O24. Dua Sisi Seokjin ੭ु

486 81 24
                                    

Seokjin memijat pelipisnya sembari terus berbicara di telfon bersama kekasihnya. "Aku benar-benar dimarahi kepala rumah sakit karena itu, Sojung. Aku dibilang tidak professional, walau kenyataannya memang benar begitu ... tapi aku cukup sakit hati."

"Oppa, jangan terlalu dipikirkan. Lakukan saja yang terbaik―yang bisa kau lakukan."

"Ya, kau benar. Aku memang harus banyak belajar dalam mengendalikan pikiran dan hatiku."

"Iya. Memang sudah seharusnya begitu." Sojung lantas melanjutkan ucapannya, "Omong-omong, aku juga punya sedikit masalah."

"Apa itu?"

"London ... Kevin. Maksudku, minggu depan pernikahan Kevin dan Twyla akan dilangsungkan."

Seokjin mendadak merubah raut wajahnya menjadi serius. Dia bahkan meletakkan kedua sikunya di atas meja setelah beralih dari posisi santainya yang bersandar pada kepala kursi.

"Apa kau masih belum bisa melupakan laki-laki itu, Sojung?"

"Oppa, bukan begitu. Sekarang, aku benar-benar mencintaimu, aku juga sudah mengikhlaskan Kevin bersama Twyla. Yang jadi masalah di sini adalah orang tuaku. Aku takut mereka tahu tentang masa laluku bersama Kevin, apalagi perihal laki-laki itu yang mengkhianatiku."

Seokjin benar-benar menyimak perkataan Sojung dengan baik. "Kalau bukan Twyla yang dibenci karena berani mengkhianatiku―saudara kembarnya―bersama Kevin, paling tidak ... pernikahan mereka bisa batal. Orang tuaku mana mungkin memberikan izin laki-laki bajingan untuk memiliki salah satu dari dua anaknya."

"Tapi selama orang tuamu belum tahu, semuanya akan baik-baik saja 'kan?"

"Kurasa begitu."

"Kalau begitu simpan rahasia ini baik-baik, jangan biarkan mereka tahu."

"Tidak bisa, Oppa. Cepat atau lambat mereka pasti akan tahu. Lagipula aku tidak bisa berpura-pura baik-baik saja di depan Kevin. Rasanya saat aku melihat wajah laki-laki itu, aku ingin cepat-cepat menamparnya, bahkan membunuhnya! Dia benar-benar membuatku kesal setengah mati!"

"Ada dua emosi yang sedang kau rasakan saat ini, pertama ketakutan dan selanjutnya adalah kemarahan. Begini Sojung, ketakutan hanya bisa dikalahkan dengan keberanian, sementara kemarahan apalagi rasa dendam hanya akan reda dengan sikap lapang dada."

Sebelum melanjutkan kalimatnya, Seokjin merubah lagi posisi duduknya. Dia bersandar lagi pada kepala kursi, namun tidak mengubah raut wajah seriusnya. Well, barangkali karena ini memang masalah serius.

"Kau bilang, kau sudah mengikhlaskan Kevin? Bukan ikhlas namanya kalau kau masih menaruh rasa dendam pada laki-laki itu. Sekarang hanya ada dua jalan supaya masalah ini berjalan dengan baik-baik saja pun segera selesai; pertama siapkan dirimu karena kau memang harus berani menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, lalu kedua lupakan semua kesalahan Kevin di masa lalu dan anggap bahwa tidak ada kenangan apa pun di antara kalian di masa lalu."

"Itu ... terlalu berat untukku."

"Tidak ada jalan lain, kalau kau mau segera keluar dari masalah yang selama ini selalu mengganggumu, kau harus lakukan dua hal itu."

"Tapi―"

"Aku akan mendukungmu, pun membantumu sebisaku. Kita hadapi ini bersama-sama."

"Oppa, aku tidak tahu harus berkata apa lagi, tapi ... terimakasih. Aku berterimakasih untuk segalanya."

"Dan ...?"

"Dan apa? ―oh, hahaha. Dan aku mencintaimu selamanya."

"Mencintai siapa?"

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang