long slow distance 2

1.9K 295 17
                                    

setelah perkenalan yang penuh dengan basa - basi akhirnya Dito berhasil mengajak rombongan Ratih untuk mendaki bersama. terlebih rombongan Ratih adalah adik kelas Kama semua, jadi Dito lebih mudah untuk untuk sok akrab.

rombongan Ratih terdiri dari 5 orang cewek termasuk Ratih dan 6 orang cowok. sedangkan rombongan Dito hanya terdiri dari 5 orang cowok semua.

makanan yang sudah dipesan akhirnya datang, ke enambelas orang itu memutuskan untuk makan bersama di sebuah warung dekat basecamp sambil mengakrabkan diri.

ratih sempat tertegun menatap porsi makan ala kuli pasar. nasi dengan sayur oseng kangkung, kering tempe, orak - arik telur, sambal terasi dan telur goreng.

dengan reflek ratih menarik piring makan milik kama yang tepat berada di seberang piring miliknya, keduanya memang duduk berhadapan.

kama juga sempat tersedak teh hangat manisnya ketika melihat tangan ratih yang terjulur meraih piring miliknya. hanya nabilla dan dito yang mengetahui tingkah ratih selain kama karena anggota rombongan lain tengah sibuk mengobrol dan ada juga yang langsung fokus menyantap makanan itu.

"lo ngapain tih ?" tanya nabilla

"biasa." jawab ratih yang masih tak menyadari tatapan tak terbaca yang dilayangkan oleh kama kepadanya

"biasa apa ?" tanya nabilla lagi

"porsinya banyak banget, sayang kalau nggak gue habisin. kalau kira - kira nanti nggak mampu gue habisin, biasanya langsung gue sisihkan ke piringnya kak kama."

"ohh. lo masih ngelakuin itu sekarang ?"

"yaiyalah, masa dibuang ! lagian kak kama udah biasa juga, nggak pernah protes."

"meskipun sekarang udah jadi mantan ?"

"ehh." gerakan tangan ratih yang tengah mencongkel kuning telur mata sapinya pun terhenti

ratih mengangkat wajahnya dan langsung bertatap muka dengan kama yang duduk dihadapannya.

kama tersenyum dan meraih sendok makan dari tangan ratih  yang sudah terkena lelehan kuning telur mata sapi yang sepertinya dimasak setengah matang.

kama mengganti sendok itu dengan sendok miliknya yang masih bersih. kemudian menyendok telur mata sapi milik ratih dan memindahkannya kepiringnya sendiri yang masih berada di dekat piring ratih.

kama juga mencongkel kuning telur mata sapi miliknya sendiri,dan ketika melihat kalau telur itu dimasak matang, kama tersenyum. dia menyendok telur itu dan memindahkannya ke piring ratih. mereka berdua bertukar telur mata sapi.

ratih tertegun menatap perlakuan kama barusan, ratih langsung merutuki diri sendiri. bagaimana bisa dia mengingat kebiasan cara makannya saat masih bersama kama.

ratih memang begitu, dia tidak suka telur setengah matang. jadi setiap makan telur  mata sapi, dia akan mencongkel bagian kuningnya untuk mengecek apakah telurnya matang atau tidak. jika setengah matang, dia akan langsung memberikannya pada kama. bahkan dia juga meminta untuk bertukar sendok dengan kama, karena sendoknya yang terkena lelehan kuning telur.

kebiasaan ini sebenarnya terjadi karena ada beberapa tempat makan yang meskipun ratih sudah memesan telurnya matang, terkadang pas sampai di meja ternyata telurnya belum matang sepenuhnya. jadi setiap makan telur, ratih selalu mengecek apakah telur itu matang atau hanya setengah matang.

kalau untuk nasi, ratih juga punya kebiasaan makan dengan porsi sedikit. jadi setiap makan dengan kama atau tio, dia akan menyisihkan separuh nasinya untuk mereka.

kama menarik piringnya dan langsung melahap makanannya setelah berdoa. beberapa kali sudut bibir kama nampak berkedut karena menahan senyum.

senyum bahagia karena bukan hanya dia ternyata yang masih belum terbiasa dengan putusnya hubungan keduanya.

ternyata ratih juga belum terbiasa, buktinya tanpa sadar perilakunya masih menunjukkan apa yang sudah menjadi kebiasaan ratih terhadap kama.

#3 TA  ( Kama & Ratih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang