Bolehkah aku berharap lebih untuk sebuah hubungan semu agar menjadi nyata?
🥀🥀🥀🥀🥀
“Selvi.”
Selvi yang baru saja keluar dari dalam mobil segera menatap ke asal suara. Wajah yang awalnya muram mulai berganti dengan senyum ceria. Dengan cepat dia melangkah, mendekati seseorang yang tengah berdiri sembari menatapnya.
“Arjuna,” panggil Selvi bahagia. Dengan cepat, dia mulai mendekap Arjuna erat, merasakan kelegaan yang mulai menjalar.
“Kamu kembali? Kamu hanya bercanda ketika memutuskanku, kan?” ucap Selvi dengan senyum penuh kelegaan.
Arjuna hanya diam. Tangannya mulai melepaskan pelukan Selvi dan mentap dengan wajah datar. Hal yang membuat Selvi terdiam seketika. Matanya mengamati tingkah Arjuna yang tidak semanis biasanya.
“Kamu kenapa, Arjuna?” tanya Selvi dengan wajah bingung.
“Aku yang seharusnya bertanya, Selvi. Kamu kenapa?” sahut Arjuna dengan suara dingin. “Kamu berusaha mencelakai Pentry. Kamu bahkan hampir memebunuhnya. Apa sekarang akal sehatmu juga mulai hilang?”
Petry lagi, batin Selvi merasa kesal. Dia tertawa kecil dan memperhatikan wajah Arjuna lekat. Rasanya aneh ketika Arjuna terlalu membela Pentry dan mengabaikannya. Hal yang bahkan tidak pernah terpikir sama sekali.
“Kamu sekarang membela Pentry?” tanya Selvi dengan tatapan benci. “Kamu dulu bahkan sangat membencinya, Arjuna. Kamu selalu menyiksanya, kamu ingat itu? Kamu bahkan orang yang berniat dia menjadi tidak tenang. Namun, sekarang apa? Jamu selalu membelanya.”
“Kamu bahkan memutuskanku hanya demi dia!” teriak Selvi mulai terpancing emosi. Matanya menatap ke arah Arjuna. Bahkan, napasnya sudah tidak beraturan karena ulah pria didepannya.
“Keputusanku bukan karena dia, Selvi. Aku sendiri yang ingin memutuskanmu. Aku kecewa dengan sikapmu yang berani mendua di belakang,” desis Arjuna dengan penuh kebencian.
“Siapa yang menduakanmu? Aku dan Mark hanya berteman dan tidak lebih,” jelas Selvi dengan suara meninggi.
“Teman kamu bilang?” ulang Arjuna dengan kekehan kecil, merasa lucu dengan ucapan Selvi. “Aku bukan bocah taman kanak-kanak yang tidak bisa membedakan mana teman dan mana kekasih, Selvi. Aku juga tahu bagaimana kamu menggandengnya dengan penuh cinta. Kamu pikir aku buta?”
Selvi terdiam. Matanya mengamati wajah Arjuna lekat. “Aku bahkan tidak percaya dengan hal ini, Arjuna. Kamu tidak mempercayaiku sama sekali. Lalu, selama kita berpacaran, apa itu tidak cukup menunjukan siapa aku? Aku benar-benar kecewa dengan sikapmu, Arjuna,” ucap Selvi dengan air mata yang mulai mengalir. Suaranya bahkan sudah melemah di depan pria tersebut.
Arjuna menarik nspas dalam dan mengembuskanya perlahan. “Aku rasa aku datang bukan untuk hal ini, Selvi. Aku hanya mengingatkan agar kamu tidak berusaha macam-maam dengan Pentry dan kandungannya. Kalau sampai kamu melukai mereka, aku pastikan kamu benar-benar menyesal telah melakukanya. Aku akan membalas semua yang sudah kamu lakukan,” ancam Arjuna dengan tegas.
Selvi kembali diam. Matanya menatap Arjuna yang sudah mulai berlalu meninggalkannya. Tangannya mengepal sempurna ketika Arjuna mulai berlalu dari halaman rumah. “Semua karena kamu, Pentry. Seharusnya kamu mati saat itu juga,” gumam Selvi dengan penuh kebencian.
_____“Boleh aku masuk?” tanya Rama yang hanya melongikan kepala di pintu ruangan Pentry.
Pentry yang tengah asyik membaca buku menatap ke arah Rama dan mengulas senyum tipis. “Masuk saja, Rama,” jawab Pentry sembari menutup bukunya dan meletakan di lemari kecil sebelah ranjang. Dia mulai fokus dengan Rama yang sudah melangkah masuk dan duduk didekatnya.
“Bagaiamana kondisi kamu? Sudah baikan?” tanya Rama dengan pandangan mengamati.
Pentry mengangguk pelan, tanpa menghilangkan senyumnya. “Terima kasih karena sudah menyelamatkanku, Rama. Aku merasa berhutang nyawa denganmu.”
“Tidak masalah, aku hanya mambantu. Hani yang mengadukannya denganku dan secepat mungkin aku langsung datang,” sahut Rama santai. “Kamu tahu apa yang terjdi dengan Selvi? Kenapa dia semarah itu denganmu?”
Pentry terdiam, mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Setelah dirasa pas, dia menatap Rama dan menggeleng pelan. “Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, Rama. Dia hanya datang ke apartemen Arjuna dan melihatku. Namun, aku sudah menjelaskan kalau nantinya kami akan berpisah setelah anakku lahir dan dia menerima alasan itu.”
“Tunggu,” sela Rama dengan mata mengamati Pentry lekat. “Kamu dan Arjuna akan bercerai ketika bayimu lahir?” ulang Rama dengan tatapan tidak percaya.
Pentry terdiam sejenak dan kembali mengangguk. “Aku menerima persyaratannya setelah menikah, Rama. Aku tidak mau membuat hidupnya semakin susah. Aku akan pergi setelah anakku lahir,” jawab Pentry seakan tanpa beban sama sekali.
“Kamu gila, Pentry. Kamu sama gilanya dengan Arjuna,” ucap Rama dengan tatapan tidak percaya. Dia mulai bangkit dan menggeleng berulang kali . “Kamu bukannya menyadarkan dia agar bertanggung jawab, tetapi kamu malah menyetujui syarat konyolnya. Aku benar-benar tidak paham dengan pemikiran kalian. Kalian mempermainkan sebuah hubungan sakral.”
Pentry hanya diam, menatap Rama yang mulai melangkah keluar. Perlahan, air matanya mulai turun membasahi pipi. “Aku tahu aku konyol, Rama. Aku bahkan sulit percaya ketika Arjuna mengatakan untuk membangun keluarga yang sebenarnya. Aku takut jika nanti semua itu hanya harapan kosong.”
Lalu sekarang aku harus apa, batin Pentry merasa frustasi.
_____Mark melangkah melewati lorong menuju ke arah rumah utama. Wajahnya tidak menunjukan senyum sama sekali. Bahkan, langkah lebarnya terkesan buru-buru. Sampai matanya menatap sebuah ruangan gelap dengan pintu besar. Perlahan, Mark mendorong pintu tersebt dan mendapati ruangan tanpa penerangan. Hal biasa yang selalu menyapanya ketika datang.
“Kamu sudah pulang, Mark?” tanya seseorang yang berada di balik kursi kebesarannya. Tidak menunjukan wajahnya sama sekali.
“Sudah, Kak,” jawab Mark dengan suara datar. Tidak ada senyum yang terlintas di bibirnya.
“Kamu sudah menyelesaikan urusan kita?” tanyanya lagi dengan suara datar.
“Iya. Saat ini Arjuna sudah putus dengan Selvi. Bahkan hari ini dia hampir membunuh Pentry di kampus,” jelas Mark yang saat itu juga ada di kampus dan melihat tingkah Selvi.
Wanita tersebut hanya mengangguk dan terdiam. Seakan memikirkan sesuatu yang tidak diketahui siapa pun. Bahkan, Mark sekalipun. Dia hanya menuruti apa yang diperintahkan kakaknya.
“Kak,” panggil Mark dengan suara bimbang.
“Ada apa, Mark? Ada yang ingin kamu katakan?”
Mark kembali diam, menimang apa yang akan dikatakan nantinya. “Tidak,” putus Mark dengan wajah datar. Dia enggan membuat kakaknya merasa kesal karena pertanyaannya.
“Kalau begitu aku keluar, Kak. Aku ada urusan lain,” ucap Mark dan hanya mendapat gumaman kecil. Dengan perlahan, dia mulai melangkah dan segera keluar. Meninggalkan wanita degan wajah misterius di dalam ruangan tersebut.
Wanita tersebut terkekeh kecil dan memainkan pistol kecil di tangannya. Dengan perlahan, dia mulai manarik pelatuk tersebut dan mengarahkannya ke arah papan di depannya, membuat suara menggema di ruangan. Hal menyenangkan yang selalu dilakukan.
“Aku akan menghabisimu sama seperti itu. Aku akan tunjukan bagaimana rasanya kehilangan, Arjuna. Aku akan tunjukan bagaimana rasanya luka yang sesungguhnya,” desis wanita tersebud dengan seringai licik.
______
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Wife
RomanceJika cinta adalah sebuah kesalahan. Maka aku tidak ingin mengenalnya. Novel ini hanya berisi cerita klasik ketika gadis bernama Pentry Meiva, seorang gadis dengan kacamata tebal selalu bertengger di hidung mancungnya mulai bertemu dengan Arjuna Pras...