O14. Buah Tangan ੭ु

452 87 60
                                    

Matahari kian turun beriringan dengan naiknya sang rembulan. Sojung dan Seokjin masih sama-sama sibuk membakar ikan dan kerang untuk menu makan malam, sementara Yewon dan Yuna sibuk mengambil banyak foto dengan latar belakang sunset yang sangat menakjubkan.

“Yewon, berpikir untuk mengambil foto mereka berdua diam-diam?” tanya Yuna berbisik di telinga Yewon.

“Tentu saja!” balas Yewon dengan senyuman usilnya.

Yuna mengarahkan kameranya pada Sojung dan Seokjin yang duduk bersampingan. Senyumnya ikut mengembang ketika kakak laki-lakinya membuat ulah yang mengundang tawa manis Sojung. Dia langsung mengambil foto itu tanpa menyia-nyiakan pengalaman manis itu.

Yuna mendekati Yewon dan menunjukkan hasil jepretan menakjubkannya pada sepupu manisnya itu. “Bukankah mereka terlihat menggemaskan, Yewon-ie?”

“Benar-benar menggemaskan!” seru Yewon dengan senyuman manisnya.

Masih sembari mengamati momen manis kakak laki-lakinya bersama Sojung. Yuna berucap, “Terlalu manis! Don’t you think that they are look like the most beautiful couple?

Of course, I think so! Mereka benar-benar terlihat sempurna dan tentunya saling mencintai!” balas Yewon menanggapi pertanyaan Yuna.

Aksi Yuna dan Yewon yang diam-diam menikmati pemandangan manis di depannya terpaksa berhenti ketika Sojung dan Seokjin menatap mereka. “Makanannya sudah jadi, apa kalian tidak mau kembali bergabung bersamaku dan Seokjin?” tanya Sojung agak berteriak.

“Tentu saja kami akan bergabung dan mengambil beberapa bagian dari makanan itu!” seru Yewon yang kemudian berlari menghampiri tempat Sojung dan Seokjin.

Melihat Yewon berlari lebih dulu tanpa mengajaknya, Yuna mendengus sebal dan balas mengejar langkah kaki Yewon.

メメメ

Sojung tidak tahu kenapa dia tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Berada di dalam mobil benar-benar membuatnya gelisah, jadi akhirnya dia keluar dari dalam mobil dan berpikir bahwa menikmati angin malam di pantai saat ini dapat membuatnya lebih baik.

Langkah kakinya bergerak menuju perawakan laki-laki gagah yang sedang melamun dan terduduk. Dia ikut duduk di sebelahnya, kemudian menyapa laki-laki itu. "Kenapa belum tidur?" lanjut tanyanya.

Laki-laki itu terkejut mendapati Sojung di sampingnya, dia kemudian menggeleng dan menjawab, "Hanya tidak bisa tidur. Kau sendiri?"

"Terlalu gelisah, sampai akhirnya sama sepertimu. Aku tidak bisa tidur," jawab Sojung.

Laki-laki itu tersenyum dan lanjut melempar tatapannya ke depan, ke arah laut lepas. "Sebenarnya aku sedang ada masalah di rumah sakit. Beberapa hari lalu aku telah menghilangkan nyawa orang ... dan aku benar-benar menyesal."

"Tunggu, Seokjin. Apa kau ... baru saja membunuh orang?" tanya Sojung khawatir.

"Bukan menghilangkan nyawa dalam artian seperti itu yang kumaksud," Seokjin terkikik dalam perasaan gelisahnya. "Apa aku bisa berbagi cerita denganmu?"

"Kalau kau bersedia, silakan berbagi cerita," balas Sojung. "Lagipula kau sudah banyak mendengar ceritaku. Sekarang biar gantian aku yang mendengar ceritamu."

"Beberapa hari lalu, ada pasien korban kecelakaan mobil besar yang kehilangan banyak darah. Saat itu aku juga sedang mengurus tugas-tugasku yang lain selain menangani pasien, jadi saat suster memanggil, aku masih harus merapihkan beberapa berkasku dan baru menuju ruang UGD," cerita Seokjin.

Seokjin mengambil napas dalam-dalam sebelum lanjut ke cerita selanjutnya. "Ternyata saat pasien itu kutangani, kemungkinan dia akan selamat sangat kecil. Itu terjadi karena pendarahan di kepala, dada, dan lengannya. Dia sudah kehilangan banyak waktu untuk sampai ke rumah sakit ... dan harusnya aku langsung bergegas saat suster memanggilku, seharusnya aku tidak merapihkan berkas-berkas itu dulu ...."

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang