BAGIAN 16

9.8K 498 12
                                    

Jangan biarkan aku kehilangannya,Tuhan. Hanya dia yang aku miliki

Pentry Meiva

🥀🥀🥀🥀🥀


“Tahan, Pentry. Sebentar lagi kita akan sampai rumah sakit,” ucap Rama dengan mata menatap Pentry lekat. Wajahnya masih terlihat cemas ketika  Pentry tetap saja mengaduh di dekatnya. Dia takut apabila akhirnya Pentry harus kehilangan anaknya. Bahkan, dia sesekali menatap ke arah kaki Pentry, memastikan tidak ada darah yang mengalir.

Rama segera melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Segera dia membelokan mobil ke arah rumah sakit di seberang jalan. Secepat kilat, dia menghentikan mobilnya di depan pintu masuk, membuat beberapa perawat segera datang dan membawa kursi roda.

Rama menghela napas perlahan ketika Pentry sudah dibawa masuk dan siap menadapat penanganan. Dia segera melangkah ke arah kemudi dan segera melajukan mobilnya, mencari parkiran yang tepat. Setelah dirasa pas, dia segera menghentikan dan keluar.

“Arjuna gila, istrinya begini malah asyik pacaran,” gumam Rama yang langsung melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Kakinya segera melangkah ke arah ruangan di mana Pentry mendapat penanganan.

Rama menghela napas perlahan dan menatap ruangan tersebut lekat. Sampai sebuah nama terlintas di dalam ingatananya. Dengan segera merogoh ponsel dan mengambilnya cepat. Jemarinya langsung mencari nama yang tertera dan menghubungi cepat.

Rama masih diam saat panggilannya mulai terhubung, menunggu seseorang di seberang mengangkatnya.

“Halo, Rama.”

“Halo, Tante. Pentry masuk rumah sakit karena terjatuh di kampus,” jelas Rama singkat.

_____

Vika melangkah menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan bercampur. Dia masih berada di kantor ketika Rama menelfon dan memberitahukan bahwa Pentry masuk rumah sakit. Secepat kilat dia segera menuju ke rumah sakit yang dimaksud dengan wajah cemas.

“Rama,” panggil Vika ketika melihat Rama baru saja keluar dari ruang rawat.

Rama menghentkkan langkah dan menatap Vika lekat. Dia menunggu sampai wankta yang sangat dikenalnya berhenti tepat di depannya.

“Bagaimana kondisi Pentry, Rama? Apa ada hal yang buruk yang terjadi?” tanya Vikda dengan tatapan khawatir.

Rama baru akan mengatakan sesuatu ketika Vika kembali menyelanya. Membuat ucapannya hanya menggantung dengan sendirinya.

“Lalu, di mana Arjuna? Kenapa kamu yang mengantar?” ujar Vika dengan tatapan kesal.

Rama menarik napas dalam dan mengulas senyum tipis. “Arjuna sedang ada di kampus karen ada mata kuliah, Tante. Mengenai Pentry, dia sudah ada di dalam dan syukurnya, kondisinya baik-baik saja.”

“Terima kasih,” ucap Vika merasa lega. Setidaknya dengan adanya Rama, menantunya tidak mengalami kondisi yang tidak diinginkan.

Vika segera membuka pintu dan mulai masuk. Matanya menatap ke arah Pentry yang tengah berbaring dengan mata menatap langit-langit. Tidak ada senyum atau pun wajah sedih. Hanya tatapan kosong yang membuat Vika merasa pilu.

“Sayang,” panggil Vika pelan, membuat Pentry yang tengah melamun segera menatapnya.

“Mama. Kenapa ada di sini?” tanya Pentry merasa heran. Dia pikir hanya Rama yang mengetahui bawa dia di rumah sakit.

“Rama yang memberitahu, sayang,” jawab Vika sembari memberikan kecupan ringan. "Bagaimana kondisimu saat ini? Masih ada yang sakit?”

Pentry menggeleng pelan. Tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya. Dia masih terus memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya. Ada sedikit rasa sakit ketika menyadari bahwa Arjuna memang tidak peduli dengannya dan juga bayi yang tengah dikandung. Sampai pintu ruangannya kembali terbuka, menghadirman seorang wanita dengan snelli dan melangkah mendekatinya.

“Selamat siang,” ucap sang doker dengan penuh keramahan. Matanya menatap ke arah Pentry dengan tatapan lembut. “Masih ada yang terasa sakit?”

Pentry hanya menggeleng, membuat sang dokter semakin melebarkan senyum.

“Apa menantu dan cucu saya baik-baik saja, dok?” tanya Vika dengan pandang lekat. Dia tidak mau terjadi hal buruk dengan keduanya.

“Keduanya sehat, bu. Hanya saja, jangan biarkan menantu anda bekerja terlalu berat. Dia juga harus lebih hati-hati agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi . Apalagi di usia kandungannya yang baru mencapai lima minggu, bayi yang dikandung akan sangat rentan dan ditakutkan nanti dia bisa mengalami keguguran,” jelas sang dokter lembut.

Keguguran? Pentry yang mendengar langsung terdiam. Tangannya langsung memeluk erat perut ratanya, seakan tidak rela jika janinnya akan diramps begitu saja. Sampai terdengar gerutuan yang ada di dekatnya.

“Arjuna ini kemana. Di telfon tidak ada jawaban,”gumam Vika yang kembali sibuk dengan ponselnya. Sampai sebuah genggaman lembut membuatnya mengalihkan pandangan ke arah Pentry yang sudah menatapnya lesu.

“Jangan hubungi Arjuna, Ma. Biarkan saja dia fokus dengan kuliahnya. Pentry tidak apa-apa,” ucap Pentry dengan senyum tipis.

“Tetapi, Pentry. Bagai....”

“Pentry mohon,” potong Pentry dengan wajah memelas. “Lagi pula Pentry sudah membaik. Rama juga suda menebuskan obat di apotik. Mama jangan khawatir.”

Vika yang mendengar menatap Pentry dengan tatapan lembut. Matanya sudah berkaca mendengar ucapan Pentry yang seakan menyuratkan kesedihan. Perlahan, dia mulai mendekap menantunya erat.

“Kamu yang sabar ya, sayang. Kalau misalkan Arjuna melukaimu, kamu bisa bicara sama mama,” ucap Vika sembari menekan perasaannya.

“Iya, Ma,” jawab Pentry sembari menitikan air mata pelan. Namun, sejenak kemudian jemarinya menghalus pelan sudut matanya, menghilangkan jejak air mata yang ditinggalkan.

Aku harap aku masih kuat menahannya, Ma, batin Pentry.

🍁🍁🍁🍁🍁


Arjuna masih saja diam dengan mata menatap jalanan lekat. Tangannya masih sibuk dengan kemudi ketika Selvi sudah berbicara panjang lebar di dekatnya. Perkataan yang tidak didengarannya sama sekali. Pikirannya masih berkutat mengingat wajah penuh kesakitan Pentry yang sejak tadi mengusiknya. Hal yang tidak dimengerti sama sekali.

Apa Pentry baik-baik saja, batin Arjuna penasaran. Dia ingin menelfon wanita tersebut, tetapi terhenti karena ego yang kian membesar.

“Sayang,” ucap selvi dengan suara manja. Sejak tadi dia merasa aneh karena Arjuna tidak menanggapinya sama sekali.

Arjuna sedikit tersentak ketika suara Selvi membuyarkan lamunannya. Matanya menatap ke arah kekasihnya dengan tampang bingung. “Ada apa, sayang?” tanya Arjuna mencoba menormalkan ekpresi.

“Kamu dari tadi diam terus. Kamu dengerin ucapan aku tidak?” ucap Selvi dengan mata menyipit.

“Maaf, sayang. Aku sedang banyak sekali pikiran,” jawab Arjuna dengan senyum tipis. “Jadi, apa yang kamu katakan?”

Selvi yang mendengar berdecak kesal dan mengalihkan pandangan. “Aku sudah bicara banyak dan kamu tidak mendengranya sama sekali, Jun? Mengecewakan. Apa sih yang kamu pikirkan sebenarnya?”

“Pentry,” jawab Arjuna spontan, membuat Selvi membelalak tidak suka.

“Berhenti,” perintah Selvi yang langsung diikuti oleh Arjuna.

Arjuna menatap kekasihnya dengan pandangan bingung. Selvi sudah bersiap akan keluar ketika Arjuna masih saja diam tifak mencegahnya.

“Kamu benar-benar keterlaluan, Jun. Kamu memikirkan wanita lain ketika sedang bersamaku? Benar-benar mengecewakan,” desis Selvi dengan tatapan kesal.

“Sayang, aku bisa jel....” Arjuna menghentikan ucapannya ketika Selvi memilih turun dan melangkah menaiki taksi yang kebetulan berhenti. Matanya hanya mengamati Selvi hingga taksi tersebut mulai melaju dan meninggalkannya.

“Sial!” geram Arjuna sembsri memukul keras kemudi di depannya. “Apa yang terjdi denganmu, Arjuna. Kenapa bisa-bisanya kamu memikrikan Pentry ketika bersama dengan kekasihmu.”
_____

Akhirnya Kim datang lagi. 🤭🤭

Selamat membaca sayangkuh. Jangan lupa tinggalkan like, commet dan tambah ke perpustakaan kalian supaya tidak ketinggalan update-nya, ya. See you next chapter. 😘😘😘

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang