BAGIAN 26

10.2K 515 11
                                    

Takutku adalah ketika aku merasa memilikimu, tetapi kamu merasa tidak ingin bersama denganku. Sakitku adalah ketika aku bersama denganmu, tetapi aku merasa semua hanya abu

🥀🥀🥀🥀🥀

”Arjuna!” teriak Pentry dengan mata membelalak. Tubuhnya terasa lemah. Matanya menatap dengan air mata yang mulai mengalir perlahan. Namun, dengan sisa kekutan, Pentry segera melangkah mendekat ke arah Arjuna berada. Jantungan sudah berdetak tidak karuan, menyadari Arjuna hanya tergeletak di pinggir jalan dengan bibir meringis.

Rama yang melihat berdecih kesal dan segera melangkah mendekati Arjuna. Menatal sahabatnya dengan pandangan tajam. Namun, padangannya sedikit melemah ketika melihat Pentry yang sudah berdiri di depan Arjuna dengan perut yang sudah membuncit, meski belum terlalu jelas.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Pentry sembari menatap Arjuna dengan wajah cemas.

“Seperti yang kamu lihat, aku mengalami luka di tangan dan kening berdarah karena mobil tidak bertanggung jawab yang baru saja melintas dan hampir menabrakku. Apa ini bisa dikatakan baik?” jawab Arjuna dengan tatapan kesal. Dia masih merasa kesal dengan tingkah Selvi yang sudah menghianatinya. Ditambah dengan Pentry yang menanyakan hal tidak bermanfaat sama sekali.

Penrty baru akan menjawab ucapan Arjuna ketika Rama datang dan manatap Arjuna dengan pandangan tajam. “Apa kamu mau mati, Arjuna? Kalau memang iya, setidaknya jangan di depan istrimu yang masih mengandung. Aku hanya kasihan dengan anakmu yang harus melihat kelakuan konyol dari papanya,” celetuk Rama dengan nada suara ketus.

Arjuna yang mendengar hanya berdecak kecil dan menatap Rama lekat. Namun, baru saja dia hendak melontarkan protesnya, Arjuna kembali terhenti karena sebuah tangan yang berada di keningnya. Arjuna segera menatap ke arah pelaku dan menemukan Pentry tengah berdiri sembari menekan luka di dahinya.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Arjuna dengan tatapan lekat.

“Aku hanya mencoba menekan lukamu agar tidak terus mengeluarkan darah. Aku takut nanti kamu akan kekurangan darah,” jawab Pentry dengan wajah polos.

Rama yang mendengar terawa kecil, membuat keduanya menatap ke arah Rama bersamaan. Rama yang mendapat tatapan dari Pentry dan Arjuna langsung diam, mengulum senyum karena tingkah Pentry yang menurutnya terlalu lucu.

“Dia  hanya luka kecil, Pentry. Dia belum tertusuk atau bahkan tertembak dengan puluhan peluru. Dia tidak akan kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Jadi, bisa singkirkan pakaianmu dari dahinya?” jelas Rama sembari menunjuk Pentry yang menggunakan lengan pakaiannya untuk menutup luka Arjuna, mengabiakan jika nantinya pakaian akan kotor.

Pentry mengangguk pelan dan melepaskan ujung pakaiannya. Dia segera menatap ke arah Arjuna yang hanya diam dan menatapnya lekat. Ada rasa aneh yang langsung merayapi hatinya. Namun, secepat kilat Pentry mengalihkan pandangan dan menata Rama lekat.

“Sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit atau klinik terdekat. Sebelum suami bodohmu ini mengalami hal buruk lainnya,” ucap Rama dan langsung membantu Arjuna bangkit.

“Mobil Arjuna?" tanya Pentry dengan wajah bingung.

“Biarkan saja. Nanti orang rumah yang akan mengambilnya,” jawab Arjuna santai.

Pentry yang mendengar kembali mengangguk patuh dan mengikuti langkah Rama yang menuju ke arah mobilnya. Segera menuju ke arah klik terdekat.
______

“Bukankah tadi Arjuna, Mark?” tanya Selvi sembari menatap ke arah pria di dekatnya. Wajahnya sudah menatap dengan penuh kepanikan. Beberapa kali dia melihat ke arah belakang, menyaksikan Arjuna yang tengah memasuki mobil Rama.

Mark yang sejak tadi menghentikan laju mobil karena melihat Arjuna yang hampir tertabrak hanya mengulas senyum tipis. Pandangannya beralih menatap ke arah Selvi yang masih menatap dengan tatapan cemas.

“Kenapa kamu harus cemas, sayang?” tanya Mark dengan tatapan sinis, mengamati wajah Selvi yang sejak tadi menegang.

“Kalau dia tahu mengenai ini, bagaimana? Aku masih kekasihnya, Mark,” ujar Selvi cemas. Dia bahkan menelan salivanya dengan susah payah.

Mark yang mendengar menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Tangan kekarnya segera menarik tubuh Selvi agar menghadap dan menangkup wajahnya dengan tatapan lekat.

“Kenapa kamu harus takut dengan itu, Selvi? Bukannya tidak masalah jika dia tahu mengenai kita? Lagi pula bukannya kamu bilang sejak Arjuna bekerja kamu sering kesepian dan membutuhkan pria lain untuk menemani?” ucap Mark dengan tatapan serius. “Dan kamu memilikiku untuk itu. Lagi pula aku juga kekasihmu, kan? Jadi, tidak masalah kalau sampai dia tahu tentang ini. Aku juga lelah harus bersemnbunyi terus-menerus darinya.”

Selvi yang mendengar hanya diam. Matanya menatap Mark tajam dan mencoba meredamkan kegugupannya. Meyakinkan jika Arjuna tidak akan curiga dengan kedekatannya dan Mark. Meski masih ada sedikit perasaan yang mengganjal.

Kenapa Pentry bisa bersama Arjuna, batin Selvi mulai bertanya.

“Kita pergi sekarang?" tanya Mark dengan suara tegas.

“Iya,” putus Selvi masih dengan banyak pertanyaan di dalam otaknya.
______

Arjua menghela napas perlahan ketika baru memasuki apartemennya. Dia memilih duduk di sofa ruang tamu da menatap datar ke arah televisi yang tidak menyala. Mengingat setiap tingkah laku Selvi yang terekam dalam benak pikirannya.

Kurang akar kamu, Selvi, gumam Arjuna dengan emosi menggebu. Rasanya dia ingin sekali membuang dan memaki Selvi saat ini juga. Tangannya sudah mengepal, siapa melayangkan tinju kepada siapa pun yang mengganggunya.

“Kamu harus makan,” ucap Pentry yang sudah datang dan duduk di dekatnya.

Sejak kapan dia datang, batin Arjuna sembari menatap ke arah Pentry lekat.

“Buka mulut,” perintah Pentry yang langsung menyodorkan sendok berisi nasi dan lauk pauk.

Arjuna yang mendengar berdecak kecil dan menatap Pentry malas. “Aku sedang tidak mau makan, Pentry. Lebih baik kamu tidur atau mengerjakan hal lainnya saja,” tolak Arjuna sembari menghalau tangan Pentry.

“Kamu harus makan, Arjuna. Kamu harus minum obat setelah ini,” kekeh Pentry dengan wajah serius.

Arjuna menatap napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Mulutnya baru terbuka dan siap memprotes ucapan Pentry, tetapi terhenti ketika Pentry memasukan sendok berisi makanan tengan santai. Membuat Arjuna membelalak seketika.

“Makan saja, itu tidak akan membuatmu mati,” ujar Pentry dengan senyum tipis.

Arjuna yang mendengar berdecak kesal dan memilih pasrah. Di depannya Pentry masih dengan telaten menyuapinya, membaut Arjuna hanya diam. Sampai suapan terakhir, membuat Pentry menatap dengan wajah riang.

“Selesai,” ucapnya sembari meletakan piring tersebut ke atas meja di depannya. Tangannya meriah obat yang sudah disiapkan dan memberikannya kepada Arjuna.

“Diminun supaya membaik,” ujar Pentry mengingatkan.

Arjuna menadahkan tangan, menerima obat yang diberikan dengan pandangan yang tidak beralih sama sekali dari Pentry. Bahkan, sampai obat yang ditangannya sudah diminun, matanya masih tetap terfokus dengan Pentry yang memandang tanpa beban sama sekali.

Pentry yang melihat Arjuna sudah selesai mulai bangkit dan hendak melangkah ke arah dapur. Namun, niatnya terhenti ketika Arjuna menggenggam tanganya, membuat Pentry dengan tatapan bingung.

“Kenapa?” tanya Pentry.

“Kenapa kamu suka sekali menggunakan kacamata tebal itu? Apa kamu tidak bisa jika tidak mengunakannya?” tanya Arjuna.

Penrty yang mendengar hanya diam. Kenapa? Karena dia takut jika dia tidak menggunakannya, neneknya akan semakin marah karena wajahnya yang terlalu mirip dengan papanya yang sering kali membuat neneknya marah. Jadi, setidaknya jika menggunakan kacamata, wajahnya akan sedikit berbeda dari almarhumah papanya.

“Kamu lebih cantik tanpa kacamata, Pentry,” ucap Arjuna membuat Pentry tersentak. Pasalnya, Arjuna sudah melepaskan kacamatanya, membuat keduanya langsung bertatapan, mengunci pandangan satu sama lain dengan suasana apartemen yang langsung membisu.

Kenapa denganku?, batin Pentry merasa bingung. Pasalnya, jantunganya sudah berdegup begitu cepat hanya dengan kalimat yang diucapkan Arjuna.
_____

Eeeaaaakkk, Kim balik lagi, guys. Meski dengan satu episode haha.

Okelah. Selamat membaca dan jangan lupa tingalkan like, commet dan tambah ke perpustakaan kalian. Jangan lupa ya, biar dapat notif setiap kali Kim up. See you next chapter dan jangan lupa jaga kesehatan sayangkuh.

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang