gerai lucu pertama bertemu.

49 3 0
                                    

Setiap orang punya katanya sendiri untuk menamai dunia ini. Ada yang sebut rumah, semesta, bumi,tempat bernaung, berteduh. Dan banyak lain. Nah, kalo saya sendiri lebih suka menyebut hal itu sebagai "gerai". Entah kenapa, saya yakin kalo setiap manusia memiliki gerainya masing-masing, dengan karakter dan keunikannya sendiri-sendiri. Mungkin ada yang di cat merah, biru, memakai tembok, atau ada yang memilih pakai kayu. Tempatnya di tengah sawah. Atau yang digantung di langit, sehingga hanya burung yang bisa berkunjung.

Jadi keinget, saya mau cerita tentang salah satu gerai yang sedang terus terbayang di fikiran saya belakangan ini. Gerainya disebut jauh tidak, dekat pun juga tidak sepertinya. Terletak tidak di kota maupun desa, tetap ditengah mengikuti aturan. Dan suasana gerai ini tenang tapi tetap menyenangkan. Bagaimana tidak? Pemiliknya adalah seseorang yang sangat ramah, senang mendengar bercerita, bermain music walau hanya gitar, yang harus dipetik sambil lirik lirik chord sedikit. Karena belum mahir katanya. Apalagi ya tentang pemiliknya? Tadi saya bilang kan ia senang mendengar cerita? Ia pendengar yang sungguh baik dalam menjalankan peran sebagai telinga. Sayangnya, dia memagari gerainya, dari cerita-cerita yang akan mengarah pada dirinya sendiri. Meskipun seperti itu, orang-orang senang datang ke gerai orang ini.

Gerainya hangat, seperti pelukan coklat hangat pada perut yang kedinginan di angin musim gugur. Yameskipun saya belum tau bagaimana rasanya, karena negara ini kan gaada musim gugur. Tapi......... sudah terbayang kan? Hangat dan baiknya bagaimana? Tidak heran banyak yang tertarik dan berkerumun di geraimu. Sehingga, kamu, sang pemilik. Mungkin sadar tidak sadar kalau saya memperhatikan. Meskipun baru-baru.

Duduk di geraimu, dengan dera angin sedikit, ditambah buku-buku di meja. Saya hanya bisa merenung di gerai fikiran sendiri, yang dibuat dari fantasi-fantasi hasil adopsi buku tadi. Setelah memesan kopi, lalu datanglah sebuah cangkir yang dibawakanmu. Dengan senyum yang terkembang disana. Namanya kopi, setelah saya tegak sedikit. Degup di jantung bertambah cepat. Entah karena kopi atau karena pemilik gerai yang ikut duduk di sebelah.

Sore biasa, dengan tambahan sedikit percakapan yang akhirnya jadi cerita.

Hei gerai dan pemiliknya. Kamu lucu.

Padahal problematika hidup terlihat tega dan jahat sekarang-sekarang ini. Dengan santainya kamu bilang.


"Namanya juga manusia, namanya juga hidup. Yang penting setelah jatuh kita gamales buat bangun aja. Besoknya juga bakal gapapa. Kamu akan tetap baik-baik saja."


Sekarang saya tau kenapa geraimu ramai.

Tempat ini baik dan ramah.

"Boleh engga saya mampir lagi nanti?" Kata saya bertanya.

"Tentu boleh."

Jawaban netral sebenarnya, namun entah mengapa saya senang kala itu.



Ah. Geraimu lucu. Tunggu. Nanti saya datang lagi.

Sepi Daku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang