O26. Really Do ੭ु

454 69 37
                                    

Sojung benar-benar panik, pun bingung harus bertindak bagaimana. Dia melirik ke arah Seokjin sebentar, sebelum akhirnya berjalan mendekat ke arah Jisoo.

Dia ikut menekuk lututnya, kemudian menggerakkan tangannya dan memegang punggung Jisoo serta mengatakan, "Aku benar-benar minta maaf, Janessa. Jangan menangis begini, a-aku benar-benar tidak tega padamu."

Jisoo mengangkat kepalanya, menatap Sojung dengan pipi sembab dan basah karena air mata. "Tidak tega katamu? Kau pikir atas apa yang sudah kau lakukan padaku ini adalah perbuatan baik? Bermaksud untuk menjaga hatiku? ... tidak, Delia! Kau perempuan tega! Kau bukan sahabatku!"

"Janessa, aku minta maaf. Aku menyesal, sungguh!"

Jisoo berdiri, menghapus semua air matanya. Sementara itu Sojung juga ikut segera berdiri. Lalu mulai dari situ, Jisoo kembali berbicara. "Aku juga menyesal, menyesal pernah menganggapmu sebagai sahabatku!"

"Janessa ...."

"Jahat! Perempuan jahat!" Jisoo hampir saja melayangkan pukulan keras penuh emosinya ke pipi Sojung kalau saja Seokjin tidak dengan sigap menahan tangannya.

Jisoo menatap ke arah Seokjin dengan tatapan penuh kekecewaan serta bergelimang air mata. Dia menarik cepat-cepat tangannya dari genggaman Seokjin.

"Kamu bisa menampar saya, tapi saya tidak akan biarkan kamu menampar Sojung ... sahabatmu," kata Seokjin pada Jisoo.

"Asal kamu tahu,"--Jisoo menatap ke arah Sojung dan menunjuk perempuan itu dengan jari telunjuknya--"dia; orang yang kamu cintai itu, sudah bukan sahabat saya! Dia lebih cocok untuk disebut sebagai MUSUH DALAM SELIMUT bagi saya!"

Sojung benar-benar tidak kuasa mendengar makian Jisoo terhadap dirinya. Matanya terpejam beberapa saat untuk mengeluarkan air mata, namun saat dia kembali membuka mata kepalanya tiba-tiba terasa berat, tubuhnya hampir saja tumbang kalau dia sudah tidak kuat.

"Jangan kaitkan masalah hati dengan persahabatan, itu dua hal yang berbeda, Jisoo," peringat Seokjin.

"Dalam kasus ini ... jelas hal itu berkaitan! Sojung sudah mengkhianati persahabatan kami!" balas Jisoo.

Sojung menggeleng-gelengkan kepalanya sebentar supaya fokusnya bisa kembali. Dia juga masih berusaha untuk meraih Jisoo―meraih tangan sahabatnya.

"Lepaskan aku, dan jangan pernah kau sentuh aku!" marah Jisoo sambil menatap Sojung. "Aku benar-benar kecewa padamu!"

Setelah itu Jisoo memilih untuk pergi meninggalkan mereka semua. Sekarang kepala Sojung kembali berdenyut, tubuhnya juga sempat terhuyung, namun Seokjin dengan sigap menangkapnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Seokjin.

Sojung mengangguk. "Aku harus pergi, Oppa."

Sojung lantas mengambil semua barang-barangnya di atas meja. Dia mau segera pergi dan mengejar Jisoo, tapi Seokjin lebih dulu mencegahnya dan menahan lengannya agar dia tidak pergi.

"Oppa, tolong biarkan aku pergi. Aku harus menjelaskan semua padanya."

"Tidak, Sojung. Biarkan Jisoo pergi, dia akan mengerti dengan sendirinya," kata Seokjin.

"Sekarang bagaimana kalau kau yang ada di posisiku? Apa kau akan membiarkan sahabatmu pergi dengan kondisi yang buruk sendirian?"

"Aku tetap akan biarkan dia pergi dan memahami situasinya dengan sendiri. Dia sudah dewasa, harusnya dia mengerti―"

"Cukup! Sekarang aku tahu kalau pola pikir kita ini berbeda. Dan itu sebabnya kenapa seharusnya kita tak pernah menjalin hubungan sampai sejauh ini," kata Sojung.

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang