Jika cinta adalah sebuah kebahagiaan, maka aku berharap bisa melupakan masa lalu dan mendapatkan sebuah cinta.
🥀🥀🥀🥀🥀
Pentry tengah menunggu makanan yang baru saja dipesan di kantin kampus. Matanya menata sekitar dengan mulut bungkam. Dia memang tidak begitu banyak berbicara. Sampai pesanannya datang. Dengan senyum tipis dia segera meraih pesan tersebut. Namun, ketika dia hendak pergi, seseorang berdiri di depannya. Pentry yang sejak tadi menunduk kembali mendongak, menatap pria dengan hidung mancung yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Permisi," cicit Pentry dengan rasa takut. Entah kenapa, kenangan beberapa tahun silam membuatnya takut ketika berdekatan dengan seorang pria. Namun, dia hanya menyembunyikan semuanya.
"Kamu bawa makann banyak banget. Mau di bawa ke mana?" tanya pemuda tersebut.
Pentry yang mendengar hanya diam dengan mulut terkatup rapat. Sampai sebuah tawa membuatnya menatap lekat pria di hadapannya. Rama menatap Pentry dan langsung mengentikan tawanya. Dia tahu, gadis di hadapannya pasti bertanya-tanya mengenai sifatnya yang sok kenal.
"Aku Rama. Aku juga satu angkatan denganmu," ucap Rama sembari mengulurkan tangan. Namun, Pentry malah menatapnya dengan pandangan bingung.
"Kamu belum mengenalku, kan?" tanya Rama yakin bahwa Pentry tidak mengenal siapa pun di kampus tersebut, kecuali jejeran dosen yang memang dekat dengannya. Setahu Rama, Pentry juga selalu berjalan sendiri.
"Ma..maaf. Bisa beri jalan untukku. Aku harus pergi," ucap Pentry dengan wajah was-was.
Rama yang mendengar tersenyum kecil dan mengangguk. Dia mulai memberi jalan untuk Pentry yang segera berlalu. Matanya menatap gadis yang seakan menjaga jarak dengan para pemuda di kampusnya. Hal yang membuat Rama selalu merasa penasaran dengan sifat gadis tersebut.
"Benar-benar unik. Aku rasa aku perlu mendekatinya," gumam Rama dengan bibir mengulum senyum. Sampai sebuah tepukan keras mendarat di pundaknya. Membuat Rama yang sejak tadi menatap Pentry yang sudah tidak nampak beralih menatap ke sang pelaku.
"Hani," ucap Rama ketika melihat gadis dengan rambut sebau di bahu yang sudah berdiri di belakangnya.
Hani tersenyum dan menatap ke arah pandang Rama sebelumnya. Matanya mengamati sekitar dan kembali lagi menatap Rama dengan pandangan bingung. Pasalnya, dia tidak melihat siapa pun ada di sana.
"Kamu lihat apa kok sampai melamun?" tanya Hani merasa penasaran.
Rama yang ditanya diam sejenak dengan wajah berpikir. Namun, setelanya dia mengulum senyum dan menatap Hani serius. Membuat gadis tersebut ikut menatapnya dengan pandangan yang tidak kalah serius.
"Aku melihat calon pendamping masa depanku," celetuk Rama membuat Hani membelalak seketika.
Rama yang melihat ekpresi Hani langsung tertawa keras dan berkata, "Tetapi bohong."
Hani yang melihat Rama melangkah meninggalkannya langsung menghentakan kaki keras. "Rama!" teriak Hani dan anya mendapat tawa keras dari arah Rama.
_____
Arjuna memainkan bola basket dengan pandangan datar. Matanya bahkan tidak beralih sam sekali dari papan bundar di hadapannya. Sejak pertemuannya dengan Pentry yang sudah menyulut emosi di pagi hari, sampai saat ini dia masih saja merasa begitu kesal. Ada hal yang terasa belum tuntas untuknya. Bahkan, ketika pintu ruangannya terbuka pun tiak membuat Juna mengalikan tatapannya.
Juna masih menahan rasa kesal yang terasa mendarah daging kali ini. Dia sudah ditertawakan oleh banyak mahasiswi dan mahaiswa ketika kejadian itu berlangsung. Rasanya dia benar-benar ingin membalas semua perbuatan yang dilaukan Pentry kepadanya. Sampai elusan lembut di tengkuknya membuat Juna tersentak kaget dan mengalihkan pandangan.
Juna menatap gadis dengan pakaian minim yang sudah merangkul tengkuknya manja. Wajahnya bahkan terasa menggoda untuk Juna yang memang sering menghabiskan waktu bersamanya.
"Ada apa, Selvi?" tanya Juna yang menghentikan tangannya mendrible bola basket. Matanya menatap Selvi yang sudah bergelanyut manja dan terasa menggodanya.
"Kamu kenapa melamun, sayang? Bahkan kamu tidak menyadari kedatanganku," ucap Selvi dengan nada dibuat kesal.
Arjuna hanya diam dan tidak menanggapinya. Namun, Selvi segera melangkah mendekat ke arah pemuda tersebut dan tanpa aba-aba langsung duduk di pagkuan Arjuna. Tangannya mengalung manja di leher kekasihnya dan menatap dengan wajah yang dibuat semanis mungkin.
"Aku dari tadi nyari kamu, tahu. Tetapi sulit," ucap Selvi dengan jemari yang mengalun lembut di pipi Arjuna, mencoba menggoda pemuda tersebut.
"Aku sejak tadi ada di sini, Selvi," jawab Arjuna dengan tangan yang mulai mengelus bagian punggung Selvi. Sesekali jemarinya meremas pantat sekal milik kekasihnya. Membuat Selvi langsung tersenyum manja ke arahnya.
"Aku rindu kamu," bisik Arjuna tepat di telinga Selvi.
Selvi yang mendengar mengulum senyum dan menjauhkan kepala kekasihnya dari tengkuknya. Matanya menatap lekat Arjuna dengan tatapan penuh cinta. "Aku hanya pergi dua minggu, Juna."
"Memangnya kamu tidak merindukanku?" tanya Juna dengan tangan mengelus pelan paha Selvi yang memang sedikit terbuka karena dress yang digunakan memang terlalu pendek.
Selvi yang merasakan sentuhan Arjuna hanya mampu memejamkan mata dengan mulut terbuka. Dia tdiak tahan meraakan sentuhan pria yang sudah dua minggu absen menyentuhnya. Hal yang menurut Selvi begitu menyiksanya.
Selvi memutuskan menghentikan gerakan Arjuna dan membuka matanya. Dengan perlahan, dia mulai mendekatkan wajahnya dan menghembuskan napas perlahan tepat di depan wajah pria tersebut.
Arjuna hanya mengulum senyum tipis ketika pada akhirnya Selvi yang memilih mencium Arjuna terlebih dahulu. Selvi menyatukan bibirnya dengan Arjuna dan mulai mengulum perlahan. Memainkan lidah pria tersebut. Arjuna merasa tidak tahan dengan godaan yang tengah menyerangkan langsung mendekap Selvi erat, membalik tubuh wanita tersebut sehingga berada di bawahnya.
Arjuna melepaskan panggutan Selvi dan menatap dengan semyum miring. "Aku menginginkanmu sekarang, Selvi," ucap Arjun dengan suara serak.
Selvi yang memang sudah terbawa suasana segera mengalungkan tangannya di leher Arjuna. "Lakukan kalau kamu memang menginginkannya, sayang. Aku adalah milikmu. Semuanya milikmu," ujar Selvi pasrah.
Arjuna merasa begitu senang mendengar persetujuan Selvi. Dia segera mendekat dan mengulum bibir Selvi kembali. Namun, ketika tangannya mulai beraksi untuk mengangkat dress Selvi, sebuah suara menggelegar mengetikan gerakannya. Arjuna menatap ke asal suara dengan pandangan membunuh. Di sana sudah ada Pentry yang berdiri dengan wajah terkejut.
"Ma..ma..maaf," cicit Pentry masih dengan pearsaan tidak percaya. Dia baru saja melihat kejadian yang tidak pernah diinginkan olehnya sama sekali.
Arjuna segera bangkit dan menatap Pentry penuh permusuhan. "Kamu lagi-kamu lagi. Sepertinya hari ini kamu memang membawa sial!" bentak Arjuna dengan emosi meningkat.
Pentry yang menerima bentakan hanya menundukan kepala takut. Namun, hatinya semakin menciut karena tatapan Arjuna yang benar-benar menusuknya. Dia takut jika ancaman Arjuna akan terjadi nantinya.
"Aku pergi, Selvi. Aku rasa hari ini semua buruk karena ulahnya," celetuk Arjuna yang langsung meninggalkan base camp.
Pentry hanya menunduk takut ketika Arjuna melewatinya. Namun, tatapan lain membuatnya semakin dibuat takut. Dalam hati dia benar-benar berharap semua akan berlalu cepat.
Selvi sudah berjalan ke arahnya dengan wajah penuh amarah. Langkahnya berhenti ketika berada di depan Pentry dan langsung menjepit pipi Pentry erat, membuat gadis tersebut hanya mampu menahan tanpa mengeluarkan suara.
"Kalau sampai kamu mengatakan apa yang baru saja kamu lihat, kamu akan benar-benar menyesal pernah hidup, Pentry," desis Selvi segera membuang wajah Pentry keras. Selanjutnya dia segera meninggalkan Pentry sendiri dan mengejar Arjuna.
Pentry yang melihat Selvi menjauh langsung terduduk lemah di lantai ruangan tersebut. Air matanya mengalir dengan perlahan sebagai rasa takut yang meresapinya. "Mama, aku takut," gumam Pentry merasa hidupnya benar-benar sudah tidak akan tenang.
_____
Hallo sayangkuh. Kim masih penulis baru nih. Jangan lupa tinggalkan vote dan comment ya sayang. Gak bayar kok, gratis. Cius deh. hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Wife
RomanceJika cinta adalah sebuah kesalahan. Maka aku tidak ingin mengenalnya. Novel ini hanya berisi cerita klasik ketika gadis bernama Pentry Meiva, seorang gadis dengan kacamata tebal selalu bertengger di hidung mancungnya mulai bertemu dengan Arjuna Pras...