BAGIAN 45

8.5K 434 12
                                    

Kamu tahu? Nyatanya cinta tidak sebercanda kelihatannya. Hati manusia juga tidak semudah yang pernah dipikirkan

🥀🥀🥀🥀🥀

“Iya karena orang yang selama ini aku cintai dalam diam adalah kamu.”

Rama langsung diam dengan mulut terbuka kecil. Menatap ke arah Hani dengan penuh tanda tanya. Seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan gadis di depannya. Perlahan, dia menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan perasaan yang tidak karuan. Membuatnya tersenyum kecil, tetapi tetap saja terlihat begitu canggung.

“Bercandamu tidak lucu, Hani,” ucap Rama dengan kekehan kecil. Dia bahkan sudah mengalihkan pandangan, menghindar tatapan Hani yang semakin dalam.

“Kamu bilang bercanda?” ulang Hani dengan senyum kecil. “Mungkin itu yang kamu harapkan, Rama. Sayangnya, semua itu hanya mimpimu. Nyatanya aku benar-benar mencintaimu sejak lama.”

Apa dia mengatakan dengan sadar?, batin Rama tetap tidak percaya. Sejak awal dia tidak mencintai Hani sama sekali. Bahkan, dia hanya menganggap gadis tersebut sebagai sahabat dan tidak lebih.

Bagaimana bisa aku mencintainya?, pikir Rama.

“Aku tahu kamu tidak mencintaiku, Rama,” ucap Hani memecah keheningan. “Aku tidak menyalahkanmu tentang itu. Manusia memiliki pilihannya sendiri. Aku juga tidak mengharapkan kamu akan menerimaku. Kamu tahu? Hati manusia itu terlalu rumit untuk kamu jelaskan. Kamu tidak akan tahu dan mengerti apa yang membuatku diam selama ini, Rama. Kamu tidak akan pernah mengerti dengan itu.”

“Kamu gila, Hani. Kamu mencintai sahabatmu? Apa kamu tidak salah?” Rama menatap Hani dengan tatapan lekat. Tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Aku memang gila. Aku gila karena aku bahkan rela berada di dekatmu meski hanya menjadi seorang sahabat. Kamu tahu? Semua aku lakukan karena aku takut kehilaganmu. Aku takut aku tidak bisa melihat senyummu lagi. Namun, sekarang aku sadar. Sekeras apapun aku mencoba berada di dekatmu, aku tetap tidak akan terlihat. Cintaku tidak akan pernah kamu dengarkan,” sahut Hani dengan senyum miris.

Rama kembali diam. Dia masih tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Hani. Hingga gadis tersebut mulai bangkit dari duduk dan menatapnya dengan penuh kecewa.

“Entah apa yang ada dalam diriku sehingga kamu tidak pernah mencintaiku, Rama. Namun, aku rasa aku tidak menyesal telah mencintaimu,” kata Hani pelan. Bibirnya segera mengulas senyum tipis dan melangkah pergi.

Aku tidak pernah berencana mengatakannya dengammu, Rama. Namun, aku merasa tidak rela melihatmu begitu dekat dan peduli dengan Pentry, batin Hani dengan perasaan pedih. Ingatannya kembali ke saat di mana dia tanpa sengaja melihat Rama dan Pentry yang tengah berbincang.

Flashback

“Aku rasa Rama  akan suka dengan buku ini. Dia bahkan sudah mencari cukup lama dan ternyata aku yang menemukannya,” gumam Hani dengan wajah sumringah. Matanya menatap ke arah buku tebal yang baru saja ditemukan dan melangkah ke arah kelas Rama dengan wajah bahagia.

Hani baru saja memasuki kelas pemuda tersebut dan langsung menghentikan langkah. Menatap ruangan yang hanya ada beberapa penghuninya saja. Membuatnya berdecak kecil dan membalik langkah. Dengan cepat menghentikan seseorang yang dia yakin adalah teman satu kelas Rama.

“Kamu tahu di mana Rama?” tanya Hani dengan bibir mengulas senyum tipis.

“Aku lihat dia bersama dengan Pentry ke cafe sebelah,” jawab pemuda tersebut.

Hani mengangguk kecil dan mengucapkan terima kasih. Dengan penuh semangat dia melangkah ke tempat yang dimaksud. Mengabaikan beberapa sapaan dari para teman di kampus.

Hani menghela napas lega ketika sudah sampai di depan cafe yang dimaksud. Tanganya segera membuka pintu kaca tersebut pelan. Menatap seisi pengunjung dan menjatuhkan pandangan dengan pemuda yang sejak tadi dicari. Dengan gesit kakinya melangkah mendekati Rama. Namun, perlahan langkahnya memelam ketika mendengar ucapan Rama dengan Pentry.

“Kenapa kamu diam, Pentry? Apa kamu menyukainya?” tanya Rama membuat Hani menatap ke arahnya dengan kening berkerut.

Kenapa Rama menanyakan itu, batin Hani.

“Tidak,” jawab Pentry dengan bibir tersenyum. “Aku tidak boleh mencintainya, kan?”

“Kalau begitu, setelah anakmu lahir, kamu akan berpisah dengan Arjuna? Kamu akan pergi bersama dengan anakmu?” tanya Rama kembali.

Pentry mengangguk pelan  dengan bibir mengulas senyum tipis. “Aku akan meninggalkannya. Sesuai dengan apa yang dia inginkan, Rama. Aku tidak bisa bernegosiasi dengan apa yang sudah aku setujui, kan? Aku hanya berharap anakku akan lahir dengan selamat,”

“Jadi, kamu datang dan mengajakku berbicara hanya untuk masalah ini?” tanya Pentry membuat Hani semakin membeku.

Rama mengangguk pelan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Hingga helaan napas terdengar, membuat Hani mengalihkan pandangan dan menatap semakin bingung.

“Kalau kamu memang mau pergi meninggalkan Arjuna, aku siap menggantikannya. Aku siap menjadi ayah untuk anakmu kelak,” celetuk Rama membuat Hani melemas seketika.

Hani menitikan air mata ketika mendengar ucapan Rama. Apa dia tidak pernah mengerti perasaanku?, batin Hani dengan tangis tertahan. Dia memilih mundur beberapa langkah dan semakin menjauh. Mencoba menenangkan hatinya yang tidak karuan.

Flashback selesai

Hani terduduk lemah di bangku taman dan menundukan kepala. “Semua berakhir sampai di sini. Semuanya selesai,” gumamnya dengan senyum pedih. Hingga air matanya kembali meluluh dan membasahi pipi.

Sedangkan di tempat lain, Pentry mengerutkan kening heran karena tingkah Arjuna yang uring-uringan. Sejak menjemputnya, pria tersebt sudah bersikap aneh. Membuat Pentry dan Vika menatap heran.

“Apa ada yang terjadi antara kamu dan Arjuna?” tanya Vika dengan pandangan bingung.

Pentry yang ditanya menggeleng pelan. “Pentry rasa tidak ada, Ma. Juna hanya mengantarku ke kampus dan menjemput. Aku tidak melakukan kesalahan apapun hari ini” jawab Pentry yang juga merasakan hal yang sama. Bingung.

Sebenarnya dia kenapa, batin Pentry. Matanya menatap pria yang tengah menatap layar laptop dengan mulut yang tidak berhenti bergumam dan menyalahkan semua orang. Bahkan, asisten rumah tangga juga menjadi sasaran.

“Mama akan tanyakan dengan papa dulu. Mungkin dia ada masalah dengan pekerjaan,” ujar Vika. Dia segera melangkah ke arah kamar.

Pentry yang melihat mertuanya sudah menjauh mulai melangkahkan kaki. Dengan perlahan, dia mengambil sebotol minuman di kulkas dan mendekati sang suami. Setelah sampai, dia segera meletakan minuman dingin tersebut tepat di depan Arjuna.

“Aku sudah bilang kalau tid....” Arjuna menghentikan ucapannya ketika melihat Pentry yang ada di depannya. Membuatnya semakin kesal dan mendengus pelan.

“Minumlah, Jun. Aku rasa kamu membutuhkan air dingin untuk meredam emosimu,” celetuk Pentry santai.

Arjuna hanya diam dan mengabaikan Pentry. Jemarinya sibuk menekan satu per satu keyboard laptop. Membuat Pentry mendesah pelan dan mulai menegakan badan.

“Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Pentry dengan pandangan lekat. “Kalau iya, kamu bisa katakan apa kesalahanku, Arjuna. Kalau kamu diam, aku tidak akan mengerti.”

Arjuna segera mendongakan kepala dan menatap Pentry lekat. “Kamu tahu, Pentry? Bertemu dengan Rama adalah kesalahan yang kamu lakukan. Kamu bahkan tidak mengatakan denganku sama sekali dan aku tidak menyukai itu. Aku tidak suka istriku bertemu dengan pria lain tanpa seizinku,” jawab Arjuna dengan tampang kesal. Dia segera menutup laptop dan melangkah ke kamar. Meninggalkan Pentry dalam kebingungan.

Apa yang sebenarnya terjadi dengannya, batin Pentry tidak mengerti.
_____

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang