Jika Tuhan akan menjemput salah satu diantara kita, aku berharap Tuhan akan menjemputku dan memberikan kebahagiaan untukmu. Selamanya.
🥀🥀🥀🥀🥀
“Pentry, makan yang banyak biar anak dalam kandunganmu sehat,” ucap Audi sembari meletakan orek tempe di depan Pentry.Pentry yang melihat mengangguk perlahan. Matanya menatap ke arah piring berisi makanan yang baru saja diambilkan sang mama. Menimbulkan decakan kecil dari arahnya.
“Ma, Pentry bisa gendut pulang dari rumah mama. Nanti yang ada orang rumah lupa semua sama Pentry,” ujar Pentry dengan tawa kecil.
Audi yang mendengar segera mencubit pelan pipi sang anak dan mendengus pelan. “Biarkan saja mereka lupa sama kamu. Namun, mama yakin Arjuna tidak akan pernah lupa sama istrnya ini,” celetuk Audi dengan senyum tipis. Dia melepaskan cubitannya dan melangkah ke arah dapur.
Pentry yang mendengar terdiam. Sejenak, dia ingin menjauh dari Arjuna dan melupakan pria tersebut. Membuat senyum tipis di bibirnya mulai terlihat jelas. Namun, tidak ada getaran bahagia dalam hatinya.
Aku sudah benar-benar mencintaimu, Arjuna, batin Pentry dengan air mata yang sudah menggenang.
Pentry menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. Mencoba menangkan hatinya yang kembali resah. Matanya menatap sang mama yang masih asyik mencuci penggorengan yang baru saja digunakan untuk memasak.
“Ma,” panggil Pentry pelan dan hanya mendapat gumaman dari arah sang mama. “Bagaimana kalau suatu saat Pentry pergi dengan anak Pentry? Apa Mama akan marah?” tanya Pentry.
Audi segera menghentikan aktivitasnya dan menatap Pentry lekat. Dia segera mencuci tangan dan melangkah ke arah sang anak berada. “Apa yang kamu katakan, Pentry? Kamu akan pergi ke mana?” Audi balik bertanya. Matanya mengamati sang anak yang masih diam dengan mulut mengunyah makanan.
Pentry menelan makanannya dan menatap Audi. “Aku hanya mengatakan misal, Ma. Jangan takut, Pentry pasti akan terus bersama dengan Mama,” ujar Pentry mengalihkan pembicaraan.
“Namun, mama merasa bukan itu maksud ucapan kamu, sayang,” tegas Audi masih merasa curiga.
Pentry terdiam sejenak. Dia mulai melepaskan sendok di tangan dan membenarkan duduknya. Perlahan, dia menatap sang mama sepenuhnya. Tangannya terulur dan meraih jemari Audi.
“Ma, kita tidak tahu kapan Tuhan akan mengakhiri kontrak denganku, bukan? Kita tidak tahu kapan kehidupan akan berakhir. Jadi, Pentry hanya mengatakannya saja dan tidak ada maksud apa pun,” jelas Pentry dengan senyum manis. “Lagipula Pentry akan pergi ke mana juga?”
Audi yang mendengar hanya diam dengan pandangan mengamati. Dia baru membuka mulut dan siap melayankan protes. Namun, niatnya terhenti ketika suara bel rumahnya berbunyi. Membuatnya harus bangkit dan melangkah ke asal suara.
Pentry hanya diam dan menikmati masakan sang mama. Sudah lama dia tidak memakannya. Sampai sang mama kembali datang dan menatap Pentry lekat.
“Di luar ada Miranda. Dia mau bertemu denganmu. Katanya ada urusan penting dan itu menyangkut Arjuna,” ucap Audi dengan tatapan serius.
Apa? Pentry langsung bangkit dan menuju ke arah ruang tamu. Diikuti Audi yang merasa cemas. Hingga matanya menatap sosok Miranda yang tengah berdiri dengan pandangan resah.
“Miranda, apa yang terjadi?” tanya Pentry dengan tatapan cemas.
“Pentry, kamu harus ikut denganku. Arjuna, dia sedang dirawat di rumah sakit,” jawab Miranda dengan tatapan cemas.
“Astaga. Kenapa bisa?” Pentry masih menatap Miranda. Air matanya bahkan sudah mengalir dengan sendirinya. Merasakan takut karena kabar yang baru saja didengar. Bahkan, jantungnya terasa berhenti seketika.
Astaga Tuhan. Semoga Arjuna baik-baik saja, batin Pentry merasa kacau.
“Aku akan menceritakannya nanti, Pentry. Sekarang kita harus cepat,” ucap Miranda tebruru-buru.
Pentry yang mendengar mengangguk cepat. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengikuti Miranda yang melangkah lebih dulu. Audi yang melihat hanya menatap cemas, sampai mobil di depan rumahnya mulai menghilang.
“Ya Tuhan, kenapa bsisa seperti ini? Kenapa rasanya kebahagiaan seperti tidak diperbolehkan untuk singgah dengan putriku,” ucap Audi merasa kesal.
Sampai sebuah dering ponsel mulai terdengar. Membuat Audi segera melangkah ke dalam rumah menuju ke asal suara. Langkahnya mulai terhenti tepat di depan ponsel milik Pentry, menghadirkan nama Arjuna yang membuat keningnya berkerut heran.
Audi mulai meraih ponsel tersebut dan mengangkat panggilan. “Halo,” sapa Audi ketika sudah tersambung.
“Halo, Pentry?” panggil Arjuna pelan.
“Arjuna?” Audi yang mendengar membelalakan mata tidak percaya. “Bukannya kamu kecelakaan dan terluka parah?” tanya Audi bingung.
“Kecelakaan?” ulang Arjuna seakan tidak percaya. “Aku bahkan masih di mobil menuju rumah Mama. Lalu, Pentry ke mana?”
“Pentry baru saja keluar, Arjuna. Miranda datang dan mengatakan bahwa kamu mengalami kecelakaan dan di bawa ke rumah sakit,” jelas Audi merasa cemas.
_____“Pentry baru saja keluar, Arjuna. Miranda datang dan mengatakan bahwa kamu mengalami kecelakaan dan di bawa ke rumah sakit,”
Arjuna yang masih mengemudi segera menghentikan laju mobil dan menatap jalanan dengan mata membelalak. Beruntung, di bagian belakang mobilnya tidak ada siapapun. “Apa? Miranda datang ke rumah dan mengatakan demikian?”
“Iya,” jawab Audi. “Sebenarnya ini ada apa?”
Arjuna menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Arjuna akan ceritakan nanti, Ma. Sekarang Arjuna harus mengurus hal lain,” ucap Arjuna segera mematikan panggilan. Dia enggan mendapat pertanyaan bertubi dari sang mertua.
“Sial!” teriak Arjuna sembari memukul setirnya keras. “Aku akan benar membuat perhitunagn denganmu, Miranda. Aku akan buat kamu menyesal karena sudah berurusan denganku. Dasar wanita kurang ajar.”
Arjuna segera menghidupkan kembali ponselnya dan mencari nama di ponselnya. Hingga nomor tersebut ditemukan. Dengan cepat dia mulai menekan dan menghubungi seseroang di seberang.
“Halo, Ar....”
“Adolf, Mark sudah pergi?” tanya Arjuna cepat.
“Belum. Dia belum keluar dan sedang di ruanganku,” jawab Adolf santai.
“Tanyakan dengannya di mana Miranda berencana menyekap Pentry. Dia sudah datang dan membawa Pentry pergi,” kata Arjuna cemas.
_____“Tanyakan dengannya di mana Miranda berencana menyekap Pentry. Dia sudah datang dan membawa Pentry pergi,”
“Apa?” Adolf yang mendengar membelalakan mata. “Miranda sudah bersama Pentry?”
Mark yang ada di depan Adolf ikut membelalakan mata tidak percaya. Aku pikr Miranda tidak akan bertindak secepat ini. Sial, batin Mark dengan tatapan cemas.
“Aku akan tanyakan dengannya,” ucap Adolf sembari mematikan panggilan. Matanya menatap ke arah Mark yang sudah terlihat cemas.
“Mark, kamu tahu di mana Miranda akan menyekap Pentry?” tanya Adolf serius.
Mark menggeleng pelan, membuat Adolf menghela napas resah.
“Namun, aku sudah memasang alat pelacak di ponselnya, Adolf. Kita bisa mengikutinya dan aku akan mengirimkan titik koordinatnya dengan Arjuna,” jelas Mark.
Adolf yang mendengar hanya mengangguk setuju. Dia segera bangkit dan melangkah keluar ruangan dan menuju ke arah parkiran. Dengan segera, dia melajukan mobil kencang, mengikuti titik yang ditunjukan di layar ponsel Mark.
Aku harap dia akan baik-baik saja, batin Adolf cemas.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Wife
RomanceJika cinta adalah sebuah kesalahan. Maka aku tidak ingin mengenalnya. Novel ini hanya berisi cerita klasik ketika gadis bernama Pentry Meiva, seorang gadis dengan kacamata tebal selalu bertengger di hidung mancungnya mulai bertemu dengan Arjuna Pras...