BAGIAN 6

11.8K 562 18
                                    

Kata orang, setiap manusia terlahir dengan cinta dan kebahagiaan. Namun, itu hanya kata bualan indah yang tidaklah nyata. Nyatanya, setiap manusia terlahir karena nafsu dan membawa takdir berbeda. Sepertiku yang selalu membawa takdir buruk dalam setiap langkah.

🥀🥀🥀🥀🥀

Pentry menatap kertas berbalut plastik yang tengah digenggamnya. Sudah hampir satu jam dia diam, menimang apa yang akan dilakukannya saat ini. Banyak hal yang dipertimbangkan ketika dia mendapat undangan pesta kampus yang selalu saja dihindari.

“Aku harus datang gak ya?” gumam Pentry tidak yakin dengan keputusannya. Dia bahkan merasa tidak pantas berada di pesta yang sama dengan teman-teman satu kampusnya.

Masih asyik berkutat dengan pikikirannya, Pentry kembali dikagetkan dengan suara ponsel yang berdering, menampilkan nama Miranda di layar yang sejak tadi menyala. Dengan malas, Pentry mulai mengambil ponsel di dekatnya dan menggeser pelan tombol hjau di layar tersebut.

“Halo, Mir,” sapa Pentry ketika sudah tersambung dengan sahabatnya.

“Halo, Pentry,” jawab Miranda dengan nada suara yang terdengar bahagia. “Kamu datangkan malam ini?”

Pentry menghela napas perlahan dan mulai menggigit bibir bagian bawah, hal yang selalu dilakukan ketika dia merasa bingung. Masih ada banyak sekali pikirannya mengenai pesta kampus yang akan dilakukan tepat malam ini, terutama mengenai sikap neneknya jika sampai tahu.

“Pentry, jangan bilang kamu tidak akan datang seperti tahun-tahun sebelumnya,” tebak Miranda dengan nada suara kesal.

Pentry berdecak kecil, takut jika sahabatnya akan marah. “Maaf, Miranda. Aku harap kamu mengerti. Aku tidak suka tempat ramai dan juga pesta. Itu sebabnya aku tidak bisa datang malam ini,” jelas Pentry tanpa mengatakan bahwa neneknya akan menghukum jika saja dia tahu Pentry datang ke sebuah pesta.

“No,” tolak Miranda dengan sangat tegas, “aku tidak mau dengar alasan apa pun,Pentry. Ini adalah pesta terakhir untuk angkatan kita dan kamu harus ikut. Satu jam lagi aku akan datang bersama sopirku ke rumahmu. Kamu harus sudah siap atau aku akan menarikmu paksa.”

“Tetapi....” Pentry menghentikan ucapannya ketika mendengar suara panggilan terputus.

Helaan napas panjang terdengar dari arah Pentry yang sudah semakin kacau. “Aku harus gimana ini?” gumam Pentry dengan jemari meremas ponselnya berulang kali.

Masih asyik dengan pikiran dan kecemasannya, Pentry dikagetkan dengan sentuhan angan yang menepuk pundaknya pelan. Membuat Pentry segera berbalik dan menatap mamanya lega.

Aku pikir nenek, batin Pentry.

“Kenapa anak mama kok diam saja?” tanya Audi yang langsung memilih duduk di dekat Pentry.

Pentry hanya diam dan tersenyum canggung. Sampai mata mamanya menatap ke arah tangan Pentry yang tengah menggenggam erat undangan pesta. Perlahan, Audi menarik pelan kertas di tangan anaknya, membuat Pentry tersentak kaget.

“Undangan pesta?” tanya Audi dan mendpat anggukan. Jemarinya mulai membuka satu per satu lembar undangan tersebut dan menatap Petry lekat.

“Ini malam ini, sayang?” tanya Audi lagi dan mendapat anggukan dari anaknya. “Terus kenapa kamu gak siap-siap?”

Pentry yang mendengar menatap mamanya lekat. “Memangnya boleh, Ma? Kalau nenek tahu, Mama juga akan kena masalah,” ujar Pentry merasa ragu dengan apa yang akan dilakukannya.

Audi mengelus pelan wajah anaknya dan menggeleng perlahan. “Jangan pikirkan itu, sayang. Nenek sudah tidur dan tidak akan tahu kalau kamu pergi,” jawab Audi berbohong. Dia ingin anaknya juga bisa bergabung dengan teman-teman satu kampusnya, menikmati masa muda yang terasa sudah akan terlewat.

Pentry menatap ke arah mamanya, setengah tidak percaya. Namun, ketika matanya menatap mamanya yang terasa mendukung, dia kembali diambang kebingungan. Jujur, dalam hati dia juga ingin melihat bagaimana pesta kampus yang selalu dibanggakan seluruh mahasiswa di kampusnya.

Audi mendekap Pentry dari samping dan mencium pelan kening anaknya. “Nikmati masa mudamu, sayang. Jangan pikirkan hal lain selain kebahagiaan,” bisik Audi seakan memberikan sebuah kekuatan untuk Pentry melangkah.

🍁🍁🍁🍁🍁

Setela acara kegalauan yang tiada artinya sama sekali terjadi, akhirnya Pentry berada di tengah kerumunan mahasiswa dan mahasiswi yang sudah tampak bahagia. Berbekal dengan dress selutut berwarna peach, menampilkan bagian leher hingga atas dada, membuat Pentry yang selalu tampil biasa menjadi terlihat berbeda.

“Pentry, aku mau ke tolilet sebentar ya,” ucap Miranda yang saat itu datang bersama dengan Pentry.

Pentry hanya mengangguk perlahan, membiarkan sahabatnya pergi ke toilet. Matanya menatap gadis yang sudah berlalu menjauh darinya. Perlahan, Pentry mulai mengamati sekitar dan mencari tempat duduk yang tidak terlalu mencolok. Sampai matanya menatap sebuah kursi tanpa penghuni.

Pentry baru saja melangkah menuju  arah kursi tersebut, tetapi terhenti karena seorang pria berdiri di depannya dengan dua gelas jus jeruk di tangan. Pentry menatap ke arah Rama yang tampak terkejut dengan kehadirannya.

“Hey, Pentry. Kamu datang?” tanya Rama dengan wajah sumringah.

Pentry hanya mengangguk dengan senyum tipis. Sampai Rama mengulurkan segelas jus ke arahnya, membuat Pentry mengerutkan kening bingung.

“Untuk kamu,” kata Rama dengan senyum manis, membuat Pentry yang ada depannya terpana sejenak. “Ayolah, Pentry. Ini hanya jus dan tidak ada alkohol sama sekali.”

Pentry yang mendengar rengekan dari Rama hanya menghela napas perlahan dan meraihnya, membuat pemuda di depannya tersenyum senang. Sampai Pentry mulai meneguk minuman tersebut.

Rama tersenyum manis dan menatap Pentry lekat. “Pentry, aku ke sana sebentar ya,” ucap Rama ketika seseorang melambaikan tangan ke arahnya.

Pentry hanya mengangguk perlahan dan kembali melangkah ke arah kursi kosong di ujung ruangan. Matanya tampak buram ketika dia sudah hampir dekat.

Kenapa panas, batin Pentry dalam hati. Ada perasan aneh yang mulai menjalar dalam dirinya.

Pentry menghela napas berulang kali ketika merasa tubuhnya terlalu panas. Hingga akhirnya, dia memilih untuk memutar langkah ke arah kamar mandi. Mendinginkan badan mungkin lebih baik, batin Pentry yang langsung menuju ke arah toilet.

Namun, tenaganya semakin melemah ketika seseroang menariknya dengan paksa.

“Lepas,” ronta Pentry dengan sisa tenaga yang sudah melemah. Matanya semakin tidak jelas ketika seseorang menuntun ke dalam kamar dan memasukannya. Hingga terdengar suara pintu tertutup dari arah luar.

“Buka,” teriak Pentry dengan sisa tenaga dan kesadaran yang mulai menghilang.

“Siapa?” ucap seseorang yang juga berada di ruangan tersebut.

Pentry menatap ke asal suara ketika dirasa seseorang baru saja turun dari ranjang. Matanya menatap pria yang sudah melangkah ke arahnya. Hingga sebuah tangan kekar menariknya dalam pelukan, memberikan kecupan ringan di bagian leher.

“Harum,” ucap pria yang terasa diujung napsu birahi.

Pentry hanya melenguh menahan rasa yang baru pertama kali dirasakan olehnya. Dia bahkan sudah tidak mampu melawan ketika pria yang terasa tidak nyata untuknya melakukan hal yang bahkan belum pernah dilakukan dengan siapa pun.

Pentry tetap diam ketika dibaringkan di ranjang besar di ruangan tersebut, menerima semua yang dilakukan oleh pria yang terus menatapnya lekat, bahkan merelakan kesuciannya terenggut oleh pria yang tidak dikenalnya sama sekali. Memadu nikmat dunia yang baru pertama kali dirasakan. Hinga cairan kental mulai menyatu dengan tubuhnya.

“Selamat tidur,” ucap pria yang baru saja menjamah Pentry, mengambil saat pertama wanita tersebut dan langsung tertidur nyenyak di dekat Pentry yang sudah mulai terlelap.

🍁🍁🍁🍁

Loha sayang Kim. Akhirnya bisa up lagi. Selamat membaca sayangku. Jangan lupa tinggalkan like dan comment. Eits, tambah ke perpustakaan kalian supaya mendapat info updatenya ya. Sampai ketemu di next chapter sayangkuh. 😘😘

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang