Kehidupan itu terasa simple, jika engkau ingin bahagia maka pikirkan bahagia dan jangan pernah pikirkan penderitaan. Tetapi, takdir seakan tidak pernah menyukaiku untuk tersenyum, karena hidupku selalu berlimang dengan air mata.
🥀🥀🥀🥀🥀
Pentry menatap bangunan megah di depannya dengan pandangan datar. Tidak ada wajah bahagia yang terlintas di wajahnya. Sampai ketika gerbang tersebut mulai terbuka. Perlahan, Pentry melangkah masuk, mengikuti Vika yang sejak tadi mengganggam tangannya.
“Sekarang ini adalah rumahmu, sayang. Kamu akan tinggal di sini bersama dengan kami. Jangan sungkan untuk mengatakan apa pun yang kamu butuhkan, ya?” ucap Vika dengan senyum lekat.
Pentry hanya menatap bangunan yang akan terasa seperti neraka untunya. Mengamati satu per satu yang ada di dalam. Tidak ada pilihan lagi untuknya selain tinggal di rumah tersebut dan hidup dengan Arjuna.
Sebuah elusan lembut mulai terasa di puncak kepalanya. Perlahan, Pentry mulai mendongak dan menatap ke arah pria dengan rahang tegas di dekatnya. “Sekarang kamu adalah menantu keluarga ini, Pentry. Kami tahu, jika pernikahana ini terlalu mendadak. Tetapi, papa harap kamu akan betah tinggal di sini. Kami di sini juga orang tuamu. Jangan takut untuk mengatakan apa yang kamu inginkan, oke?” tegas Bima dengan penuh kelembutan.
“Kalau nantinya Arjuna nakal, kamu bisa lapor sama kakak,” imbuh Adolf dengan nada ramah.
Pentry yang mendengar hanya mengangguk. Matanya menatap ketiga anggota keluarga Arjuna yang begitu baik dengannya. Sampai pelukan hangat membuatnya menitikan air mata. Rasanya dia tidak pernah menyangka jika akan mendapat keluarga baik selain mamanya. Sampai matanya menatap ke arah Arjuna yang masih diam dengan wajah tidak peduli.
Apa dia akan selamanya begitu? Apa aku akan kuat hidup dengannya?, batin Pentry mulai ragu.
Vika melepaskan pelukannya dan mentap Pentry dengan senyum tipis. “Ayo ikut mama. Mama akan tunjukan di mana kamar kamu,” ujar Vika.
Lagi. Pentry hanya mengangguk sembari melangkah ke arah kamar yang dimaksud. Perlahan, satu demi satu anak tangga terlewati. Sampai kakinya mulai menapak di lantai datar. Vika segera membimbingnya melewati ruang keluarga yang tidak kalah besarnya dengan bagian di bawah. Sampai akhirnya, langkah keduanya berhenti tepat di depan pintu kayu besar dengan ukiran di hadapannya.
Vika membuka kamar tersebut, menghadirkan ruangan dengan didominasi warna gelap. Membuat Pentry mengerutkan kening heran. Ini kamar siapa?.
“Ini dulunya kamar Arjuna, tetapi karena sekarang dia sudah punya istri, ini menjadi kamar kalian,” ucap Vika sembari melangkah masuk.
Pentry mengamati sekitar dengan pandangan datar. Hingga matanya menatap ranjang besar dengan hiasani bunga di atasnya. Tidak akan ada malam pertama yang bahagia seperti di dalam cerita dongeng, batin Pentry dengan senyum tipis.
“Maafkan kamu karena kami belum sempat mengubah kamar Arjuna ya, sayang. Kabar ini terlalu dadakan dan kami belum menyiapkan apa pun untuk kalian. Tetapi, mama harap kamu akan betah tinggal di sini. Kalau Juna nakal, kamu bisa lapor sama mama biar nanti mama hukum,”ujar Vika ingin melihat wajah Pentry tersenyum bahagia.
Pentry mengangguk dengan senyum tipis dan menatap Vika lekat. “Terima kasih, Ma,” sahutnya lirih.
Vika mengangguk dengan senyum bahagia. Sampai suara pintu tertutup membut keduanya menatap ke asal suara. Tampak Arjuna dengan wajah datar menatap Pentry lekat.
“Mama sudah selesai? Arjuna mau tidur, Ma. Arjuna lelah,” ujar Arjuna dengan tampak dingin.
Vika yang mengerti maksud anaknya lagsung mengangguk, menatap Pentry dan meyakinkan jika semua baik-baik saja. Perlahan, dia mulai melepaskan genggaman tangan Pentry dan melangkah keluar. Sampai suara pintu tertutup terdengar, membuat Vika memejamkan mata dengan perasaan ragu.
“Aku harap Arjuna tidak akan melukai Pentry,” batin Vika sembari melangkah turun.🍁🍁🍁🍁🍁
Suasana mencekam terjadi. Arjuna mulai menatap Pentry yang hanya diam di tengah ruang kamarnya, masih mengenakan kebaya putih yang sama dengan beberapa jam yang lalu. Perlahan, kakinya mulai mendekati Pentry yang terlihat seperti kucing di kandang singa.
Arjuna menghentikan langkah dengan rahang mengeras tepat di depan Pentry yang sudah menunduk menahan takut. Dengan kasar dia mulai menangkup wajah Pentry dengan kedua jemarinya dan mendongakan kepala wanita tersebut. Mengabaikan rintihan tertahan dengan mata menatapnya memelas.
“Kamu benar-benar gak tau malu, Pentry. Kamu dengan percaya diri mengatakan kepada Rama dan menyuruhnya datang ke rumahku. Memangnya kamu pikir apa yang akan kamu dapat setelah menikah denganku?” ucap Arjuna dengan nada rendah, tetapi terkesan menakutkan.
Pentry menggeleng perlahan. Tidak ada suara yang keluar karena Arjuna semakin keras menekankan tangannya. Sampai akhrinya, Arjuna mulai melepaskan kasar, setengah melempar dengan pandangan penuh kebencian.
“Kamu berharap aku mencintaimu?” tanya Arjuna sinis
“Jangan bermimpi,” desis Arjuna bahkan sebelum Pentry mampu menjawab.
Pentry menghapus air mata yang sudah mengalir secara kasar. Dalam hidup, dia bahkan tidak mengharapkan pernikahan semacam ini. Pernikahan dengan orang yang bahkan tidak pernah mau memandangnya sama sekali. Sejenak. Dia ingin sejenak Arjuna mau mendengarkan perjelasannya.
Arjuna menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Matanya menatap manik mata Pentry dengan pandangan semakin mematikan, membuat Pentry semakin menunduk menatap lantai kamar tersebut.
“Baiklah, Pentry. Sekarang kita sudah menikah. Keluargaku sudah begitu menerimamu. Jadi, aku akan menawarkan perjanjian denganmu,” ujar Arjuna membuat Pentry mendongak.
“Perjanjian? Maksudnya?” tanya Pentry dengan tatapan bingung.
Arjuna menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Dia mulai menegakan badan dan menatap ke arah Pentry serius. “Mulai malam ini kamu adalah istriku. Tetapi, itu hanya berlaku ketika di rumah. Tidak di luar.”
Apa? Pentry menatap dengan wajah yang semakin bingung.
“Simpelnya, kamu tidak boleh memberitahukan kepada siapa pun kalau kamu sudah menikah denganku. Termasuk sahabatmu. Aku tidak mau jika pernikahan kita akan membuat hubunganku dengan Selvi menjadi hancur. Jadi, aku tegaskan. Rahasiakan hubungan ini dan jangan sampai ada yang tahu bahwa kamu adalah istriku.”
“Setelah bayi yang ada dalam kandunganmu lahir, aku minta kamu segera pergi dari rumah ini dan kita sudahi hubungan ini. Aku tidak akan memintamu meninggalkan anakmu. Kamu bebas membawanya ke mana saja yang kamu mau,” jelas Arjuna tanpa perasaan sama sekali.
Pentry diam. Dia hanya menikah sampai anaknya lahir? Pentry menatap Arjuna dengan air mata yang terasa mengering.
“Kalau di kampus ada yang menanyakan mengenai kandunganku, aku harus bagaimana?” tanya Pentry dengan tangis tersendu.
“Itu urusanmu. Aku tidak mau tahu, apa pun alssanmu aku juga tidak peduli. Cukup satu, sembunyikan pernikahan ini dan aku akan membiarkanmu hidup tenang. Jangan coba uji kesabaranku seperti saat ini, Pentry,” jawab Arjuna sembari berbalik, melangkah mendekati ranjang dengan hiasan bunga di atasnya.
Arjuna segera meraih satu bantal dan melemparnya ke arah Pentry yang masih diam, membuat wanita tersebut menatap bingung.
“Kamu dilarang tidur di ranjang. Aku benar-benar tidak sudi tidur satu ranjang denganmu. Dan ingat, pakaianmu jangan kamu masukan ke dala lemari. Aku juga tidak suka berbagi dengan siapa pun,” jelas Arjuna dengan suara ketus.
Pentry hanya mampu terduduk dengan tangis yang kian mengalir. Apa salahku, Tuhan. Aku bahkan tidak pernah merasakan kebahagiaan dalam hidupku. Sekali. Aku ingin merasakan apa yang namanya bahagia, batin Pentry dengan tubuh terduduk lemah.🍁🍁🍁🍁🍁
Selamat membaca sayangkuh. Jangan lupa like, comment dan tambah ke daftar perpusatakaan kalian ya. 😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Wife
RomanceJika cinta adalah sebuah kesalahan. Maka aku tidak ingin mengenalnya. Novel ini hanya berisi cerita klasik ketika gadis bernama Pentry Meiva, seorang gadis dengan kacamata tebal selalu bertengger di hidung mancungnya mulai bertemu dengan Arjuna Pras...