Sojung sudah sampai lagi di apartemen milik Jisoo, tapi Jisoo ternyata belum juga pulang. "Ya ampun, anak itu ...."
Sojung langsung merebahkan dirinya di atas pembaringan setelah membasuh mukanya. Dia menarik napasnya, kemudian membuangnya perlahan.
Dia melakukan sedikit peregangan pada kaki dan tangannya, kemudian bangun dari posisinya saat pintu kamar terbuka.
Sojung melirik jam di dinding sebelum menatap tajam perawakan gadis di depannya. "Anak gadis, baru pulang jam dua belas malam dari tempat kerjanya. Kau pulang naik apa tadi, Janessa?"
Jisoo langsung mengahamburkan diri di kasur empuknya. "Delia, aku lupa berpesan padamu kalau jangan panggil aku dengan sebutan Janessa lagi di sini."
Jisoo bangun, membenarkan posisinya. "Namaku secara resmi sudah berubah menjadi Jisoo Kim!"
Sojung memutar bola matanya malas. "Hari ini aku juga sudah mengubah nama panggilanku. Jadi jangan panggil aku Delia lagi!"
"Oh ya? Siapa namamu sekarang?"
"Sojung Kim!"
"Kim? Kau dapat marga dari mana?" tanya Jisoo.
"Dari Seokjin ... mungkin?"
"Wah hebat sekali Seokjin ya, baru bertemu sudah berencana untuk menikahi temanku saja! Buktinya, kau memakai marga keluarganya sekarang."
"Aduh, apa sih! Aku tidak akan menikah dengan Seokjin! Aku juga tidak tertarik sama sekali dengan penampilan yang katanya dia adalah teman dekatmu itu," kata Sojung, "Lagipula yang akan segera menikah itu Twyla, bukan aku!"
"Oh ya!" Jisoo langsung teringat akan perihal Twyla dan Kevin Ronald. "Bagaimana kelanjutan cerita dari mereka berdua?"
Sojung pura-pura menguap, dia meregangkan tangannya. Menarik selimut dan terakhir berkata, "Mianhae Jisoo-ssi, but I will sleeping now. Good night!"
"Delia!" protes Jisoo.
"Namaku Sojung, Jisoo!" ralat Sojung tegas tapi masih sembari menutup matanya.
"Huh, aku tidak peduli! Dasar menyebalkan!"
メメメ
Setelah beristirahat selama kurang lebih lima sampai enam jam, Sojung Kim kembali membuka matanya. Dia bahkan melihat Jisoo yang sudah rapih mengenakan pakaian formalnya untuk bekerja.
"Astaga ... jadi kau hari ini akan bekerja lagi?"
Jisoo menatap Sojung dengan perasaan bersalah. Dia lantas menghampiri Sojung, dan berusaha meminta maaf lagi. "Aku benar-benar minta maaf, tidak bisa lagi menemanimu jalan-jalan. Tapi tadi aku sudah menelfon Seokjin, dia bilang dia bisa mengantarmu berkeliling kota."
"Tapi aku 'kan ke sini untuk liburan bersamamu, bukan bersama Seokjin!"
"Aku paham, Delia–maksudku Sojung. Nanti kalau aku dapat jadwal cuti, aku janji akan mengajakmu pergi jalan-jalan bersama."
Sojung mendecak sebal. "Tahu begitu aku akan kabur ke kota lain! Buat apa aku kabur ke sini, kalau nyatanya sahabatku juga tidak ikut serta membuatku melupakan si bajingan itu!"
"Sojung, aku benar-benar minta maaf ...."
"Tidak peduli! Intinya, aku marah padamu!"
Sojung langsung bangun dari ranjang pembaringan dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Jisoo memang benar-benar menyebalkan. Selalu disibuki oleh pekerjaan. Berangkat pagi, pulang larut malam. Harusnya itu menjadi tugas laki-laki, tapi namanya juga Jisoo. Tidak akan pernah mau mengerti.
Sementara Sojung membersihkan dirinya di kamar mandi. Dia berjalan menuju ruang tamu, dan kebetulan tidak lama kemudian pintu apartemennya kehadiran tamu laki-laki.
Jisoo tersenyum, kemudian langsung memeluknya. "Seokjin, sudah lama kita tidak bertemu."
Laki-laki itu membalas pelukan Jisoo sebelum akhirnya meregangkannya lagi. "Kamu selalu sibuk ... makanya kita jarang bertemu."
"Iya, saya minta maaf."
Selanjutnya Jisoo mempersilakan Seokjin untuk masuk dan duduk di sofa. "Maaf sekali lagi, saya jadi merepotkan lagi. Delia itu sudah jauh-jauh datang dari London, kalau hanya disuruh berdiam diri di apartemen itu akan sangat membosankan. Saya tidak punya waktu untuk mengajaknya pergi jalan-jalan, makanya saya meminta kamu untuk menemaninya berkeliling hari ini."
"Tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf. Kebetulan saya juga sedang dapat jatah cuti," balas Seokjin disertai dengan senyuman ramahnya. "Omong-omong, Delia sudah mengganti nama panggilannya sejak kemarin. Kamu sudah tahu?"
"Sojung Kim?"–Jisoo tertawa–"Dia bilang bahwa yang memberi nama begitu adalah kamu."
"Iya, itu nama yang bagus, 'kan?"
"Bagus sih, bagus sekali. Tapi perihal marga Kim, dia bukan keturunan asal Korea dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan marga Kim―"
"Perihal itu, saya sudah bilang padanya bahwa ini hanya untuk nama panggilannya selama di Korea. Setelah saya bilang begitu, saya pikir dia sudah tidak punya niat untuk mengganti namanya secara legal."
"Kalau begitu bagus! Karena kalau dia benar-benar mengubah nama lahirnya secara legal, saya yang pasti akan kena sanksi dari Ayah Delia."
"Ada apa sebut-sebut nama ayahku?" Delia atau yang kini sudah mengubah nama panggilannya menjadi Sojung berdiri di ambang pintu mengamati Jisoo dan Seokjin sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Tidak ada ... maksudku, itu bukan sesuatu yang harus atau penting untuk dibahas lagi," kata Jisoo sembari menatap ke arah Sojung sebentar, kemudian beralih lagi menatap Seokjin. "Benar 'kan, Seokjin?"
Seokjin tanpa kaku mengangguk, mendukung kalimat penjelasan milik Jisoo tadi.
Sojung tidak bisa percaya dengan mudah. Dia terus memandang dingin serta tajam sahabatnya itu dengan Seokjin secara bergantian.
Sampai Jisoo yang sudah tidak tahan lantas berucap, "I-ini sudah jam tujuh pagi. Aku harus buru-buru pergi ke kantor, dan kalian juga harus jalan sekarang sebelum jalanan dan tempat kunjungan semakin ramai."
"Jisoo ...." Masih dengan tatapan tajamnya, Sojung menatap Jisoo. Dia tahu bahwa Jisoo sedang berusaha mengalihkan perhatiannya.
"Sojung, nanti kita lanjutkan lagi obrolannya. Sekarang aku harus pergi," kata Jisoo sembari membawa tas kerjanya. "Goodbye Sojung, Seokjin!" lanjut Jisoo kemudian dan menghilang dari balik pintu.
Sojung mendengus, menatap kepergian sahabatnya. Berhubung Seokjin masih di sini, dia gantian menatap Seokjin dengan tatapan tajam dan dinginnya. "Sojung, kau akan membuatku ketakutan jika terus menatapku begitu."
Sojung memutar bola matanya sebentar. "Jadi apa yang kau bicarakan tadi bersama Jisoo?"
"Jisoo sudah bilang, 'kan? Ini bukan sesuatu yang harus atau penting untuk dibahas lagi," balas Seokjin.
"Tapi―" Ucapan Sojung terhenti begitu saja lantaran nada dering ponselnya berbunyi dari dalam kamar. Dia buru-buru masuk ke dalam kamar, dan melihat siapa nama yang tertera―yang menghubunginya pagi-pagi begini.
Sojung mendecak sebentar, memutar bola matanya malas, terakhir dia mengangkat panggilannya. "Halo?"
メメメ
Catatan Penulis:
Wadaw wadidaw, kira-kira siapa ya yang nelpon Sojung, aowokwokwok. Bye, sampai jumpa di part depan!🙆💛
![](https://img.wattpad.com/cover/213843464-288-k173409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seoul Escape; Sowjin
Fanfiction#2 in sowjin Delia Courtney atau Sojung Kim harus patah hati dan melarikan diri ketika tahu kekasihnya ternyata malah melakukan hubungan tidak senonoh terhadap saudara kembarnya; Adelia Twyla. Tapi bukannya sembuh dari patah hati, pelarian Delia ke...