Kondisi Heejin sudah membaik. Wanita itu baru saja mandi dan sekarang tengah duduk diatas kasur bersebelahan dengan Hyunjin.
Matanya sembab, akibat terlalu menangis. Melihat itu, Hyunjin sedikit kasihan. Pasti Heejin sangat sedih, fikirnya. Eum, mungkin ia akan berbaik hati dulu hari ini. Daripada sesuatu terjadi pada istrinya dan ia dituduh macam-macam, kan?
Heejin sendiri tak berniat untuk berbicara. Pandangannya kosong, menatap lantai dengan tak minat. Mereka berdua sama sama diam. Sampai pada akhirnya Heejin bergerak perlahan, merebahkan tubuhnya pada kasur yang nyaman. Wanita itu langsung saja memejamkan matanya, terlihat begitu lelah.
"Heh jangan tidur dulu, lo belum makan," tegur Hyunjin. Ia menatap wajah Heejin yang terlihat pucat. Lihat kan? Kalau wanita didepannya ini sakit, Hyunjin bisa disembur oleh Tiffany.
"Gak usah," tolak Heejin pelan. Ditariknya selimut yang ada disana, kemudian menyelimuti tubuhnya sampai sebatas dada.
Hyunjin berdecak pelan, "Ck, lo tuh udah dewasa. Udah berbadan dua, gak usah kekanakan gini deh. Kalo lo sakit, ntar yang repot juga gua, njir. Bodo amat, lo harus makan."
Pria berbibir tebal tersebut bangkit lalu mengambil kunci motornya. Ia akan membeli makanan diluar. Mungkin bubur ayam.
Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Hyunjin pergi. Meninggalkan Heejin yang diam-diam menatapnya.
***
Hwang Hyunjin berhenti didepan sebuah gerobak bubur ayam yang ada dipinggir jalan.
"Mang, bubur ayamnya 2 ya," kata pria itu pada sang penjual.
"Eh? Iya Mas. Duduk aja disana, saya bikinkan dulu," sahutnya.
Hyunjin pun duduk ditempat duduk yang sudah disediakan. Dikeluarkannya handphone dari saku celana, kemudian fokus untuk memainkan benda persegi panjang tersebut.
Ia membuka instagram, melihat-lihat postingan temannya. Ketika sedang sibuk menggulir layar handphone, jari Hyunjin terhenti pada sebuah postingan teman lamanya.
Disana ada foto seorang bayi mungil yang tengah memejamkan matanya dan digendong oleh sang ibu. Wajah perempuan itu tidak begitu terlihat sebab ia menunduk menatap sang bayi.
Mata Hyunjin terpaku pada caption yang tertulis disana.
"Mungkin belum saatnya kamu hadir diantara Papa sama Mama. Yang tenang disana ya, Jagoan Papa."
Seketika hati Hyunjin terasa nyeri. Entah karena apa. Ia jadi teringat dengan Heejin dan anaknya yang mendapat perlakuan buruk darinya. Bagaimana jika hal itu juga terjadi padanya? Ah rasanya Hyunjin sedikit tidak rela.
Tapi bukannya itu juga kesempatan untuk lepas dari Heejin? Hyunjin bisa menceraikan wanita itu lalu fokus pada mimpinya.
Tapi, tapi, aish! Sudahlah.
Hyunjin tersentak saat penjual tadi menepuk pundaknya seraya memberikan kresek berisi bubur ayam. "Ih bengong aja, Mas. Ini pesanannya sudah jadi."
"Eh? Iya Mang, maaf. Hehe," ujar Hyunjin. Ia menerima kresek itu kemudian membuka dompetnya. Mengeluarkan uang pecahan lima puluh ribu lalu menyerahkannya kepada sang penjual. "Kembaliannya ambil aja ya Mang. Terima kasih."
"Loh loh? Mas ini kebanyakan. Harganya cuman dua puluh ribu."
"Yaudah gak papa. Anggap aja saya sedekah," kata Hyunjin. Ia tersenyum tipis, menatap wajah pria yang terlihat sumringah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE YOUR WIFEU ; HHJ
FanfictionHwang Hyunjin adalah seorang anak fakultas kedokteran di universitas ternama di Indonesia. Memiliki darah Korea dan wajah yang tampan membuatnya banyak disegani. Namun hal itu justru ditolak Jeon Heejin mentah-mentah. Sebab baginya, Hyunjin bukanlah...