnya, bagaimana bisa aku menjawab? Sementara tangannya saja mencengkeram erat rambutku. Alhasil, aku hanya bisa diam sambil meringis.

Plakkk ....

Tamparan keras mengenai wajahku. Ternyata, temannya yang satu lagi kini sudah ada di depanku. Aku melepaskan secara paksa tangan kak Sindy dari rambutku.

“Oh ... mau ngelawan rupanya? Hmm ...." ucap kak Resha seraya tertawa mengejek.

Byuurrr ....

Seketika aku menggigil kedinginan ketika dengan sengaja, kak Resha mengguyurku.

Benar-benar tak punya hati, makiku dalam hati.

Untung saja, aku hanya disiram dengan air biasa, bukan air got.

Guys, cabut!”

Saat ketiga kakak kelas biadab itu hendak meninggalkanku, tiba-tiba langkah mereka terhenti karena mendengar suara dingin dari seseorang. “Mau jadi kakak kelas belagu?”

Alkana || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang