Bumil

69 7 0
                                    

Martha menyendokkan sup asparagus kesekian kalinya ke mangkok makan Adria.

"Martha cukup. Aku kenyang sekali" keluh Adria membuat kedua anak asuhnya tertawa.

"Ini bagus untuk ibu hamil. Percayalah aku lebih senior daripadamu nak" Martha menyodorkan mangkok kecil ke hadapan Adria. Walaupun memprotes. Tapi, wanita itu menghirup sup dengan lahap.

Sudah seminggu Adria menghabiskan waktu bersama Martha beserta kedua anaknya Lyra dan Laura. Mereka sangat antusias begitu mengetahui sang ibu asuh tengah hamil muda. Bahkan sebelum tidur mereka akan datang ke kamar Adria untuk sekedar menceritakan sesuatu, mengusulkan sebuah nama dan membacakan dongeng. Lalu berakhir mereka bertiga tidur di ranjang yang sama sampai pagi.

Martha bahkan sempat menangis terharu begitu tau Adria hamil. Mengingat 23 tahun yang lalu Adria bahkan tak ingin memiliki bayi karena hal yang ia alami. Waktu itu Adria masih kecil sekali, seumuran Laura saat ini malah. Temannya itu menjadi sangat over protektif, bahkan ia melarang Adria untuk bepergian ke Vancouver. Padahal Adria sendiri sudah berjanji pada Jemma akan mengunjunginya di sana.

"Eomma. Apakah nanti akan ada baby shower?" Laura memegangi perut Adria.

"You want it?" Adria membelai rambut Laura.

"Sure. Aku ingin melihat Eomma dan baby Appa ada di sana. Memecah balon entah itu biru atau pink. Aku rasa biru" kata Laura menempelkan telinganya di perut Adria.

"Tidak, pasti pink. Lihat eomma Adria terlihat cantik sekarang" sahut Lyra.

Adria tersenyum memeluk kedua putri asuhnya, mendengar kata – kata baby Appa membuat moodnya mendadak naik turun seperti roller coaster. Martha merangkul Adria dan mengecup pipinya yang menjadi lebih berisi sekarang.

"Kita harus berangkat sekarang. Kalau tidak nanti Jemma akan marah – marah kalau aku terlambat mengantarkanmu ke bandara" Martha mengusap pelupuk matanya yang basah. Adria menatap Martha, lalu mencebikkan bibirnya kesal. Kenapa malah Martha yang menangis sih?

 Kenapa malah Martha yang menangis sih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bugh!"

Pria bermata sipit itu menarik kedua tangan pria yang menabraknya sebelum jatuh dan mendekapnya agar aman.

"Hyung" panggil pria berambut merah itu begitu mendongak.

"Lain kali hati – hati dalam berjalan. Karena aku tidak akan ada untuk menyelamatkanmu lagi" balas Joo Heon mengusap kepala Chang Kyun pelan. Lalu tersenyum kecil.

"Aku" mereka berdua langsung terdiam begitu menyebutkan awalan kata sama persis.

"Aku dulu" kata Chang Kyun menatap Joo Heon.

"Sure" Joo Heon memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

"Aku sudah mengajukan pengunduran diri per hari ini"

Joo Heon mengangguk.

"Hyung sendiri?"

"Aku baru saja selesai menandatangani berita acara serah terima jabatan. Jadi besok aku juga sudah tidak di sini lagi. Tampaknya kita tidak akan melihat satu sama lain lagi ya Chang Kyun" Joo Heon memaksakan senyuman perpisahannya.

KintsugiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang