"Bun, aku gak mau berobat lagi."
Sudah sejak pagi tadi Angkasa terus saja merengek kepada Atlanta, karena semalam Atlanta dengan sangat tiba-tiba membertiahu Angkasa bahwa ia akan menjalani pengobatan untuk penyakitnya. Dan tentu saja Angkasa menolak, ia sudah terlalu lelah untuk melakukan serangkaian pengobatan yang telah dilakukannya selama hampir sembilan tahun itu. Ia bukannya tidak menginginkan kesembuhan untuk tubuhnya, hanya saja ia sudah lelah. Ia tidak mau lagi tubuhnya di suntik oleh berbagai macam cairan dan berakhir harus menutup kedua matanya untuk waktu yang lama.
Atlanta yang mendengar perkataan anaknya hanya memandang putranya itu dengan tatapan sendu. "Kamu gak mau sembuh?"
Angkasa langsung menggeleng. "Bukan gitu Bun, aku capek."
Atlanta memeluk tubuh kurus anaknya itu, kini keduanya tengah berada di ruang baca di kediaman Atlanta. "Kenapa? Kamu udah gak mau berjuang lagi? Bunda tau kamu pasti capek ngejalanin ini semua, tapi kamu harus mau berjuang lagi buat Bunda."
Angkasa terdiam, ia tidak bisa menolak jika Bundanya itu kini sudah memeluk sambil menangis, bahkan memohon-mohon seperti sekarang. "Bun, aku capek. Aku gak mau mereka suntik aku sama segala macem jenis obat yang buat badan aku sakit."
"Bunda yang bakalan ngambil alih semuanya, Bukan Dokter Farya lagi. Bunda. Ijinin Bunda buat nyembuhin kamu, kamu harus sembuh, Bunda gak mau kehilangan kamu."
Angkasa mengusap punggung Bundanya dengan lembut. "Jangan nangis, Bunda udah berusaha buat aku, Bunda udah pertaruhin semuanya. Tapi kalo aku emang harus berobat lagi dan Bunda yang bakalan jadi Dokternya, aku mau."
Atlanta menghapus air matanya dan melepas pelukannya dan menatap anaknya dengan tatapan berbinar. "Beneran kamu mau berobat lagi?"
Angkasa mengangguk ragu. "Mau Bunda, tapi Bunda harus janji sama kau, Bunda gak boleh nangis pas aku kesakitan nanti."
Jauh dalam hati Atlanta, ia tidak dapat menepati janji anaknya itu, namun untuk saat ini ia akan berusaha untuk menahan kesedihannya di hadapan anak semata wayangnya itu. "Bunda janji, yang terpenting sekarang. Kamu mau berobat lagi."
Angkasa tersenyum, biarlah tubuhnya merasakan sakit yang teramat lagi. Jika dengan ini akan membuat Bundanya bahagia, ia rela melakukannya. Ia tahu jika semua yang Bundanya minta adalah untuk kebaikannya dan Angkasa tidak akan pernah bisa menolak itu semua.
"Jadi kapan?"
Alis Atlanta menyerit. "Apa maksudnya?"
"Aku kapan ke rumah sakit lagi?"
Atlanta tersenyum. "Kamu siap hari ini?"
Kedua mata Angkasa membola. "Hari ini? Yang bener aja Bun, besok aja Bun gimana?"
Atlanta mengangguk. "Iya besok, besok pagi kita ke rumah sakit ya?"
Angkasa mengangguk. "Terus Bunda hari ini gak kerja?"
Atlanta menggeleng. "Enggak, Bunda mau nemenin kamu di rumah."
Kedua mata Angkasa langsung berbinar. "Gimana kalo kita pergi ke toko bunga nya Tante Tika?"
"Mau ngapain? Kamu mau beli bunga? Buat siapa?"
"Buat seseorang yang istimewa di hidup aku."
Alis Atlanta menyerit, ia bingung dengan perkataan anaknya. "Kamu udah punya pacar?"
Angkasa langsung menggeleng sambil mendengus. "Enggak, Mana mau cewek di luar sana punya pacar kayak aku Bun."
"Loh kok gitu ngomongnya, kamu gak tau sih di luar sana banyak yang antri jadi pacar kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER ✔
FanfictionRenata tidak menyangka tepat satu tahun setelah kepergian Ibunya, sang Ayah tiba-tiba memberitahu dirinya jika Ayahnya itu akan menikah dengan seorang janda yang telah dikaruniai anak seorang lelaki. Apakah Renata akan bisa menerima anggota baru di...