Bukan Harimau Galak lagi

2.2K 161 4
                                    


Setelah empat hari tidak membuka kedua matanya, akhirnya Angkasa membuka kedua matanya malam ini. Hal pertama yang ia lihat meski pandangannya masih buram, ia dapat melihat Bunda dan juga Kakak tirinya yang tengah menatapnya dengan pandangan harap-harap cemas.

"Apa yang kamu rasain, sayang?" Tanya Atlanta kepada putranya.

Angkasa belum mampu menjawab, ia masih belum dapat mendengar suara Bundanya dengan jelas.

"B..Bunda?"

Atlanta tersenyum. "Iya sayang, kenapa? Apa yang sakit?"

"S..Se..Sesek.."

"Gak apa-apa, itu wajar sayang. Gak apa-apa, jangan takut."

Angkasa mengalihkan pandangannya ke arah lain dan melihat Renata tengah menatapnya dengan pandangan senang dan juga cemas. "Kak..Ta..Ta?"

Renata mengangguk. "Iya ini gue, gimana keadaan lo?"

Bukannya menjawab pertanyaan Renata, Angkasa malah mengalihkan pandangannya ke arah Bunda dengan memberikan tatapan yang sangat lucu. Atlanta menyadari tatapan anaknya, Angkasa terlihat terkejut melihat Renata berada di ruangannya.

"Dia Kak Tata kamu, kenapa?"

Angakasa menggeleng sambil tersenyum. "Om-.."

"Bukan Om, tapi Ayah.."

Angkasa mengangguk.

"Ayah? kerjalah.."

Angkasa mengangguk lagi, ia menutup kedua matanya ketika sakit dikepalanya mulai menyerang lagi. Renata langsung panik namun tidak dengan Atlanta, ia mengusap pelan kepala Angkasa. "Pusing ya?"

Angkasa yang tengah mengatur nafasnya hanya mengangguk.

"Bunda kasih obat mau ya?"

Angkasa mengangguk saja, daripada dia harus menahan rasa sakit terus menerus.

Atlanta mengambil sebuah botol kecil yang berisi cairan dan memasukannya ke dalam sebuah suntikan, setelah begitu. Atlanta menyuntikan cairan itu ke selang infus Angkasa yang menghiasi punggung tangan kiri Angkasa, Renata yang melihatnya hanya meringis.

"Kamu kenapa Ren?"

"Ngilu liatnya. Sakit gak Kasa?"

Angkasa mengangguk. "Mau coba?"

Renata mendengus. "Enak aja."

Angkasa terkekeh ketika mendengar suara dengusan yang dikeluarkan dari mulut Kakak tirinya itu. Tidak lama kemudian, terdengar dengkuran alus yang keluar dari mulut Angkasa. Anak itu sudah terlelap kembali akibat obat yang diberikan oleh Bundanya.

"Kamu gak pegel berdriri terus dari tadi?" Tanya Atlanta ketika melihat Renata yang masih setia berdiri di sisi kiri ranjang Angkasa.

Renata menggeleng. "Aku masih gak nyangka aja Bun, anak secerewet dia bisa diem juga. Awalnya aku pikir dia anak yang emang bener-bener gak bisa diem, apalagi mulutnya. Terus aja nanya."

Atlanta terkekeh. "Dia sebenernya anak yang aktif Ren, cuma karena sakitnya itu Bunda jadi ngebatasin semua kegiatannya."

Renata mengangguk." Bunda.."

Atlanta melihat Renata yang berjalan kedekatnya. "Kenapa?"

"Aku mau minta maaf.."

"Untuk apa?"

"Waktu pertama kali kita ketemu, aku udah kasih kesan gak baik buat Bunda. Maafin aku ya, aku juga sempet bilang Bunda perempuan gak bener, maafin aku ya Bun? Bunda maukan maafin aku?"

STEPBROTHER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang