OO. EPILOG

770 72 29
                                    

Setelah kembali dari nostalgia perjalanan cintanya dulu, Sojung tersenyum dan menatap suaminya dengan bahagia.

Iya. Mereka sudah menikah, jauh dari saat ini. Ya kira-kira sekitar empat sampai lima tahun yang lalu. Selama ini mereka hidup bahagia, harmonis, sebagaimana keluarga pada umumnya.

Laki-lakinya yang menyandarkan tubuh belakangnya pada meja kemudian bertanya, "Bukunya sudah siap dipasarkan?"

Sojung mengangguk. "Iya."

"Cetak berapa buku?"

"Tujuh puluh persen untuk PRE-ORDER, sisanya akan dipasarkan ke beberapa toko buku," jawab Sojung.

"Yang ikut PRE-ORDER waktu itu 'kan tidak sedikit, ya? Berarti banyak juga buku yang dicetak," ujar Seokjin.

"Ya ... kira-kira begitu," jawab Sojung. "Yeoreum sudah bangun, belum?"

"Kupikir belum," jawab Seokjin.

"Kalau Yoosun bagaimana?"

"Sedang makan," jawab Seokjin.

"Kalau begitu kenapa kau tinggal? Nanti kalau dia tersedak bagaimana?" Nada bicara Sojung berubah menjadi kesal. Dia lantas bangun dan buru-buru melihat putra pertamanya yang suaminya bilang sedang makan di ruang makan.

Tapi nihil, setelah perempuan itu mencari ke ruang makan Yoosun tidak ada di sana. Sojung mendadak panik dan benar-benar marah pada suaminya. "Oppa, Yoosun tidak ada! Cepat cari anak itu! Aku takut dia diam-diam keluar dari rumah dan bermain di jalan."

Sambil terus berusaha mencari, Sojung malah melihat suaminya senyum-senyum sendiri memandang ke arah televisi di ruang tamu.

"Oppa, kau mau mempermainkanku? Anakmu hilang dan kau malah senyam-senyum menonton TV!" marah Sojung sambil menghampiri Seokjin.

"Hei, aku bukan tersenyum karena acara televisi. Tapi aku tersenyum karena ulah Yoosun, anak kita. Coba lihat apa yang dia lakukan!"

Sojung lantas menoleh ke samping, dan melihat bagaimana Yoosun memertontonkan aksi menggemaskannya di depan ayah dan ibunya. Anak laki-laki berumur tiga tahun itu sedang memberi makan biskuit susu orang-orang yang ada di dalam TV. Sojung sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.

"Ya ampun, Sayang. Mama mencarimu ke ruang makan, tapi ternyata kau malah berdiri di sini. Menyuapi biskuit orang-orang yang ada di TV?" tanya Sojung sambil berjalan menghampiri putranya.

Yoosun lantas menoleh ke arah Ibunya, mendangak ke atas sampai akhirnya Sojung duduk bersimpu dan Yoosun tak lagi mendangak menatap wajahnya.

Yoosun mengulang aksinya. Dia memberi Sojung biskuit, dan langsung menyuapkannya. Sojung dengan hati menerima, "Ya ... give it to Mama!"

Usai menggigit, Sojung mengucapkan terimakasih. Kemudian dengan suara lucunya, Yoosun membalas, "You're welcome, Mama. I love you!"

"I love you, more!" balas Sojung yang setelahnya mengecup kedua pipi Yoosun.

"Can I get a little kiss from you, Mama?" tanya Seokjin yang kini ikut mendekat pada Sojung dan Yoosun.

Alih-alih menjawab, Sojung malah lebih dulu bertanya pada laki-laki kecilnya. "Can Mama kissing Papa now, Yoosun?"

"Everytime, Mama," jawab Yoosun mempersilakan.

"Wow, everytime ...." Sojung sedikit tergelak.

"Why? You're mine and I'm yours. Isn't it?" tanya Seokjin. Kemudian dia dengan cepat melanjutkan, "Come on! Kiss me, or I'll kiss you first?"

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang