BAGIAN 55

9.5K 476 14
                                    

Apa sekarang adalah waktuku melepaskanmu? Apa sekarang waktuku meninggalkanmu? Membiarkanmu berbahagia dengan seseorang yang sejak dulu sudah berada di hatimu.

🥀🥀🥀🥀🥀

“Selvi,” teriak Arjuna dengan pandangan tidak percaya. Matanya menatap ke arah wanita yang sudah berbaring di tanah dengan lumuran darah di bagian perut. Membuat jantungnya berhenti berdetak seketika.

Pentry sudah menutup mulut dengan telapak tangan dan menatap Selvi lekat. Merasakan getaran dari arah Arjuna yang sudah mendekapnya erat. Seakan menyalurkan rasa takut yang sudah mulai menyelimutinya.

“Itu akibat dia melawanku,” desis Miranda dengan tatapan sinis. Tidak merasa menyesal sama sekali. Dia malah menarik kembali pelatuknya dan mengarahkan ke arah Arjuan dan Pentry yang tidak bergerak sama sekali. Membuat senyum di bibirnya semakin lebar.

“Sekarang giliran kalian,” desis Miranda dengan senyum sinis.

“Miranda,” teriak Mark yang baru saja masuk dengan tatapan cemas. “Hentikan kegilaanmu, Miranda. Hentikan pikiran bodohmu yang berniat membaas dendam. Sudah hentikan semuanya.”

Miranda yang mendengar berdecak kecil dan siap mengarahkan senjatanya ke arah Mark. Namun, gerakannya terhenti karena tembakan lain. Membuatnya menatap ke arah sang pelaku dan membelalak tidak percaya.

Aku tidak mau tertangkap polisi, gumam Miranda. Dia segera melangkah dan siap pergi. Namun, niatnya terhenti karena luka di bagian kaki yang diberikan oleh Arjuna. Membuatnya terjatuh. Polisi yang sudah dibawa Mark dan Adolf segera menangkap Miranda dan membawa pergi.

Sedangkan Arjuna, dia masih terduduk lemah dan menatap Selvi yang mulai memejamkan mata. Namun, terlihat ringisan dari bibirnya, membuat Arjuna semakin tidak karuan.

Kenapa dia melakukan ini, batin Arjuna dengan rasa tidak percaya.

“Selvi,” teriak Mark yang langsung mendatangi wanita di depannya. Dengan cekatan, dia segera menggendong Selvi dan membawa keluar. Meninggalkan ruangan dengan kesunyian yang kembali melanda.

Pentry yang merasakan genggaam Arjuna melemah menatap ke arah suaminya dengan tatapan sedih. Apa kamu masih sangat mencintainya, batin Pentry dengan air mata yang kembali mengalir. Namun, dengan cepat dia mengusap kasar dan mengulas senyum tipis. Dia menepuk pundak Arjuna, membuat pria tersebut tersadar dari lamunan.

“Ayo bangun. Kita ikuti Selvi dan pastikan bahwa dia akan baik-baik saja,” ucap Pentry sembari menguatkan diri sendiri.

Arjuna hanya mengangguk pelan dan bangkit. Tangannya kembali menggenggam jemari Pentry yang terlihat tegar di sebelahnya. Perlahan, mereka mulai melangkah keluar dari gedung yang langsung bersambut dengan hutan di depannya.

Adolf yang melihat segera menghampiri Pentry dan Arjuna dengan tatapan cemas. “Kalian baik-baik saja?” tanya Adolf dengan pandangan mengamati.

“Kami baik, Kak,” jawab Pentry sembari mengulas senyum tipis. “Hanya saja, Arjuna masih shock karena Selvi yang menyelamatkan kami.”

“Kamu yakin? Kandunganmu tidak mengalami masalah sama sekali?” tanya Adolf maish merasa cemas. Sampai Pentry mengangguk pelan, membuat perasaannya sedikit melega.

“Kalau begitu ayo ke rumah sakit. Kalian harus memeriksakan kondisi kalian,” ujar Adolf yang langsung melangkah menuju mobil cepat.

Pentry kembali mengangguk dan melangkah. Tangannya masih bergandengan dengan Arjuna. Membuatnya sesekali menatap ke arah pria yang hanya bungkam di sampingnya. Apa aku memang salah berada di sisimu, Arjuna? Benar apa kata Selvi, aku tidak pantas untukmu, batin Pentry dengan perasaan terluka.
_____

“Tenanglah, Audi. Aku yakin mereka akan menyelamatkan Pentry,” ucap Vika dengan perasaan yang tidak kalah cemas. Mataya menatap ke arah Audi yang masih terus menangis didekatnya. Membuat perasaannya semakin tidak karuan.

Ya Tuhan, selamatkan menantu dan cucuku, batin Vika dengan air mata menggenang.

Audi menarik naaps dalam dan mengembuskan pelan. Dia menatap ke arah Vika yang masih saja diam sembari menepuk punggungnya pelan.

“Bagaimana kalau ternyata Pentry tidak bisa kembali dengan kita, Vika? Dia anakku satu-satunya dan aku sangat menyayanginya,” ucap Audi dengan suara serak. Pasalnya, dia sudah menangis sejak Arjuna menghubungi dan mengatakan dia dalam kondisi baik-baik saja.

“Jangan berbicara asal. Aku yakin Pentry akan selamat. Jadi, jangan berpikir yang aneh-aneh. Lebih baik kita mendoakannya,” sahut Vika berusaha menguatkan diri sendiri.

Aku juga berharap hal yang sama, tetapi rasanya aku masih saja takut jika Pentry tidak selamat, batin Audi. Hingga dering ponsel terdegar. Mengalihkan pandangan keduanya

Vika langsung mengangkat panggil tersebut dan diam. Dia hanya mendengarkan penjelasan dari putranya dan menghela napas lega. Matanya menatap ke arah Audi dan mematikan panggilan sepihak. Tidak peduli dengan apa yang anaknya akan katakan.

“Ada apa?” tanya Audi dengan pandanagn cemas.

“Pentry sudah selamat. Saat ini Adolf membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan saja. Jadi, kita disuruh menunggu saja di rumahnya,” jelas Vika dengan wajah yang kembali sumringah.

“Syukurlah. Aku lega dengan kabar itu,” ucap Audi sembari mengelus dada pelan. Dia menghapus air matanya dan menatap Vika dengan senyum tipis.

“Terima kasih,” cicit Audi, merasa lega karena anaknya tinggal bersama dengan orang yang juga menyayanginya.

Vika hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Aku harap setelah ini tidak ada lagi masalah, batin Vika.
_____

Pentry menatap ke arah Arjuna yang sejak tadi berjalan di depan pintu ruang UGD, menunggu kabar dari dokter yang tengah menangani Selvi. Membuat Pentry hanya mampu diam dan menutup mulut rapat.

“Tuhan, selamatkan dia,” gumam Arjuna dengan wajah cemas. Bahkan, kecemasaannya mengalahkan Mark yang notabennya adalah kekasih Selvi.

“Ini diminum,” ucap Adolf sembari memberikan air mineral ke arah Pentry.

Pentry segera menerima dan membuka pelan. Dia mengabaikan Adolf yang sudah duduk di dekatnya dan berdecak kesal. Menatap tingkah Arjuna yang tidak memperhatikan Pentry sama sekali.

“Dasar. Dia lebih mementingkan Selvi dari pada istrinya?” celetuk Adolf dengan tatapan kesal. “Benar-benar minat diberi pelajaran.”

Pentry yang melihat Adolf akan bangkit segera mencegah dan menggeleng pelan. Membuat Adolf yang hendak bangkit mengurungkan niat dan kembali duduk. Dia masih menahan kesal karena ulah sang adik yang tidak menghargai Pentry sama sekali.

“Kenapa kamu menghalangiku, Pentry? Aku harus menegur sikapnya yang terlalu berlebihan,” ucap Adolf dengan pandangan kesal.

“Biarkan saja, Kak. Biarkan Arjuna seperti itu. Biarkan dia mencemaskan wanita yang dia cintai,” sahut Pentry dengan suara lembut.

“Bicara apa kamu, Pentry? Dia tid....”

“Dia masih mencintai Selvi dan akan selamanya begitu, Kak,” sela Pentry cepat.

“Tetapi kamu istrinya, Pentry,” kekeh Adolf merasa tidak suka dengan sikap Pentry yang selalu saja mengalah.

Pentry tertawa kecil dan menatap ke arah Adolf lembut. “Apa Kakak lupa, aku hanya manusia asing yang datang dan mengganggu hubungan mereka. Jadi, tidak sepantasnya aku mengharap hal lain, kan? Arjuna mau menikah dan mengakui bayi dalam kandunganku saja aku sudah bersyukur.”

Adolf yang mendengar menghela napas kasar. Menatap Pentry yang mulai bangkit dari kursi dan melangkah pergi. Membuat sanggahannya kembali tertelan.

Apa aku harus bertindak agar mereka tidak terus salah paham, batin Adolf sudah tidak sabar dengan sikap Pentry dan Arjuna.

_____

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang