Rutinitas

1.7K 142 4
                                    

Pagi ini Angkasa sudah bangun dan tengah duduk di salah satu kursi meja makan, ia tengah memperhatikan Bundanya yang tengah menyiapkan beberapa macam makanan untuk sarapan nanti dibantu oleh Mbak Shinta.

"Tidur lagi sana, ini masih terlalu pagi. Emang kamu mau kemana sih?"

Angkasa menggeleng. "Enggak kemana-mana, Aku gak bisa tidur Bun."

"Kenapa? Kamu mimpi buruk?"

Angkasa menggeleng.

"Terus kenapa?"

"Gak tau, matanya enggak ngantuk sama sekali. Padahal aku baru tidur tiga jam."

Atlanta meninggalkan peralatan masaknya, setelah sebelumnya meminta tolong kepada Mbak Shinta untuk menggantikanya. Permpuan yang sudang menginjak kepala empat itu langsung berjalan mendekati putranya dan mengecek suhu tubuh anaknya. "Kamu demam. Kepalanya sakit gak?"

Angkasa mengangguk. "Pusing.."

"Ke kamar yuk, Bunda temenin."

Angkasa mengangguk.

Mereka berdua berjalan menuju kamar Angkasa.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi, Andra dan juga Renata baru saja turun dari kamar mereka menuju ruang makan. "Loh? Atlanta mana?"

Mbak Shinta yang tengah menyiapkan makanan di atas meja makan langsung menolehkan kepalanya ketika mendengar suara Tuan besarnya. "Maaf Tuan, Nyonya Atlanta lagi di kamar Den Angkasa."

"Emang Angkasa kenapa lagi?"

"Tadi demam Tuan."

Tanpa menunggu waktu lama, Andra berjalan menuju kamar Angkasa. Tapi tidak dengan Renata, ia mementingkan perutnya terlebih dahulu, karena sejak semalam sudah meminta untuk diisi, lagipula Angkasa hanya demam. Renata memakan makanannya dalam diam.

Sedangkan Andra, lelaki itu berjalan ke arah kamar Angkasa. "Angkasa kenapa?"

Atlanta tersenyum, ia tengah mengusap kepala anaknya. "Dia demam Mas."

Andra menatap Angkasa dengan pandangan khawatir. "Apa dia sering kayak gini?"

Atlanta mengangguk. "Iya Mas, dia udah sering kayak gini."

"Perlu ke rumah sakit?"

Atlanta menggeleng. "Enggak usah, Angkasa enggak mau dibawa ke rumah sakit, dia baru aja keluar dari rumah sakit, masa dia harus masuk rumah sakit lagi."

Andra mengangguk, ia memegang kening Angkasa dengan telapak tangannya. "Dia bakalan baik-baik aja? Enggak apa-apa dia demam kayak gini?"

Atlanta mengangguk ragu. "Sebenernya ini bukan yang pertama kali buat Angkasa bisa demam kayak gini, tapi kalo nyampe nanti siang panasnya enggak turun-turun aku bakalan bawa Angkasa ke rumah sakit buat diperiksa lagi."

Andra mengangguk. "Kamu kerja hari ini?"

"Enggak kayaknya, aku gak bisa ninggalin Angkasa kalo dia lagi kayak gini."

Andra mengangguk. "Yaudah, aku berangkat ke kantor ya, kalo ada apa-apa kasih tau aku."

Atlanta mengangguk. "Hati-hati Mas."

Selepas mencium kening Angkasa, Andra pergi meninggalkan kamar Angkasa dan berjalan kembali ke arah meja makan. "Kasa gimana?"

"Dia demam biasa aja, katak Bunda gak usah khawatir."

Renata mengangguk. "Ayah ke kantor bareng aku kan?"

Andra mengangguk. "Iya, Ayo kamu udah siap?"

STEPBROTHER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang