3. Kopi

1.5K 186 23
                                    

Tok tok tok

"Heejin? Nak? Sudah bangun? Ayo sarapan kebawah."

Tok tok tok

"Heejin?"

Tiffany berkali-kali mengetuk pintu kamar anak dan menantunya. Ini sudah pukul 8 tapi Heejin belum juga keluar kamar. Ia takut terjadi sesuatu pada sang menantu.

"Udahlah Mah, biarin aja. Mau dia mati karena ga makan juga Hyunjin ga perduli," tiba-tiba Hyunjin datang sambil menatap pintu kamarnya malas. Wanita itu pasti cari perhatian kepada ibunya, begitu fikir Hyunjin.

"Kamu nih ya! Mamah tabok juga tuh mulut!" kata Tiffany sinis. Anak kurang ajar memang.

Hyunjin mengendikan bahunya. Tak perduli. Ia melenggang pergi kedapur untuk sarapan. Melupakan Heejin.

Tok tok tok

Kriet..

Pintu terbuka. Nampaklah Heejin dengan wajah kusutnya. Bibirnya pucat.

Tiffany yang melihat itu langsung saja terkejut. "Astaga! Kamu kenapa?! Yaampun pucet banget ini.."

Heejin menggeleng pelan. Bibir pucatnya mengulas senyum tipis, berusaha terlihat baik baik saja. "Aku gapapa, Mah. Oiya tadi kenapa Mamah manggil?"

Wanita cantik itu menghela nafasnya, tau bahwa menantunya berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Ia tersenyum lebar, kemudian menggenggam tangan Heejin. "Ayo, sarapan. Kamu pasti belum sarapan kan? Jam segini baru keluar. Papah sama Mamah tadi udah sarapan, sisa kamu sama Hyunjin aja," jelasnya.

Heejin terpaku. 'Hyunjin juga belum makan? Apa mungkin, dia sengaja nungguin gue biar bisa makan bareng? Ah! Ngaco! Ga bakal terjadi,' –Heejin.

"Kok bengong? Ayo!" Heejin tersadar, ia menganggukan kepalanya lalu mengikuti jalan ibu mertuanya untuk pergi ke dapur.

Di dapur,

Hyunjin sedang menyantap sarapannya dengan khidmat, bahkan pria itu tidak perduli saat Ibu dan istrinya datang.

"Ish, suami gak ada akhlak kamu. Kenapa gak makan bareng Heejin aja? Ditungguin kek, ini malah asik makan sendiri," tegur Tiffany saat melihat tingkah anaknya. Sedangkan yang ditegur hanya menatap kehadiran mereka sekilas.

"Heejin, kamu kalau mau sesuatu bilang aja ya, nak? Jangan sungkan, kamu itu lagi hamil. Pasti jadi banyak maunya, kan? Kamu bisa bilang ke Mamah, atau Bibi kok," tambahnya. Ibu dari dua anak itu menarik kursi makan kemudian menyuruh Heejin duduk disana.

Seketika Heejin kikuk, Ibu mertuanya sangat baik hati. Ia jadi tersentuh.

Heejin pun tersenyum seraya mengangguk. "Iya, Mah." Ia fikir tak ada ruginya juga ia menikah dengan Hyunjin. Toh walaupun pria itu belum bekerja, keluarganya sangat murah hati serta kaya raya. Eh? Dasar Heejin!

"Heejin cuman hamil, Mah. Enggak sekarat. Sampe apa-apa harus dilayanin. Entar jadinya manja tuh bocah!" potong Hyunjin tiba-tiba. Pria berambut blonde itu sudah selesai dengan sarapannya.

'Baru aja selese nelen nasi, udah ngebacot aja ini human,' —Heejin

"Mamaaah, Hyunjin males kuliah hari ini. Mau dirumah aja sama Mamah," ujar Hyunjin dengan nada yang mendayu-dayu. Ah, Heejin jadi mengantuk.

Reflek, Heejin menatap 'suami'nya dengan pandangan jijik. Hei! Hyunjin itu sudah dewasa, tapi kenapa masih sangat manja?! Ck, merusak mood saja.

"Apa liat-liat? Iri? Nyokap bokap lo kan gak perduli sama lo. Lo nikah aja mereka ogah-ogah an dateng nya. Malah nyuruh nikahnya gausah mewah, b aja. Hahaha. Jangan-jangan lo cuman anak pungut?"

BE YOUR WIFEU ; HHJ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang