BAGIAN 54

8.5K 415 27
                                    

Kuharap, tetaplah berada di sisiku. Menua bersama dan berbagi bersama.

🥀🥀🥀🥀


Dor...dor...dor...

Pentry terdiam sejenak. Tiga kali suara tembakan terdengar, membuatnya terdiam dengan mata memejam. Menimbulkan rasa bersalah yang kian mendalam. Namun, mulutnya masih saja bungkam, mencoba merasakan luka tembak yang tidak terasa sama sekali. Hinga dia memutuskan membuka mata pelan dan menatap sekitar. Membelalakan mata dengan pemandangan aneh yang ada di depannya.

“Pentry,” teriak Arjuna dari kejauhan, membuat Pentry membelalak tidak percaya.

“Arjuna,”teriak Pentry mengabaikan keberadaan Miranda yang dekat dengannya. Tidak memusingkan dengan kondisi Miranda yang terlalu jauh dari kata baik.


Arjuna melangkahkan kaki ke arah Pentry berada. Rasanya tidak tega melihat Pentry berada dalam kesulitan. Dia bersyukur karena kali ini Mark membantunya dan menemukan tempat di mana Miranda berada secepat yang dia bisa.

“Berhenti, Arjuna,” teriak Miranda yang masih menahan sakit karena luka tempat yang diberikan Arjuna. Dia mulai bangkit dengan tembak kecil yang masih berada di tangan.

Arjuna menatap ke arah Miranda cemas dan memilih menghentikan langkah. Dia tidak mau kalau nantinya Pentry akan berada dalam kesulitan. “Apa mau kamu, Miranda?” tanya Arjuna dengan suara tenang. Tidak menunjukan kebencian yang ada di hatinya sama sekali.

Kalau sampai terjadi hal buruk dengan anak dan istriku, aku akan membunuhmu saat itu juga, Miranda. Aku pastikan kamu membayar dengan harga yang sama, batin Arjuna.

“Kamu menanyakan apa yang aku mau, Arjuna?” ulang Miranda dengan senyum sinis. Menahan rasa sakit yang ada di ujung kakinya. “Kamu terlambat, Arjuna. Seharusnya kamu tanyakan itu sejak dulu. Jadi, aku tidak perlu melakukan hal sekonyol ini.”

“Kamu membenciku?” tanya Arjuna dengan pandangan lekat.

“Sangat,” jawab Miranda dengan rahang mengeras.

Arjuna kembali diam, menatap ke arah Pentry yang masih berusaha melepaskan diri. Mencoba mengamati gerakan tenang yang Pentry lakukan. Hingga matanya menatap ke arah istrinya dan mengerti dengan apa yang sedang dilakukan wanita tersebut.

Aku harap kamu bisa melepaskan diri dari sana, Pentry, batin Arjuna ketika Pentry masih berusaha mencari titik di mana ikatannya berakhir.

Arjuna menatap ke arah Miranda kembali dan menghela napas pelan. “Aku meminta maaf untuk itu, Miranda. Maaf karena aku tidak menerima pernyataan cintamu. Kamu tahu? Saat itu aku sedang berada dalam masa labil dan sangat mencintai Selvi. Mana mungkin aku bisa menyukai orang yang bahkan tidak aku kenal sama sekali?” ucap Arjuna mencoba mengulur waktu.

Pentry menatap ke arah Miranda berada. Sejak tadi dia ingin sekali melepaskan diri dan mencari ujung dari ikatan di tangannya. Namun, Miranda sudah lebih dulu datang dan menggagalkan semua rencananya. Membuat Pentry hanya pasrah dan menerima apa yang terjadi.

Pentry kembali sibuk dan tersenyum ketika menemukan ke mana ikatannya berasal. Matanya menatap ke arah Arjuna yang masih mencoba mengulur waktu dan tersenym senang. Membuat pria di depanya ikut mengulas senyum bahagia.

Aku harus segera keluar dari tempat ini, batin Pentry sembari berusaha melepaskan ikatan.

“Arjuna, aku tidak membutuhkan penjelasanmu sama sekali. Kamu paham itu?” celetuk Miranda dengan tatapan sinis.

Arjuna yang mendengar hanya diam dengan pandangan lekat. “Baiklah kalau itu maumu, Miranda. Aku juga tidak mungkin bisa memaksamu untuk ikut dengan aturanku. Namun, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Masalahmu denganku, bukan dengan Pentry. Jadi, lepaskan dia dan aku akan menuruti apa kemauanmu,” ujar Arjuna dengan tatapan pasrah.

“Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?” tanya Miranda dengan senyum misterius.

Arjuna hanya mampu mengangguk pelan. Kali ini dia tidak bisa memaksakan apa yang dikehendakinya. Dia harus mulai berpikir jernih untuk keselamatan anak dan istrinya. Sampai sebuah senyum di bibir Miranda terulas kembali dan membuatnya semakin muak.

Kalau bukan karena Pentry ada bersamamu, aku akan menghabisimu sekarang juga, batin Arjuna sembari menunggu Mark dan Adolf datang.

“Baiklah kalau itu maumu. Aku mau kamu menceraikan Pentry dan menikah denganku,” tegas Miranda tanpa tahu malu.

Pentry yang mendengar menatap ke arah Miranda dan menghentikan usahanya. Rasanya tidak percaya mendengar hal tersebut keluar dari mulut sahabatnya. Membuat setitik air bening mulai menurun dan menatap Arjuna dengan pandangan lekat.

Aku tahu kalau pada akhirnya kita akan berpisah, Arjuna. Namun, rasanya tetap saja sakit jika harus mengingatnya kembali, batin Pentry merasa bahagia.

Arjuna baru akan mengatakan sesuatu ketika seseorang membuka pintu ruangan tersebut kasar. Membuat dirinya kembali diam dan menatap ke asal suara dengan pandangan tajam.

“Selvi,” panggil Arjuna dengan pandangan tidak percaya.

Selvi hanya diam dan melangkah mendekati Miranda dengan rahang mengeras. “Apa yang baru saja kamu katakan, Miranda? Kamu meminta Arjuna menikahimu? Kamu gila, hah? Kamu tidak menepati janjimu,” teriak Selvi dengan tatapan kesal.

“Tunggu, sebenarnya ini ada apa?” tanya Arjuna malah semakin bingung. Dia tidak menyangka jika Selvi juga berada di tempat yang sama.

Selvi menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. “Aku yang membantu Miranda menculik Pentry,” aku Selvi tanpa perasaan bersalah.

“Kamu gila, Selvi? Kamu sudah melakukan hal yang benar-benar tidak waras,” tegas Arjuan dengan tatapan penuh kekecewaan.

“Aku melakukanya untukmu, Arjuna. Aku ingin kembali bersama denganmu. Itu sebabnya aku mau membantu Miranda. Dia bilang akan menghabisi Pentry dan aku bisa bersama denganmu. Nyatanya apa? Dia memintamu untuk menikahinya,” jelas Selvi dengan tatapan kesal.

Miranda yang mendengar berdecak kecil dan menatap Selvi lekat. “Aku rasa kamu terlalu banyak berbicara dan aku tidak peduli dengan itu, Selvi,” desis Mirada mulai tidak sabar.

Arjuna hanya diam ketika melihat keduanya tengah beradu mulut. Dia memilih melangkah pelan menuju ke arah Pentry berada. Hingga dia berada di depan Pentry dan menatap istrinya dengan senyum tipis.

“Aku akan menolongmu,” ucap Arjuna dengan senyum bahagia. Dia segera melangkah ke belakang dan melepaskan ikatan yang ada di tubuh Pentry. Sesekali menatap ke arah Miranda dan Selvi yang masih asyik bertengkar. Hingga ikatan di tubuh Pentry sudah terlepas dan membuatnya dapat bernapas lega.

“Kamu tidak kenapa-kenapa, sayang?” tanya Arjuan dengan tatapan cemas.

Sayang?, batin Pentry tidak percaya. Namun, dia mengabaikan perasaannya dan mengangguk pelan. Merasakan dekapan yang Arjuna berikan. Membuatnya semakin diam dengan degup jantung yang kian bertalu cepat.

“Ayo kita pergi. Selagi mereka sedang asyik bertengkar,” ajak Arjuna. Menyatukan tangannya dengan milik Penty dan melangkah pelan

Miranda yang mulai sadar tidak adanya Arjuna diantra dia dan Selvi mulai menghentikan pertengkaran, mencari pria yang sejak tadi menjadi sumber perdebatan. Hingga matanya menatap ke arah Arjuna yang tengah melangkah bersama dengan Pentry di depannya.

“Arjuna,” teriak Miranda dengan rahang mengeras. Tangannya langsung menodongkan senjata yang sejak tadi digunakan.

Selvi yang melihat membelalakan mata. Dengan cepat dia menghentikan perbuatan Miranda dan menahan peluru yang akan meluncur ke arah Arjuna. Membuat cairan merah mulai merembes keluar. Arjuna yang melihat hanya mampu diam dengan tatapan mematung.

“Selvi,” teriak Arjuna dengan pandangan tidak percaya.
_____

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang