Aku berusaha membuatmu bahagia. Saat ini. Mungkin sampai nanti aku memilih pergi tanpa jejak, meninggalkanmu dengan sejuta luka.
🥀🥀🥀🥀🥀
“Kamu mau ke mana, Selvi?” tegur Silvi dengan pandangan datar. matanya menatap ke arah Selvi yang hanya berdiri di depannya.
“Mau ke rumah Arjuna, Ma,” jawab Selvi dengan wajah menunduk.
Silvi yang tengah memegang sendok terdiam, menghentikan gerakan dan menatap anaknya lekat. Matanya menunjukan pandangan dingin ke arah anaknya. “Sepagi ini ke rumah Arjuna?” ulang Silvi dengan wajah datar. “Kamu tidak memikirkan apa yang nanti dikatakan orang tuanya, Selvi?”
Selvi hanya diam, tidak menatap mamanya sama sekali. Dia yakin, saat mamanya mengetahui kejadian di hari yang lalu, mamanya akan benar-benar memarahinya. Itu sebabnya Selvi memilih menyembunyikan semua kejadian yang terjadi denganya.
“Selvi, mama bertanya denganmu. Jawab pertanyaan mama,” tegas Silvi dengan pandangan tajam. Mengamati gerak anaknya.
Selvi menarik napas dalam dan mendongakan kepala, menatap mamanya dengan pandangan lekat. “Ma, Selvi harus datang sekarang sebelum Arjuna berangkat ke kantor,” jelas Selvi jujur.
Arjuna memang berangkat pagi, kan, batin Selvi santai.
“Arjuna mulai bekerja di kantor?” tanya Selvi dengan mata menyipit. “Lalu kuliahnya?”
“Dia datang saat ada jam pelajaran saja.”
Silvi yang mendengar menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Baiklah. Kamu boleh pergi. Sampaikan salamku untuk keluarganya dan juga Arjuna,” ucap Silvi santai.
Selvi menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Menganggukan kepala ringan dan menatap mamanya. “Terima kasih, Ma,” ucap Selvi sembari melangkah keluar rumah, meninggalkan mamanya yang kembali fokus dengan sarapan.
Selvi mulai masuk ke dalam mobil dan menjalankannya. “Aku harap Arjuna tidak melihatku bersama dengan Mark kemarin. Aku tidak mau kehilangan harta berharga seperti dia,” gumam Selvi.
_____
“Arjuna, bangun,” teriak Pentry sembari meletakan makanan di meja makan. Rambut panjangnya sudah digelung. Pagi ini dia hanya mengenakan pakaian santai. Matanya menatap ke arah tangga apartemen menuju kamar, menunggu Arjuna yang tidak juga datang.
Pentry melepaskan apron dan meletakannya di dekat tempat memasak. “Dasar Arjuna, lama banget dibangunin,” gerutu Pentry sembari melangkah ke arah kamar.
Pagi ini dia mulai disibukan dengan segala rutinitas seperti biasanya. Bedanya, kali ini Pentry bangun lebih pagi dan menyiapkan makanan untuk Arjuna yang memang sudah memesan sejak malam.
Pentry mendorong pintu yang ada di depannya. Namun, baru saja dia membuka pintu, matanya kembali membelalak dengan wajah terlihat pucat pasi, menatap ke arah Arjuna yang ada didepanya.
“Arjuna. Kancingkan baju kamu!” teriak Pentry histeris. Matanya langsung tertutup, menghindari Arjuna yang ada didepanya.
Arjuna yang baru saja mengenakan baju menatap ke arah Pentry. Dia memang belum sempat mengancingkan pakaiannya. Namun, bukannya melakukan apa yang diperintahkan Pentry. Arjuna malah terkekeh kecil dan melangkah ke arah Pentry pelan.
“Hey, buka tangannya. Aku sudah pakai baju,” ujar Arjuna dengan bibir menahan tawa.
Pentry yang mendengar mencoba percaya. Perlahan, dia mulai membuka telapak tangan dan menatap Arjuna yang masih dalam keadaan yang sama. Namun, ketika Pentry berniat menutup tangan kembali, Arjuna menahan tangannya. Menatap mata teduh yang membuat pandangannya tidak beralih sama sekali.
Sejak kapan dia terlihat cantik dengan tampilan sederhana, batin Arjuna sembari menatap Pentry lekat.
Arjuna kembali tersadar dan langsung menggelengkan kepala, menghilangkan pikiran yang baru saja memuji Pentry. Dia hanya istri rahasiamu, Arjuna. Ingat dan jangan cintai dia, batin Arjuna kembali mengingatkan.
“Arjuna, lepas,” ucap Pentry pelan.
“Kenapa?” tanya Arjuna dengan mata yang tidak berpaling sama sekali, menatap wajah memerah Pentry.
“Bajumu belum dikancingkan,” jawab Pentry sembari menatap ke arah lain.
Arjuna yang mendengar tertawa kecil dan melepaskan genggamannya. Namun, tangannya kembali beralih meraih pinggang Pentry, menarik istrinya untuk mendekat. “Kancingkan,” perintah Arjuna pelan.
“Apa?” Pentry segera menatap Arjuna dengan pandangan tidak percaya.
“Apa aku harus mengatakannya lagi? Aku pikir kamu tifak tuna rugu, sayangkuh,” ucap Arjuna sembari menaikan sebelah alisnya.
Pentry berdecka kecil. Dengan setengah hati dia mulai mengancingkan pakaian Arjuna, membuat pria yang ada di depannya tertawa kecil. Bahkan, matanya tidak beralih sama sekali. Sampai Pentry menyelesaikan tugasnya.
“Dasi,” tambah Arjuna sembari memberikan dasinya ke arah Pentry.
Pentry hanya menurut, memasang dasi yang baru saja diberikan oleh suaminya. Tangannya masih terampil, memasangkan dasi dan mengulas senyum tipis.
“Selesai,” ucap Pentry sembari menatap ke arah Arjuna lekat.
Arjuna mulai melepaskan pelukan dan menatap Pentry lekat. “Manis,” ucapnya membuat Pentry terdiam seketika.
Arjuna hanya mengabaikan tatapan terkejut Pentry dan segera keluar kamar. Kakinya melangkah santai, tidak ada beban sama sekali. Sampai terdengar suara bel apartemen yang menggema. Membuat Arjuna menatap dengan kenig berkerut heran.
“Siapaa yang datang sepagi ini?” tanya Arjuna sembari menatap Penrty yang sudah mengikutinya dari belakang.
Pentry yang ditanya hanya mengangkat bahu ringan dan menggeleng pelan. Membuat Arjuna berdecih kesal. “Kamu ke meja makan saja dulu, aku yang aka buka,” ucap Arjuna yang langsung dituruti Pentry.
Arjuna segera melangkah ke arah pintu utama dan membuka pintu. Matanya menatap ke arah wanita yang sudah berdiri didepannya dengan pandangan dingin.
“Sayang,” sapa Selvi dengan senyum tipis.
_____
“Sayang.”
Selvi menatap ke arah Arjuna dengan senyum sumringah. Dia segera melangkah dan bersiap mendekap tubuh kekasihnya. Namun, Arjuna memilih mundur dan menatap Selvi dingin. Membuat kekasihnya menatap dengan pandangan bingung.
“Kenapa?” tanya Pentry dengan pandangan lekat.
“Aku tidak mau memegang wanita yang sudah menghianatiku,” jawab Arjuna dengan suara dingin.
“Sayang, aku bis....”
“Aku tidak mau mendengar apapun dari mulutmu itu, Selvi,” potong Arjuna tegas. “Aku rasa kita harus mengakhiri hubungan kita. Mulai hari ini, kita putus, Selvi.”
Selvi yang mendengar menatap kaget. Matanya membelalak mendengar apa yang dikatakan kekasihnya. “Kamu mau memutuskanku?” ulang Pentry dengan air mata perlahan. “Kamu bahkan tidak mau mendengar penjelasanku terlebih dahulu, Jun. Dia bukan kekasihku. Dia hanya....” Selvi terdiam. Matanya menatap wajah tidak peduli dari arah Arjuna. Otaknya kembali berpikir, mencoba memilih alasan yang pas untuknya.
“Apa? Dia siapa? Kekasih gelapmu?” celetuk Arjuna dengan nada ketus.
“Dia saudaraku,” sahut Selvi dengan cepat. Hanya itu alasan yang menurutnya masuk akal.
“Saudara?” ulang Arjuna dengan tatapan lekat. Rasanya masih sulit percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita di depannya.
“Iya, dia it....”
“Arjuna, siapa?”
Arjuna yang mendengar langsng diam. Matanya menatap ke arah Selvi yang sudah mengamati bagian belakangnya. Hal yang sama terjadi dengan Pentry. Pentry hanya diam, tidak menyangka jika tamunya adalah Selvi.
“Dia kenapa ada di apartemen kamu, sayang?” tanya Selvi dengan pandangan lekat. Membuat Arjuna dan Pentry langsung diam membeku.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Wife
RomanceJika cinta adalah sebuah kesalahan. Maka aku tidak ingin mengenalnya. Novel ini hanya berisi cerita klasik ketika gadis bernama Pentry Meiva, seorang gadis dengan kacamata tebal selalu bertengger di hidung mancungnya mulai bertemu dengan Arjuna Pras...