Bahagiaku bukan tentangku. Tetapi, bahagiaku tentang kebahagiaan orang lain yang bahkan tidak memikirkanku
🥀🥀🥀🥀🥀
“Kenapa kamu jalan, Pentry?” tanya Rama yang saat itu melihat Pentry. Dia memutuskan untuk memberi tumpangan untuk wanita yang sudah menjadi istri sah sahabatnya.
“Kamu tidak berangkat bersama dengan Arjuna?” tanya Rama lagi ketika tidak juga mendapat respon dari wanita di sebelahnya.
Pentry mulai menatap dengan senyum tipis tanpa memperhatikan Rama sama sekali. Dia memilih menatap jalanan yang ada di depannya, duduk dengan jarak yang cukup jauh. Bagaimana pun saat ini dia sudah memiliki suami, dengan atau tanpa cinta dari keduanya.
“Atau Arjuna tidak mau mengantarmu?” tebak Rama sembari menatap Pentry lekat.
Pentry mulai menggeleng dan menatap Rama sekilas. “Memang aku yang tidak mau berangkat dengannya, Rama. Aku mau sendiri saja. lagi pula aku masuh cukup kuat untuk berjalan ke arah jalan depan dan mencari angkutan umum,” jelas Pentry tanpa mengatakan yang sesungguhnya.
“Kamu yakin?” tanya Rama masih merasa tidak percaya.
Pentry mengangguk pelan dan mengulas senyum, seakan semua yang ditunjukannya adalah yang sebenarnya. Dia menyembunyikan semua lukanya dan memilih memendam sendiri. Meski Pentry sendiri tidak tahu sampai kapan harus menanggungnya.
Rama mulai membelokan mobil memasuki area parkir di kampusnya. Perlahan, dia mulai mencari tempat parkir yang biasa digunakan. Setelah dirasa dapat, dia segera memarkirkan mobilnya pelan.
“Terima kasih karean sudah memberikan tumpangan untukku, Rama,” ucap Pentry dengan senyum tipis. Dengan segera dia mulai merapikan pakaiannya dan siap turun. Namun, gumaman dari Rama mampu menghentikannya.
“Bukannya itu Arjuna?” tanya Rama dengan pandangan lekat, menatap Arjuna yang tengah bergandengan tangan dengan Selvi.
Pentry yang mendengar mengikuti arah pandang Rama, menatap suaminya yang tengah bersama dengan wanita lain. Sakit. Itu yang dirasannya saat ini. Meski pernikahannya tanpa cinta, dia masih berharap jika saja Arjuna mau sedikit mengakui anak dalam kandungannya.
“Kamu diam saja melihatnya, Pentry? Kamu diam saja ketika suamimu bersama dengan wanta lain?” tanya Rama dengan wajah terkejut. Pasalnya, Pentry tidak melakukan apa pun saat ini.
Pentry yang mendengar menatap Rama lemah. “Lalu, aku bisa apa, Rama? Ketika pria yang menjadi suamiku tidak mencintaiku? Aku bisa apa?” Pentry balik bertanya, membuat Rama yang ada di dekatnya menganga seketika.
“Apa maksud kamu, Pentry? Kalian sudah menikah,” ujar Rama masih tidak paham dengan ucapan Pentry.
Pentry hanya mengulas senyum tipis dan menatap Rama lekat. “Rama, boleh aku meminta sesuatu?” tanya Pentry yang langsung mendapat anggukan dari Rama.
“Hanya kamu dan keluarga yang mengetahui tentang pernikahanku dan Arjuna, Rama. Aku mohon, sembunyikan masalah ini dari siapa pun. Jangan pernah katakan apa yang kamu ketahui. Jadikan pernikahan kami menjadi sebuah rahasia,” pinta Pentry membuat Rama semakin membelalak.
“Apa yang kamu katakan, Pentry? Gila. Aku tidak mau. Lagi pula kalian sudah menikah dan seharusnya semua juga tahu itu,” kekeh Rama dengan wajah tidak suka, “setidaknya dengan itu Arjuna tidak akan bersama dengan Selvi. Dia tidak berhak melukaimu, Pentry.”
Pentry mengulas senyum tipis. “Aku hanya ingin hidup bebas, Rama. Aku ingin bebas dari semuanya. Itu sebabnya kamu meminta Arjuna untuk menyembuyikan mengenai pernikahan ini dan tetap bersama dengan Selvi. Setidaknya dengan begitu aku akan bisa pergi tanpa membuatnya merasa kesepian,” jelas Pentry lemah. Dia hanya menahan rasa sakit karena bukan itu yang sebenarnya.
“Jadi, aku mohon rahasikan mengenai jabar tersebut. Biarkan Arjuna tetap bersama dengan Selvi, Rama. Aku akan sangat berterima kasih jika kamu melakukannya,” imbuh Pentry pelan.
Rama yang mendengar diam seketika. Matanya menatap ke arah Pentry yang sudah mulai membuka pintu dan keluar dari mobilnya. “Kamu benar-benar memberikan seribu tanya, Pentry,” gumam Rama yang memilih di mobil, sejenak.🍁🍁🍁🍁🍁
“Sayang, setelah ini mau antar aku ke mall?” tanya Selvi dengan nada manja.
Aruna yang mendengar mengangguk pelan dan menatap Selvi lekat. “Baik, aku akan mengantarmu."
Selvi langsung bersorak senang ketika mendengar jawaban kekasihnya. Mengabaikan suasana kampus yang ramai. Selvi langsung memeluk erat lengan Arjuna, menunjukan kemesraan yang terasa begitu menguar di sekitarnya. Membuat beberaoa pasang mata menjadi iri dengan hal tersebut.
Arjuna baru akan membuka pintu ruang klub ketika matanya menatap Pentry yang melangkah dengan tumpukan buku. Matanya hanya mengmati Pentry yang tengah kesusahan. Tidak ada rasa ingin membantu sama sekali. Hingga decakan kecil mulai terdengar, membuatnya menatap ke arah Selvi yang menandang jijik.
“Aku mulai tidak suka dengannya,” gumam Selvi dengan tatapan mengejek.
Arjuna hanya menanggapi santai dan memilkh mengalihkan pandangan. “Sudahlah, jangan urusi dia. Lebih baik kita masuk dan beristirahat,” ajak Arjuna yang enggan bertemu dengan Pentry.
Arjuna baru akan melangkah ketika Selvi memutuskan melepas gengamannya. Selvi segera melangkah mendekat ke arah Pentry, membuat pandangan Arjuna mulai kembali beralih.
Apa yang mau dilakukannya, batin Arjuna tidak berusha menghentikan.
Pentry masih terus berjalan tanpa memperhatikan jalanan. Dalan hati dia masih sibuk menggerutu karrna dosennya terlalu kejam, tidak memberikan keringan ketika menyusahkannya. Beruang kali dia berdoa agar bayi dalam kandungannya tetap sehat.
Selvi masih menunggu Pentry yang akan melewatinya dengan senyum sinis. Sampai ketika Pentry berada tidak jauh, Selvi memajukan satu kakinya, berusaha menghentikan laju Pentry.
Braakk...
Terdengar suara buku berjatuhan ketika pada akhirnya Pentry tersandung kaki Selvi. Matanya menatap lekat ke arah wanita yang sudah menatapnya dengan pandangan meremehkan, bahkan tidak ada rasa bersalah sama sekali. Bahkan Arjuna yang ada di sisi lain membelalak menatap tingkah kekasihnya yang jauh tidak memiliki hati.
“Ups, maaf, Pentry. Aku tifak sengaja,” ujar Selvi dengan wajah yang mulai dibuat seperti bersalah.
Pentry menarik napas dalam dan mengembsukanya perlahan. Dia memilih mengabaikan ucapan Selvi dan hendak bangkit. Namun, baru saja dia akan mengangkat badan, perutnya terasa menyakitkan.
Tuhan, jangan ambil anakku, batin Pentry mulai takut jika dia mengalami keguguran.
Arjuna yang meliat wajah Pentry langsung melangkah mendekat, menarjk Selvi yang masih menatap Pentry dengan tatapan mengejek.
“Selvi, apa yang kamu lakukan?" tanya Arjuna dengan wajah tidak percaya. Ada segajs rasa takut yang entah berasal dari mana.
“Kenapa, sayang? Apa yang salah? Aku tidak sengaja menyandungnya,” jawab Selvi dengan suara manja.
Arjuna baru akan mengatakan seduatu dan menanyakan mengenai kondisi Pentry, tetapi gagal. Dari ujung ruangan terlihat Rama yang sudah berlari dan langsung berjongkok di depan Pentry, membuat Selvi mengerutkan kening bingung.
“Pentry, kamu baik-baik saja?” tanya Rama dengan wajah cemas.
Pentry hanya diam dengan mata terpejam, merasakan sakit yang terus menjalar. Akhirnya, Rama memutuskan untuk membopong Pentry dan akan membawa ke rumah sakit. Namun, matanya menatap Arjuna dan Selvi yang menatapnya penuh tanya.
“Kamu benar-benar tidak punya perasaan, Selvi,” desisi Rama dengan tatapan tidak suka dan berlalu meninggalkan Selvi yang masih menatap tidak peraya.
“Apa sahabatmu mulai bermasalah, sayang?” celetuk Selvi dan tidak mendapat jawaban dari kekasihnya.
Arjuna memilih melangkah santai dan memasuki ruang klubnya, mengabaikan kondisi Pentry yang tengah menahan sakit. Aku rasa aku tidak perlu mempedulikanmu, Pentry, batin Arjuna.🍁🍁🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Wife
RomanceJika cinta adalah sebuah kesalahan. Maka aku tidak ingin mengenalnya. Novel ini hanya berisi cerita klasik ketika gadis bernama Pentry Meiva, seorang gadis dengan kacamata tebal selalu bertengger di hidung mancungnya mulai bertemu dengan Arjuna Pras...