Terdengar suara derap kaki yang mendekat, ratih mendongakkan kepala dan menatap ke arah pintu. Disana ada affan yang tersenyum dengan lesung pipit yang manis.
berjalan mendekat menghampiri ratih. Dia memasangkan jaket biru navi ke tubuh ratih, karena ukurannya yang besar maka tubih ratih sepenuhnya tenggelam di balik jaket.“Ayo pulang, gue anter.” Ucap affan Sambil membawa tas ransel ratih
ratih tak membalas, hanya tersenyum dan kemudian berdiri berjalan mengekori affan sampai ke parkiran.
Disana masih ada beberapa kakak kelas yang tengah ngobrol diatas motor mereka masing-masing.
“kama !! .” panggil affan kepada kama yang hanya menatapnya datar
"thanks ya." ucap affan sambil memakaikan helm kepada ratih
“yoi.” Jawab kama singkat
Sepanjang perjalanan affan dan ratih saling berceloteh.
“kenapa gak langsung ngubungin gue tadi ?” tanya affan
“Tadi aku gak tahu kalau tembus, setahunya pas uda nyampe kelas.”
“Perutnya sakit gak ?”
“lumayan sih kak, tp udah biasa kok.”
ratih membonceng affan dengan duduk menyamping, otomatis sangat mudah bagi dia untuk menoleh ke belakang motor.
ratih merasa sedari tadi ada yang mengikuti mereka berdua. Saat menoleh dia melihat kama.
kama mengendarai motor tepat dibelakangnya. Seragamnya yang dikeluarkan,tanpa menggunakan jaket, tidak memakai dasi, dan dia tidak memakai helm.
Begini modelan anak IPA ?
Bukannya seharusnya ....
ah sudahlah.
dasar !!!
Sampai di gang menuju rumahnya, ratih masih bisa merasakan keberadaan kama tepat dibelakang motornya.
Mungkin dia pulang lewat jalan depan kampung ratih, karena itu memang akses jalan tembus menuju jalan besar kota.
Sesaat setibanya di depan rumah, ratih turun dari motor dan tersentak kaget karena kama juga ada, berarti kama memang berniat untuk mengikuti affan sampai ke rumah ratih.
“Weh apaan nih rame-rame ?” tanya tio dari dalam teras
“nganterin ratih nih.” Ucap affan sambil ngelepas kaitan helm di dagu ratih
“uhh so sweet adek gue pulang dianter 2 cowok sekaligus.” Bangga tio
ratih melotot kearah abangnya. Dan affan hanya terkekeh pelan. Lain halnya dengan kama yang hanya menatap mereka datar.
“mari silahkan mampir jendral .” ucap tio yang membuat kama terkekeh
Tio memang mengenal kama dari affan,karena affan dan kama pernah satu kelas pas kelas X. Mereka berdua bersahabat sejak saat itu dan sering jalan bersama.
kama sendiri adalah siswa yang berasal dari luar kota. Sejak pertemuan dengan affan, dia mulai berteman dengan seluruh sahabat affan terutama tio.
“gue langsung cabut, udah ditungguin soalnya.” Jawab kama
“alasan mulu lo,, cewek lo possesif banget sih.” Ucap tio sambil cengengesan
“Nih helm lo” ucap affan seraya menyodorkan helm yang barusan dipakai ratih
ratih menatap heran keduanya. Jadi ternyata helm yang dia pakai adalah milik kama. Padahal sedari tadi ratih mengomentari penampilan kama yang berkendara tanpa helm.
Menyesal dia dalam hati merutuki kebodohannya yang seenaknya sendiri menyimpulkan.
Setelah menerima helm dan memakainya, kama langsung menghidupkan motornya dan bersiap pergi." jaket lo gimana ?” tanya affan
“besok aja, gampang.. gue duluan ya.” Pamit kama dan segera beranjak
ratih masih bengong dan mencerna keadaan, jadi jaket yang dia pakai juga milik kama. Ya ampuun pantas saja aroma parfum yang menguar dari jaket berbeda dari aroma parfum tubuh affan.
“Dia baik ternyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
#3 TA ( Kama & Ratih)
عاطفيةDalam malam yang berdiam dalam setetes hujan,, aku berfikir untuk menyederhanakan pemikiranku.. Karena aku terlalu rapuh bila aku dan ragu menjadi satu dalam satu fakta.. Siapakah aku ?? Dan kenapa aku ini ?? Kenapa aku bisa meragu dalam fakta yang...