O9. Semua Tentang Sojung ੭ु

493 79 25
                                    

Seokjin menunggu Jisoo di depan ruang rawat Sojung. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding, dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Begitu Jisoo sampai, keduanya langsung berpelukan. Seokjin sedikit mengusap-usap punggung Jisoo guna memberi ketenangan untuknya.

"Sojung bagaimana?" tanya Jisoo dengan suara serak.

"Keadaannya baik dan sekarang dia sedang tidur," jawab Seokjin sembari melepas pelukan mereka. "Kamu ... kacau sekali."

Jisoo menutup wajahnya, menghapus banyak jejak air matanya. "Saya benar-benar merasa bersalah."

"Jangan begitu," kata Seokjin menasihati, "Sojung marah karena memang emosinya sedang tidak stabil. Itu hal yang cukup wajar."

"Bukan itu masalah sebenarnya," kata Jisoo, "nanti saya akan cerita di dalam."

Seokjin mengangguk, kemudian mengajak Jisoo masuk ke dalam ruang perawatan Sojung. Mereka berdua duduk bersebrangan, sementara Sojung yang terbaring ada di tengah-tengah mereka.

"Dari dulu ... dia selalu punya tekanan," kata Jisoo sembari melihat ke arah wajah Sojung yang sedang terlelap, "dan karena tekanan itu, Sojung jadi tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia sering menangis ... tapi lebih sering marah-marah. Dia akan berhenti melakukan dua hal itu kalau dia sudah ... ya begini, pingsan, kehilangan kekuatan."

Jisoo lagi-lagi mengusap air matanya. "Sebagai sahabat dekatnya, saya benar-benar merasa bersalah karena untuk pertama kalinya kami bertengkar ... dan itu karena saya yang mungkin terobsesi dengan pekerjaan―seperti apa yang orang lain bilang."

Seokjin merasa cukup perihatin terhadap cerita Sojung yang diceritakan oleh Jisoo. "Saya memang tidak terlalu mengerti akan kondisi mental ... tapi saya rasa, Sojung harus dapat perhatian dan pengertian yang lebih."

Jisoo tersenyum di sela-sela isak tangisnya. "Saya minta maaf ... mungkin beberapa hari ini, dengan dekatnya kamu dan Sojung, kamu malah jadi korban luapan emosi marah-marahnya Sojung."

"Well, saya tidak mau munafik. Saat pertama kali bertemu dengan Sojung, saya pikir dia tipe perempuan yang ... lumayan jutek," ungkap Seokjin sembari tersenyum kecil.

"Ya ... sifat aslinya memang begitu. Dia susah sekali bersikap ramah pada orang asing ... apalagi orang itu laki-laki," cerita Jisoo. "... dan kamu tahu, mantan kekasih Sojung adalah laki-laki pertama yang berhasil mencuri hati Sojung dan akhirnya membuat dia jatuh cinta."

"... dan setelah itu, membuat Sojung punya pikiran bahwa semua laki-laki itu bajingan seperti mantan kekasihnya," sambung Seokjin yang tahu bagaimana tragisnya akhir hubungan Sojung dan mantan kekasihnya.

"Ya ampun ... itu bukan murni pemikiran Sojung, saya yakin sekali."

"Lalu?"

"Itu pasti pemikiran salah satu teman kami yang diwariskan ke Sojung, kalau mau tahu, nama dia Chungha. Chungha itu selalu diduakan ... tiap kali menjalin hubungan, pasti selalu berakhir bersama dengan munculnya orang ketiga."

"Selalu?"

Jisoo mengangguk. "Dia sudah pernah tiga kali menjalin hubungan ... dan sampai sekarang dia masih membenci laki-laki bahkan dia sama sekali tidak mau berurusan dengan laki-laki."

"Separah itu traumanya?"

Lagi-lagi Jisoo mengangguk. "Malah tak jarang dia memengaruhi kami, agar kami ikut membenci laki-laki. Dia selalu menceritakan bahwa laki-laki akan melakukan ini ... itu ... dan dia bilang kalau hasrat laki-laki itu besar, mereka mudah bosan juga."

"Ya ampun, teori bodoh macam apa itu?" Seokjin tertawa, menganggap lucu teori Chungha―tentang laki-laki―yang diceritakan oleh Jisoo.

メメメ

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang