O7. Emosi Sojung ੭ु

524 85 31
                                    

Seokjin terus membuntuti taksi yang dia yakini bahwa taksi itulah yang membawa Sojung pergi.

Sampai pada di area jalanan yang cukup sepi, Seokjin berusaha menyalip taksi itu dan menghalangi jalannya supaya taksi itu mau berhenti.

Seokjin turun dari mobil, pengemudi taksi itu juga ikut turun kemudian memarah-marahi Seokjin karena sudah menghalangi jalannya dan membahayakan nyawanya serta penumpangnya.

Seokjin berulangkali meminta maaf, dia juga menjelaskan bahwa tujuannya berbuat begini adalah untuk menjemput temannya yang menumpangi taksi tersebut.

Tak berselang lama, Sojung turun dari dalam taksi. Emosinya yang benar-benar tidak stabil membuatnya ikut serta memarahi Seokjin.

"Kau ini benar-benar cari mati, ya! Main seenaknya menghalangi jalan orang secara tiba-tiba!" marah Sojung. "Kalau aku dan supir taksi ini kecelakaan bagaimana?"

Seokjin berjalan mendekati Sojung, dia bilang, "Aku benar-benar minta maaf."

"Setiap kali bertemu denganku, kau selalu mengucapkan kata maaf! Kau tahu, kata maafmu itu tidak berpengaruh sama sekali pada apapun!"

Seokjin berusaha untuk sabar, dia mengatur napasnya, kemudian lanjut berbicara, "Ayo ikut aku. Kau tidak boleh naik taksi sendirian, kau tidak tahu jalanan sini. Ini sangat berbahaya, kau bisa tersesat nanti."

"Memangnya apa pedulimu? Kau pikir aku anak kecil, yang mudah sekali tersesat di jalanan?"

Ya ampun, Tuhan! Sojung benar-benar menguji kesabarannya. Dari tadi dia tidak berhenti berbicara dengan nada tinggi pada Seokjin.

Seokjin mengeluarkan dompetnya, memberikan pengemudi taksi itu sejumlah uang, dan mengucapkan terimakasih. Dia berjalan ke arah mobil taksi itu, mengambil semua barang belanjaan Sojung dan terakhir menarik gadis itu menuju mobilnya.

"Seokjin, jangan tarik tanganku! Kau mau bawa aku kemana?"

"Sojung, diam! Aku 'kan sudah bilang kalau aku tak mengizinkanmu pergi menggunakan taksi sendirian!" jawab Seokjin sembari membuka pintu mobilnya. "Masuk!"

Sojung dengan terpaksa masuk ke dalam mobil Seokjin. Memasang sabuk pengamannya sendiri dan memasang wajah kesalnya.

Begitu Seokjin juga ikut duduk di kursi kemudinya, selesai memasang sabuk pengamannya dan terakhir melajukan mobilnya, Sojung mulai berbicara lagi.

"Jangan antar aku ke apartemen Jisoo! Antar aku ke hotel atau carikan aku apartemen yang kosong," titah Sojung lumayan sinis.

"Iya," jawab Seokjin, "tapi nanti, setelah aku menyelesaikan urusanku di apartemenku. Hanya sebentar, aku janji tidak akan lama."

"Kalau begitu biar nanti aku menunggumu di dalam mobil saja."

"Tidak-tidak ... tidak boleh! Kau harus ikut bersamaku!"

"Aku masuk ke dalam apartemenmu begitu?" tanya Sojung. "Gila! Yang benar saja!"

"Kenapa? Toh aku tidak akan macam-macam denganmu."

Sojung tertawa sinis. "Iya, sekarang kau bisa bilang begitu. Nanti saat sampai, tahu-tahu kau malah menyakitiku. Dasar laki-laki bajingan!"

Seokjin mendecak sebal. "Memangnya kau benar-benar mau kuhamili, ya? Kalau mau, sekarang pun bisa aku lakukan."

Seokjin menghentikan mobilnya. Dahi Sojung dibuat mengernyit karena bingung.

"Kenapa berhenti?"

"Kau bilang kau mau dihamili? Sekarang pun aku bisa menghamilimu,"–Seokjin melihat jalanan sekeliling di balik kaca–"jalanan juga kebetulan sedang sepi."

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang