Long Slow Distance 3

2K 269 10
                                    

Rombongan akhirnya memutuskan untuk mulai pendakian bakda Maghrib. Urutan barisannya adalah satu cewek diapit oleh dua cowok.
Ratih sendiri berjalan dibelakang Kama dan di depan Dito. Ketiganya barada pada urutan paling belakang.

"Kenapa milih jalan paling belakang dek ?" Tanya Dito sambil berjalan pelan dibelakang Ratih

"Nggakpapa kak, buat jaga - jaga aja. Soalnya mereka yang cewek² ijin ke orang tuanya bawa - bawa nama aku."

"Maksutnya ?"

"Yaa pertamanya mereka nggak diijinin buat naik gunung, tapi setelah tau kalau di rombongannya ada aku. Mereka dibolehin asalkan hati - hati."

"Wow, lo ketua geng ya ?"

"Ya nggak ketua geng juga kak, mungkin diantara mereka cuman aku yang masih waras hahaha."

"Lo tuh asyik ya orangnya ? pantes nggak cocok sama Kama yang bosenin." ejek Dito agak meninggikan suaranya

Kama masih bergeming memilih untuk tetap diam, bukan marah melainkan dia sengaja ingin mendengarkan celotehan Ratih yang sudah seminggu ini tak didengarnya. Mencoba untuk tidak mengganggu dan ikut nimbrung ke dalam obrolan Ratih dan Dito supaya Kama bisa mendengarkan suara Ratih sepanjang perjalanan pendakian ini. Sebelum esok hari dia kehilangan suara Ratih, dan kebersamaan dengan gadis itu.

Karena sejak kandasnya hubungan mereka,Kama kesulitan mencari alasan untuk datang kerumah Ratih sekedar bertemu dan ngobrol dengan Ratih.

"Ini berapa jauh lagi sih kak kita jalan di paving block kayak gini ? Masih jalanan kampung tapi kok udah nanjak banget."

"Jangan ngeluh, ntar kalau capek tinggal minta Kama buat gendong lo huahahahaha."

"Ketawa mulu kak perasaan dari tadi sejak dibawah ?"

"Jangan pakai perasaan kalau sama gue, ntar ada yang ngambek."

"Hah ?"

Rombongan berhenti di sebuah rumah kecil yang letaknya paling atas dan menjadi batas terakhir dusun. Karena setelah tempat ini, jalur pendakian akan mulai dipenuhi semak, tanah merah dan pepohonan di kiri kanan jalur pendakian.

"Rumahnya kok kecil kak, lampunya juga cuman satu tok. atau ini cuman pos ronda ?" tanya Ratih yang tengah duduk disamping Kama dan Nabilla, karena rombongan memilih untuk rehat sebentar di tempat ini.

"Ini bukan rumah dek, tapi makam" jawab Agung, teman Kama dan Dito sambil mengarahkan lampu senternya ke sekeliling makam.

Tanpa sadar Ratih langsung merangsek mendekat kearah tubuh Kama, Ratih juga mencengkeram, memeluk dan menjepit erat lengan Kama ke dadanya. hal ini membuat Kama reflek ingin mengumpat namun urung dilakukan karena dia ingat tengah berada di gunung jadi harus menjaga ucapan.

"Kita sekarang udah sampai di Pos 1, sesuai rencana kita akan jalan pelan - pelan untuk sampai ke Pos 2 dan camp  disana. Setelah itu kita akan jalan lagi berusaha buat dapetin sunrise di Puncak 1. Nggak perlu ke Puncak Syarif atau Puncak Sembilan. Karena menurut gue, kalau kalian udah mampu sampai ke bagian atas kawah, kalian udah bisa dikatakan berhasil buat mendaki Merbabu, terutama untuk yang cewek - cewek.  Gue ingetin lagi sepanjang perjalanan kalau kalian ada yang merasa capek silahkan langsung minta istirahat. Jangan ngeluh dan bilang capek, dingin, engap atau keluhan apapun. Cukup kasih tau kalau pengen istirahat, kalau istirahat nggak mampu bikin capek hilang dan kondisi menurun maka kita akan memilih untuk turun. Naik berenambelas, turun juga harus berenambelas. oke ?" ucap Kipli atau Risqi selaku ketua utama rombongan kali  ini yangmana berasal dari rombongan Dito. Kipli dipilih untuk menjadi ketua karena ia sudah tiga kali mendaki Merbabu sampai Puncak Sembilan.

#3 TA  ( Kama & Ratih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang