O28. London, I'll Coming ੭ु

388 74 31
                                    

"Satu-satunya cara supaya aku bisa bertemu dengan Sojung lagi ya hanya dengan cara pergi ke London!" katanya pada Ibu dan adiknya yang kini ada di hadapannya.

"Kau pikir London itu sempit?" tanya sarkas Ibunya. "Ibu senang kau semangat memerjuangkan cintamu. Tapi harusnya kau masih bisa menggunakan akal sehatmu. Ibu tidak setuju kalau kau mau pergi ke London, mencari Sojungmu di sana tanpa bekal informasi akurat tentangnya dari sini."

"Tapi, Bu―"

"Seokjin, dengar Ibu! Ibu tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu," ungkap sendu ibunya. "Kalau memang Sojung itu cinta sejatimu, bagaimanapun caranya dia akan kembali padamu."

"Tapi aku laki-laki dan dia perempuan. Aku yang seharusnya menjemputnya, Bu. Aku punya tanggung jawab untuk itu."

Ibu Seokjin menghela napas, benar-benar pasrah. Dia menyerah. Satu jam dia berusaha meyakinkan putranya untuk tidak bertindak lebih jauh, tapi putranya justru tidak mau mendengar dan malah teguh pada pemikirannya sendiri.

"Terserahmu! Ibu menyerah!"

"Kalau memang kau mau pergi ke London, kenapa tidak bertanya pada Jisoo Eonnie saja? Maksudku, sebelum kau pergi ke London menyusul Sojung Eonnie, kau bisa dekati Jisoo Eonnie dan meminta bantuan padanya," sahut saran Yuna kemudian.

"Saranmu memang tidak salah. Tapi masalahnya, Jisoo sudah benar-benar sakit hati padaku. Kalau aku memaksa untuk dekat dengan dia lagi, aku takut akan semakin melukai hatinya," balas Seokjin.

"Ya ampun, Tuhan! Kenapa kisah cinta anakku sememusingkan ini!" dumal Ibunya dengan suara keras dan sambil memegang kepala seolah-olah membenarkan perkataannya bahwa kisah Seokjin ini benar-benar membuatnya pusing.

Yuna tertawa melihat tingkah Ibunya sambil bertepuk tangan. "Bu, inilah hidup. Kadang― atau bahkan selalu, kita dihadapkan pada jalan lika-liku yang bahkan kita tidak tahu sampai di mana ujungnya. Jadi, mari kita nikmati saja. Toh, tokoh utamanya bukan kita. Melainkan Oppa dan calon menantu Ibu nanti," celoteh Yuna panjang lebar sambil menggunakan sedikit nada menggoda di akhir kalimatnya.

"Kalian berdua tahu, Ibu ini sudah tidak muda. Jadi mulai sekarang, Ibu angkat tangan dari urusan cinta ini! ― tapi! Ibu menunggu kabar baiknya dengan segera!"

"Jadi, Ibu setuju kalau aku berangkat ke London besok?" tanya Seokjin.

Ibu Seokjin tanpa ekspresi mengangguk. Yah ... anaknya ini entah kurang peka atau memang belum benar-benar mengerti, dia sendiri tidak tahu. Tapi yang jelas, dia benar-benar sudah mengizinkan putranya untuk pergi ke London demi mengejar pujaan hatinya di sana.

メメメ

"Iya, tunggu sebentar, Mom!"

Delia keluar dari dalam kamar mandi, mengeringkan kakinya sebentar di atas kain kemudian berjalan cepat ke arah pintu kamarnya.

Dia pikir yang tadi mengetuk pintu kamarnya itu adalah ibunya, tapi ternyata saat dia membuka pintu kamarnya, justru bukan ibunya yang ada di sana. Melainkan kembarannya ... Twyla.

Delia sempat mematung selama beberapa detik karena terkejut, namun di detik berikutnya kedua sudut bibir Delia terangkat sambil menatap manis kembarannya.

"Ada apa?" tanya Delia.

Twyla balas dengan senyumannya pula. "Ini pertemuan pertama kita. Sudah lama kita tidak bertemu, dan aku merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu," balas Delia sambil menerima pelukan hangat yang Twyla berikan padanya.

Setelah beberapa detik berlalu, mereka meregangkan pelukannya dan kembali saling menatap pun tersenyum dengan manis.

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang