O8. Puncak Emosi ੭ु

487 86 27
                                    

Sojung tertawa satu sudut selesai mendengar ucapan Seokjin yang mengatakan bahwa Jisoo pasti akan sakit hati jika mendengar ucapan menyakitkan Sojung.

"Tapi memang kenyataannya dia begitu, 'kan? Tidak bisa menepati janji adalah salah satu ciri sahabat yang buruk!"

"Apa itu tidak terlalu berlebihan? Aku tahu kau pasti butuh Jisoo untuk mendukungmu, menghiburmu ... dan aku rasa Jisoo pasti juga ingin melakukan itu. Hanya saja―"

"Hanya saja urusan kerjanya jauh lebih penting dibanding aku," sambung Sojung tiba-tiba.

"Tidak-tidak, bukan begitu maksudku."

Sojung mendecak. Masa bodoh, sebenarnya dia tidak mau lanjut mendengar ucapan Seokjin yang membosankan.

"Kalau kau memang benar-benar butuh dukungan, atau bahkan canda tawa untuk menghiburmu. Aku bisa memberikan semua itu padamu," kata Seokjin.

"Kau ini 'kan laki-laki, jadi mana paham akan perasaanku?" Sojung memutar bola matanya. "Sekalipun kau paham, ujung-ujungnya kau akan terus berusaha untuk membuktikan bahwa pendapatku tentang laki-laki itu salah!"

"Tapi setidaknya, kau tidak harus bertengkar dengan Jisoo seperti ini," nasihat Seokjin.

"Mau bertengkar atau tidak, itu sama sekali bukan urusanmu. Ini urusan kami," balas Sojung.

"Tapi kasihan Jisoo ...."

"Kau ini dibayar berapa sih oleh Jisoo? Sampai mau-maunya berusaha mempengaruhiku agar aku memaafkannya!"

"Aku ... aku hanya memberitahu yang terbaik untukmu ... untuk kalian berdua," papar Seokjin. "Lagipula kuperhatikan emosimu terlalu mengusai dirimu, dan itu tidak baik, Sojung. Coba belajar mengendalikan emosi, jangan biarkan emosi yang justru mengendalikan dirimu."

"Berhenti berbicara, Seokjin! Kau ini tidak mengenalku, jadi jangan sembarangan ambil nilai mengenai perilakuku! Aku marah begini juga karena Jisoo yang salah!"

"Tapi kau juga salah, kau tidak bisa menyalahkan dia seorang diri!"

"Jangan terus membela Jisoo!" Emosi Sojung sudah sampai pada puncaknya. Dia berteriak, setengah mengeluarkan air mata. "Sekarang turunkan aku! Jangan memaksaku untuk ikut kalau akhirnya tujuanmu hanya untuk memojokkanku dan membela Jisoo!"

Seokjin menggeleng, dia tidak mungkin bertindak bodoh dan menurunkan Sojung di tengah jalanan sepi dan tentunya asing untuk Sojung begini.

"Turunkan aku!"

"Aku tidak akan menurunkanmu!" balas Seokjin tak kalah emosi. Dia ini laki-laki dan manusia yang tentunya punya batas kesabaran.

Nada bicara Seokjin yang tinggi dan terkesan seperti sedang membentaknya, membuat Sojung kian justru menitikkan air matanya. "Kau juga salah satu orang jahat yang pernah kutemui! Cepat berhentikan mobilnya dan biarkan aku turun!"

Mendengar nada suara Sojung bergetar, Seokjin benar-benar merasa bersalah. Harusnya dia tidak bertindak seperti tadi.

Seokjin menghentikan laju mobilnya, dia dengan tenggorokan tercekat berusaha mengucapkan kata maaf untuk Sojung. "Sojung, aku benar-benar tidak sengaja ... aku minta maaf."

Alih-alih menjawab atau bahkan menanggapi sedikit permintaan maaf Seokjin, Sojung justru langsung turun dari mobil Seokjin dengan membawa barang belanjaannya.

Tapi tidak sampai di situ, Seokjin mengejar Sojung dan langsung meraih tangan perempuan itu hingga semua barang bawaan yang dibawanya jatuh. "Apa! Aku sudah tidak ingin berurusan denganmu!" kata Sojung dengan suara setengah bergetar.

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang