Cara Lain

1.6K 122 1
                                    


Atlanta terus berusaha membuat keadaan anaknya stabil, dibantu oleh Farya. Sungguh ia tidak menyangka jika anaknya akan kembali ke dalam keadaan yang seperti ini. Ia sebenarnya tidak mau melihat anaknya yang menutup kedua matanya dengan erat serta jangan lupakan wajah damai putranya. Sungguh ia tidak ingin melihat anaknya yang kembali dihadapkan dengan kematian, ia belum siap dan tidak akan pernah siap untuk menerima semuanya.

Farya yang sedari tadi membantu sahabatnya yang tengah mengembalikan detak jantung anaknya itu hanya bisa membantunya dengan doa, meski ia sudah membantu lagi-lagi Atlanta yang akan mengambil alih tubuh anaknya itu. Beberapa menit yang lalu tubuh Angkasa sempat mengejang dan Atlanta semakin panik ketika menyadari detak jantung serta denyut nadi anaknya tidak terasa sama sekali karena saking lemahnya. Atlanta semakin kalut, kedua tangannya terus melakukan cpr agar anaknya bisa kembali, serta mulutnya yang terus berusaha memanggil nama anaknya.

"Dok detak jantungnya kembali, tapi keadaannya masih sangat lemah." Kata seorang suster yang sedari tadi membantu Atlanta serta Farya di ruang ICU tersebut.

Atlanta menghela nafasnya lega ketika melihat detak jantung anaknya yang sudah kembali. Ia menangis dan mengusap wajah tampan anaknya. "Makasih sayang, kamu udah mau kembali lagi. Jangan tinggalin Bunda.."

Farya yang berdiri disampingnya ikut meneteskan air mata ketika melihat sahabatnya yang seperti ini, sejujurnya ini bukan yang pertama kali Atlanta dihadapkan dengan kondisi putranya yang seperti ini. Beberapa tahun lalu pun Atlanta dihadapkan dengan situasi yang seperti ini, namun baru kali ini Atlanta melihat anaknya yang hampir tidak bernyawa dihadapannya.

"Tolong siapkan ruang perawatan untuk Angkasa, Sus.." Kata Farya mewakili Atlanta yang masih menangis di samping ranjang anaknya.

Suster yang disuruh pun hanya mengangguk dan berlalu dari hadapan Farya. Kini di dalam ruang ICU hanya ada Atlanta, Farya dan juga Angkasa yang tengah memejamkan kedua matanya.

"Angkasa kembali Ta.."

Atlanta mengangguk, ia bahagia. Namun ia juga masih merasa takut, takut jikalau suatu hari ia harus dihadapkan dengan keadaan Angkasa yang seperti ini lagi. Ia bersyukur untuk kali ini Putranya kembali, namun ia juga tidak akan pernah siap jika putranya harus kembali dalam keadaan yang seperti ini bahkan bisa saja lebih buruk dari ini.

"Kamu yang suruh Angkasa kemo?"

Atlanta mengangguk. "Aku gak tau kalo tubuhnya bakalan nolak obat kemo, tapi dosis yang aku kasih enggak tinggi bahkan lebih rendah dari terakhir kali dia kemo, Far.."

Farya mengangguk, sebagai sesama Dokter dalam bidang yang sama dengan Atlanta, ia mengerti. "Tapi kasus Angkasa beda Ta.."

Atlanta hanya diam, kedua mata sembab nya menatap wajah anaknya yang masih betah memejamkan kedua matanya.

"Kita bicarain di ruangan kamu, biarin Angkasa diurus sama Suster disini."

Atlanta mengangguk, sebelum pergi ia menyempatkan untuk mencium kening anaknya dan membisikan kalimat. "Cepet bangun sayang, Bunda sayang kamu.."

Farya membawa Atlanta ke ruangan Atlanta yang berada di lantai tiga.

Atlanta terduduk di salah satu sofa yang ada di ruangannya dengan pandangan kosong, menatap sebuah vas bunga yang tersimpan di atas meja dihadapannya. Sedangkan Farya mengambil segelas air mineral untuk Atlanta. "Minum dulu..."

Atlanta menerima pemberian segelas air tersebut dan meminumnya sedikit, pikirannya masih penuh dengan keadaan anaknya. Perempuan itu mengusap wajahnya kasar, dan menghembuskan nafasnya kasar.

STEPBROTHER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang