Satu minggu sudah berlalu sejak saat Delia memutuskan untuk pergi ke kota Seoul, dan menghubungi Jisoo.
Saat itu Jisoo terlihat sangat senang dan antusias ketika Delia bilang akan berkunjung ke sana selama satu sampai dua bulan. Tapi Jisoo mendadak sedih juga lantaran yang pergi ke Seoul hanya Delia sendiri, tidak serta bersama Nayeon dan Chungha.
Tapi Jisoo tidak lagi bersedih ketika tahu tujuan utama Delia mengunjunginya adalah untuk pelarian patah hati. Jisoo turut berduka cita, dan turut menyumpah-serapahi Kevin Ronald, mantan kekasih Delia.
Jisoo juga terkejut lantaran Kevin mengkhianati Delia bersama dengan Twyla. Jisoo tahu bahwa Twyla adalah saudara kembar Delia. Tapi Jisoo marah besar karena bisa-bisanya Twyla mengkhianati kakaknya sendiri.
Twyla memang tidak tahu malu! Begitu katanya saat di telfon satu minggu yang lalu.
Sekarang Delia sudah sampai di Bandar Udara Incheon. Sekarang dia hanya perlu menunggu Jisoo datang menjemput dan membawanya pergi ke kota Seoul.
Delia memeriksa ponselnya, kemudian menghubungi Jisoo.
"Aku sudah sampai di bandara. Bisa kau beri tahu aku di mana tempat kau menungguku?"
"Sorry, Delia. Aku benar-benar menyesal. Hari ini aku ada rapat bicara dengan produser, dan benar-benar tidak sopan kalau aku tunda. Tapi kau tenang saja, aku sudah menyuruh temanku untuk menjemputmu sekaligus mengantarmu ke apartemenku. Kau tunggu di situ sampai temanku sampai. Oke?"
"Tapi di mana aku bisa menemui temanmu?"
"Tunggu saja di samping restaurant ayam goreng."
"Okay, kalau begitu aku akan menunggu. Tapi tolong bilang pada temanmu untuk segera datang menjemputku!"
"It's okay, Delia. Sampai jumpa nanti malam!"
メメメ
Delia menggembungkan pipinya setelah bosan dan lama menunggu. Wajahnya mendadak menampilkan ekspresi jengkel lantaran dirinya tidak juga dijemput oleh teman Jisoo.
Ditambah, ada seorang laki-laki yang dari tadi mengamatinya lekat-lekat. "Benar-benar tidak sopan!" rutuk Delia di dalam hati.
Merasa benar-benar jengkel, Delia akhirnya menarik paksa kopernya dan pergi menjauh dari tempatnya menunggu tadi. Dia memberanikan diri untuk pergi naik taksi di Korea dengan bermodalkan cikal-bakal berbahasa inggris.
Delia akhirnya bisa bernapas lega dan menyandarkan kepalanya ketika dia sudah berbicara pada sang pengemudi taksi untuk mengantarnya pergi ke alamat yang dia tunjukkan.
Dia kembali mengingat laki-laki yang memerhatikannya tadi selama di bandara. Itu sama sekali bukan perilaku yang baik. Menatap seseorang yang tidak dikenal dengan lekat benar-benar tidak sopan.
Nanti malam, kalau dia dan Jisoo sudah bertemu, Delia pasti akan menceritakan pasal laki-laki kurang ajar itu.
Selama perjalanan, Delia tertidur. Tapi Delia berterimakasih sekali pada sang pengemudi yang telah mengantarnya sampai di tujuan bahkan membangunkannya dengan hati-hati saat dirinya tidak sengaja tertidur selama perjalanan.
Delia mulai memasuki area apartemen mewah. Kamar Jisoo ada di lantai tujuh dengan nomor pintu 802. Delia berjalan menuju elevator, saat dirinya ingin menekan tombol pengendali, seorang laki-laki menghentikannya dengan teriakan.
Delia tahu laki-laki itu, sangat tahu. Sebab dia yang dari tadi memerhatikan Delia sampai-sampai membuatnya merasa tidak nyaman dan jengkel.
"Laki-laki ini sedaritadi membuntutiku? Gila! Sebenarnya dia ini siapa?" Delia diam-diam berbicara dalam hati. Di dalam elevator ini sekarang hanya ada mereka berdua.
Sebagai seorang perempuan yang sudah tahu bahwa laki-laki ini sudah memerhatikannya dengan lekat tadi tentu saja Delia merasa khawatir. Takut kalau laki-laki ini justru melakukan hal-hal yang dibenci oleh Delia.
Tapi, saat hal-hal yang tidak diinginkan itu benar tidak terjadi, Delia justru mengerutkan keningnya bingung. Sampai sekarang laki-laki itu belum juga memojokkannya, menghimpit badannya, atau bahkan ... hey Delia, berhenti berpikiran kotor!
Delia kembali fokus, kemudian keluar dari elevator sesudah sampai di lantai tujuh. Dia sedikit berlari, kemudian menekan angka password apartemen Jisoo. Delia buru-buru masuk ke dalam, kemudian menutup pintu membiarkan laki-laki di depan mengoceh dengan bahasa asing yang Delia tidak mengerti.
Saat Delia sudah tidak mendengar suara lagi dari balik pintu, Delia membuang napasnya dengan lega. Karena masih penasaran, Delia akhirnya memutuskan untuk membuka pintu lagi. Memastikan sekali lagi bahwa laki-laki kurang ajar itu memang sudah pergi.
Delia menyembulkan kepalanya kemudian menoleh ke kanan lalu ke kiri dan ... "AAAAAA!"
Delia berteriak karena terkejut bukan main. Laki-laki yang dari tadi membuntutinya ternyata ada di depan matanya sekarang.
"Laki-laki gila! Laki-laki kurang ajar! Beraninya kau terus membuntutiku! Sebenarnya apa maumu? Katakan apa maumu!" maki Delia pada laki-laki di hadapannya yang memasang ekspresi wajah merasa bersalah.
"Delia Courtney?"
Delia tambah membelalakan matanya ketika tahu bahwa laki-laki ini sudah mengenal namanya.
"Gila! Kau pasti sudah mengintip dompetku dan mengintip identitasku. Iya 'kan? Ayo mengaku! Dasar kurang ajar! Aku bisa memanggil satpam dan menyuruhnya membawamu ke kantor polisi karena kau seorang penguntit!"
"Tunggu ... tunggu. Aku Seokjin Kim, bukan seorang penguntit."
Delia tambah bingung lagi ketika tahu bahwa laki-laki yang berwajah lugu seperti ini mengerti bahasa yang dia gunakan. Padahal sepertinya, dia adalah warga asli yang tidak tertarik mempelajari atau menggunakan bahasa luar.
"Kau bisa mengerti bahasaku? ... ah tapi tidak! Aku tidak mau peduli siapa namamu, tapi yang barusan kau lakukan sama seperti seorang penguntit! Jadi kau adalah seorang penguntit! Tolong!"
"Delia ... tenanglah. Aku ini bukan seorang penguntit. Aku di sini disuruh oleh sahabatmu, Jisoo Kim. Dia bilang kau pertama kali datang ke sini, dan dia khawatir kau akan kenapa-kenapa. Jadi dia mengirimku untuk menjagamu hari ini."
"Jisoo?" Dahi Delia lagi-lagi mengerut karena bingung.
"Iya ... aku adalah orang yang disuruh Jisoo untuk menjemputmu di bandara tadi. Tapi ... aku minta maaf, karena kenyataannya tadi kau malah pulang dengan taksi," ujar Seokjin lagi-lagi dengan ekspresi wajah menyesal.
Oh ayolah, Seokjin. Ekspresimu yang begitu membuat hati Delia luluh. Delia jadi kasihan dan merasa tidak tega padamu.
"Tidak apa-apa, tidak masalah. Aku ju―"
"Aku juga minta maaf karena sempat membuatmu ketakutan. Membuatmu merasa sedang diuntit olehku. Aku benar-benar minta maaf, Delia ...."
"Oh ayolah, apa kau selalu menggunakan wajah memelasmu itu untuk memohon maaf? Bahkan dengan orang yang baru saja kau kenal?" cibir Delia karena muak melihat wajah memelas yang ditunjukkan Seokjin Kim.
"... dan maaf juga untuk itu," sahut Seokjin.
"Ya ... ya. Aku sudah memaafkanmu."
"Jadi ... kau mau kemana hari ini? Biar kuantarkan."
"Eh? Apa kau juga disuruh dia untuk mengantarku jalan-jalan?"
Seokjin mengangguk. "Ayo, Delia!" ajak Seokjin sembari memberikan telapak tangannya untuk digenggam oleh Delia.
"Jangan sok akrab! Kita berdua ini baru saja kenal!"
"Oh ... sekali lagi, maaf."
メメメ
Catatan Penulis:
Kasian banget, Om Seokjin diomel-omelin mulu sama Delia😂 Oh ya, untuk nama Sojung Kim―pengganti nama Delia, kayaknya baru akan keluar dan akan dipakai Delia―selama di Korea―di part depan deh, wkwk. Aku tunggu kalian di part depan, ya! Bubye!🙆💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Seoul Escape; Sowjin
Fanfiction#2 in sowjin Delia Courtney atau Sojung Kim harus patah hati dan melarikan diri ketika tahu kekasihnya ternyata malah melakukan hubungan tidak senonoh terhadap saudara kembarnya; Adelia Twyla. Tapi bukannya sembuh dari patah hati, pelarian Delia ke...