kama atau affan

2.1K 312 19
                                    

selesai ujian jam ketiga, kama dan ratih bergegas menuju tempat parkir untuk pulang. tak ada obrolan sama sekali selama perjalanan pulang.

"loh kak, ngapain kesini ?" tanya ratih

kama mengehentikan laju motornya di depan sebuah kedai makan.

"ketemu temen² gue dulu, habis itu baru kita pulang."

"tapi kak ___."

"gue udah ngasih tau Tio kalau lo masih sama gue dan bakalan pulang agak telat."

"oh oke kalau gitu."

kama terkekeh ketika pandangan matanya jatuh kearah kaki ratih yang kini beralaskan sepatu panjat tebing miliknya.

sepatu itu nampak kebesaran untuk kaki ratih yang kecil, langkah kakinya pun sedikit terseok - seok dan beberapa kali sepatu itu terlepas dari kaki ratih.

kama memang sengaja meninggalkan peralatan panjat tebingnya di Sekre termasuk sepatunya. jadi sebelum pulang tadi dia mengambil sepatu panjat tebing miliknya dan meminjamkannya pada ratih.

"lama banget lo, ngapain ?" tanya yudha yang tengah duduk lesehan di pojokan

"sory, tadi ke sekre dulu ngambil sepatu."

"widiiiiiiiihh si imut diajakin toh ?" tanya fajar antusias

ratih sedikit membungkuk untuk memberikan hormat kepada beberapa pasang mata kakak kelasnya yang kini tengah duduk lesehan bersama mengelilingi sebuah meja. ada sekitar 9 kakak kelas yang setahu ratih mereka tergabung dalam anggota Bantara.

ternyata mereka berkumpul untuk membahas rencana perekrutan anggota Bantara baru yang akan menggantikan periode mereka.

sepanjang obrolan mereka, ratih hanya fokus mengunyah kentang goreng sambil sesekali manggut - manggut ikut mendengarkan obrolan kakak kelasnya itu.

"kak." panggil ratih kepada kama ketika mendapati cowok itu tengah menghidupkan pematik api bersiap untuk membakar rokok yang sudah terselip diantara bibirnya.

sorot mata ratih mengisyaratkan supaya kama menghentikan kegiatanya. dan itu berhasil, kama mematikan korek apinya dan mencabut rokok yang terselip di bibirnya.

ratih tersenyum manis kearah kama yang kemudian membuat kama terkekeh pelan.

"anjing ..... lo gak boleh ngerokok dan imbalannya cuman disenyumin doang ?" tanya radit

"awas ketahuan shinta, ntar ratih dilabrak ." ucap fatma

"nggak akan. " jawab kama tenang

"lah dia aja cemburuannya minta ampuun." protes fatma lagi

"ntar gue kasih dia pengertian pelan- pelan."

"dia masih possesif sama cemburuan banget ya ?" tanya arkan

"masih, ya maklum lah."

"ehh tapi shinta gak tau ya kalau lo ngerokok ?"  tanya fatma lagi

"nggak lah."

"yaiyalah, yang shinta tau sosok kama itu kalem, manis, penyayang padahal rese nya minta ampun, sering ngacangin orang sama kalau ngobrol digaremin mulu." keluh fatma

"shinta tau kalau lo deket sama ratih ?"

"belum."

"gilaaa, main belakang lo ?"

"shit, bisa gak pemilihan kata - kata lo itu diperbaiki."

"lo gak jemput shinta ?"

"ntar agak sorean, lagi les dia."

"hah ? les ? pulang sekolah langsung les ?"

"iya."

"wuidiiiiiiih calon istri idaman dong, cantik, pinter lagi." ungkap Sapta yang langsung mendapat pelototan tajam dari kama

ratih sendiri kini menunduk memainkan kotak bungkus rokok milik kama, hatinya sedikit tercubit mendapati kenyataan bahwa obrolan mereka terfokus pada sebuah nama shinta.

dalam artian bahwa seluruh teman bantara kama yang ada disini mengenal dengan baik sosok shinta.

kenapa ratih merasa nyaman berada di samping kama ? padahal ada orang lain yang lebih berhak atas kama, dia shinta.

semuanya hanya semu, tanpa sadar nampaknya ratih terjebak dalam interaksi yang membuatnya sedikit banyak merasa baper.

kama,,,,, bukankah posisinya seharusnya hampir sama dengan Tio, hanya sebagai seorang kakak laki - laki.

dan bagaimana dengan affan ?

kenapa dia malah lupa dengan perasaan yang dia miliki untuk affan.

kenapa ?

apa karna sosok kama yang beberapa bulan terakhir mulai akrab dengannya ?

affan, sedang apa dia saat ini ?

kenapa ratih merasa biasa saja ketika affan terlihat mulai mengabaikannya setelah pertemuan mereka dengan Gesti ?

bahkah ratih sudah mulai jarang kepo menunggu update instagram story maupun path milik affan.

"ngapain ?" tanya kama yang langsung merebut bungkus rokoknya, karena baru saja ratih tanpa sadar menghirup aroma rokok yang menguar dari dalam bungkus rokok.

"baunya enak juga ya." ucap ratih yang langsung mendapat cubitan keras di pipi kanannya

"nggak usah aneh- aneh." kama mengelus permukaan pipi kanan ratih yang memerah karena cubitannya barusan

yang membuat kama heran adalah reaksi ratih yang biasa saja ketika dia mencubit pipinya, padahal sampai memerah.

"sakit ?" tanya kama yang masih mengelus pipi ratih dengan ibu jarinya dan empat jari lainya yang kini memerangkap kepala ratih  daerah bawah telinga nyaris sampai ke tengkuk.

jari jemari kama terasa hangat dan nyaman membuat ratih terpaku menatap kama yang juga tengah menatapnya.

"kenapa pipi yang satu jadi ikut merah ? " tanya kama pelan

"nggakpapa." jawab ratih yang langsung menepis tangan kama di wajahnya

"udah gue abadikan momen barusan, tinggal kasih tau shinta trus perang dunia bakalan terjadi." ucap radit yang terdengar heboh

"sini gak lo." pinta kama tegas sambil menjulurkan tangannya berusaha meraih ponsel milik radit

"tolong hapus kak, aku gak mau kalau nanti kak kama berantem sama pacarnya gara - gara aku." ratih menatap penuh permohonan kepada radit

seluruh mata kini tertuju pada sosok ratih, tatapan mereka tak terbaca.






#3 TA  ( Kama & Ratih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang